Empat- Ella & Ardolph

140 21 1
                                    


Slmat membaca><

Slmat tahun baruuuu♡♡♡♡

Spesial part nihh><
_
-------------

Monica menghela napas kasar, ia sangat dihantui oleh rasa penasarannya. Dengan tangan yang bergetar ia mengetuk pintu kamar Aidyn pelan tapi tak ada jawaban, padahal ia harus memastikan sesuatu.

Lagi dan lagi Monica harus mengumpulkan keberaniannya, ia memegang kenop pintu dan membukanya secara perlahan.

Eh? Tidak dikunci?
Monica memasuki ruangan persegi itu dengan jantung yang berdetak kencang, aroma mint langsung menyerang hidungnya kuat.

kamarnya rapi juga, aku heran, padahal disini tidak ada dayang.

Katakan saja ingatan Monica padanya belum sepenuhnya ada, ia masih belum beradaptasi dengan hal-hal yang ada di dunia baru ini. Seperti saat ia pulang ke Mansion ini, ia sangat bertanya-tanya dalam hati kendaraan apa yang ia naiki itu? Tidak ada kuda atau hewan sebagainya, tapi bisa bergerak dengan sendirinya apakah itu memakai sihir? Hal itu sangat membuatnya mati penasaran.

Ia ingin sekali mempertanyakannya, namun kondisinya tidak memungkinkan.
Pandangannya jatuh pada pria yang tidur sambil terduduk, di depannya banyak sekali kertas-kertas dan sebuah  benda persegi besar yang sedikit tipis.

Pada benda  itu menampilkan beberapa deretan huruf dan angka yang Monica tidak memahaminya.

Ia tidur sambil terduduk? Memangnya tidak pegal apa?

Niatnya datang kemari untuk bertanya, ia urungkan. Ia sangat merasa kasihan, sebenarnya apa pekerjaan pria ini? Apakah seorang pangeran? Soalnya ia ingat sekali Weiheng sering tidur seperti ini ketika bekerja.

Dengan perlahan, ia membantu Aidyn berbaring agar merasa nyaman saat tertidur. Merapikan kertas-kertas dan menyimpan benda persegi itu—laptop. “Ini benda apa lagi?

Ia semakin penasaran, kepalanya ingin meledak saat ini juga, tak bisa menampung pertanyaan-pertanyaan itu.
Setelah dirasa aman, ia hendak melangkahkan kakinya namun seketika dirinya mematung, tatkala sebuah tangan memegangnya.

Aidyn memegang tangan Monica sambil matanya terpejam, “jangan pergi. Temani aku,” ucapnya pelan dan parau.

Monica berbalik memastikan penglihatan dan pendengarannya agar tidak salah. Dan benar saja, Aidyn mengigau. Melihat tangannya yang digenggam begitu erat, membuatnya bergetar.

Pasalnya ini pertama kalin ia bersentuhan langsung bersama seorang pria, kecuali dengan kakaknya dulu.

Dengan perlahan, ia melepaskakn cengkraman Aidyn namun naas, pria itu tidak melepasnya dan semakin menggenggamnya erat.

Aidyn membuka matanya pelan, manik tajam yang terlihat sangat lelah itu menatap mata Monica yang sangat ketakutan.

“Aku bilang, temani aku. Apa kau tuli?!”
Dan setelah itu Monica membelalakkan matanya kaget, Aidyn menarik tangannya dan memeluknya erat. “Begini lebih baik,” ucapnya dan kembali tertidur.

Dalam hati Monica marah, “apa maksudmu memelukku?! Lepaskan aku dasar pria tidak sopan, hari ini kau sudah menyentuhku dua kali! Kau harus bertanggung jawab, kembalikan kesucianku!

Merasa objek yang ia peluk bergerak-gerak, Aidyn membuka matanya paksa. Tidak bisakah ia tidur dengan nyaman? Sudah 2 hari tidak tidur dan sekarang ia kelelahan.

“Tak bisakah kau berhenti bergerak?! Aku sangat mengantuk.”

Monica yang merasakan napas Aidyn di lehernya menahan napas sejenak, rasanya ia ingin berteriak marah. “Jika ingin tidur, tidur saja! Jangan bawa-bawa aku apalagi acara memeluk segala!

Xiu Juan TransmigrationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang