Dua Puluh Dua- Desa Bibi Jhon

75 7 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!

••••••••

Sudah seminggu keadaan Aidyn sangat kacau, ia memejamkan matanya karena rasa pening terus menghajarnya.

"JAKE!"

Tak Lama Jake datang dengan wajah datarnya, "Nona masih belum di temukan. Aku dan anak buahmu yang lain sudah mencarinya ke seluruh kota, mencari data dan informasi jika semisalnya nona mendatangi suatu tempat. Namun, hasilnya tetap nihil."

Aidyn mengacak rambutnya frustasi, ini kesalahannya karena telah meninggalkan Monica begitu saja tanpa pengawasan orangnya. Keesokan paginya setelah Aidyn menemui Hera, ia tak menemukan Monica di mansion. Aidyn mengira Monica hanya pergi ke tempat kesukaannya, namun setelah di tunggu-tunggu kepulangannya Monica tidak kunjung pulang.

Dengan perasaan marah sekaligus khawatir ia segera menghubungi Jake dan menyuruh orang-orang nya untuk menemukan Monica. Tapi sampai saat ini, setelah seminggu berlalu Monica masih belum di temukan. Gadis itu tak meninggalkan jejak, ia tak membawa handphone atau benda yang bisa dilacak.

"Aku tidak ingin tahu, temukan Monica secepatnya. Hidup atau mati, ia harus ketemu.."

Jake pamit undur diri, dia meninggalkan Aidyn di dalam sana yang sangat kacau. Pria itu mengusap wajahnya kasar, "nona.. kemana kau pergi? Aku tak menjamin hidupmu selamat oleh si bajingan ini, sudah memiliki istri tapi berani bermesraan dengan wanita lain."

Jake kembali memakai kaca mata hitamnya, ia memasuki mobil lamborgini silver miliknya.

"Kakak! Ayok cepat bangun!! Aku tidak ingin, kau di marahi oleh paman galak itu lagi karena kebun buahnya di curi."

Weiheng yang sekarang di panggil Dior mengucek matanya, ia menguap pelan dan menatap sayu Monica yang berkacak pinggang. "Tubuhku sakit semua karena semalaman menjaga kebun itu, dari binatang-binatang biadab tak berakhlak!"

"Itu kan resiko! Ayok cepat bangun kak.. nanti aku buatkan obat untukmu, cepat sana bersihkan dirimu." Monica menarik keras tangan Dior hingga terbangun, pria itu mau tidak mau memasuki kamar mandi kecil untuk membersihkan dirinya.

Monica menghela pelan, ia sendiri memasang kembali topi khusus untuk berkebun. Sudah hampir seminggu dari acara melarikan dirinya, Monica malah bertemu dengan sang kakak dan berakhir berada di desa terpencil ini.

Setelah semalaman mereka menginap di hutan, keesokan paginya mereka semakin menelusuri ke dalam hutan yang bahkan jarang sekali di lewati orang-orang. Hingga berakhir mereka menemukan banyak sekali perkebunan dan rumah kecil yang terbuat dari kayu dan ilalang.

Akhirnya mereka bertemu dengan seorang wanita paruh baya baik hati, yang mengizinkan mereka tinggal di rumahnya karena kasihan melihat kondisi adik kakak itu. Maka untuk membalas jasanya mereka berdua bersedia membantu mengurus ladang dan perkebunan yang dimilikinya.

"Bibi Darla, apa jhon sudah bangun?" tanya Monica sambil tersenyum hangat ke arah wanita yang baik hati itu.

"Sudah.. dia sedang bermain, Bibi belum sempat memandikannya karena Bibi lupa belum menghitung hasil panen kita."

"Kalo begitu, biar aku saja yang memandikannya Bi, apa tidak apa?"

"Ah.. kau sangat baik, tentu saja.. maafkan aku membuatmu repot"

"Tidak apa Bi, jangan sungkan meminta bantuan padaku!"

"Baiklah" Bibi Darla terssnyum tulus ke arah Monica yang mulai berjalan meninggalkannya, "gadis itu sangat baik dan cantik.. entah apa yang dia dan kakaknya lalui, hingga mereka tanpa tujuan seperti ini."

Xiu Juan TransmigrationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang