Tiga Belas- nasi goreng (2)

78 11 1
                                    


"Apa kalian tuli? Atau.. kalian ingin menjadi tuli?"

Dengan cepat Jake melangkah mengambil makanan dan Monica yang duduk kembali di kursinya. Mereka jelas tidak bodoh, maksud dari ucapan Aidyn barusan yang secara tidak langsung berarti akan membuat mereka tuli dengan tangannya sendiri.

Monica menunduk takut, Aidyn hanya menatapnya datar. Tak lama Jake datang sambil membawa satu piring dan segelas air minum untuk Aidyn, "ini Tuan.."

Aidyn hanya mengangguk, ia mulai menyantap makanannya. Jake yang masih berdiri di sampingnya dan Monica yang menatap Aidyn tak percaya.

"Kau?!" Aidyn yang melihat telunjuk tangan Monica di depannya, hanya mengangkat alisnya sebelah. Mulutnya penuh dengan nasi goreng, ia masih ragu jika Monica yang memasaknya. Bukankah gadis itu tidak bisa memasak, nasi gorengnya sangat lezat. Bahkan Aidyn ingin terus menambahnya!

Sedangkan Monica kesal setengah mati, "Jake, kenapa kau hanya berdiri? Sana ambil makananmu dan duduklah. Makan," titah Monica sambil mendengus pelan.

Jake hanya menatap Monica ragu, sebenarnya ia memang lapar namun takut dengan Aidyn yang sekarang tangannya berhenti menyuapkan nasi.

"T--tidak usah nona, s--saya bisa makan di luar." Daripada terjadi peperangan mending dia yang mengalah, pikirnya.

Monica yang tidak peka terhadap sekitarnya, ia masih memaksa Jake untuk mencicip masakannya. "Lakukan Jake!" Titah Aidyn dingin, Jake hanya mengangguk menurut.

Aidyn kesal, dia ingin marah. Kenapa Monica memberikan perhatiannya kepada pria lain? Sedangkan dia, suaminya sendiri bahkan tidak ditawari untuk makan.

Setelah Jake datang, Monica masih menyuruhnya untuk makan di sana, di samping Aidyn. Dengan canggung Jake menurut, ia sangat takut dengan aura membunuh Aidyn di sampingnya.

"Apa Nona tidak merasakan nyawaku terancam saat ini?" Batinnya pasrah

"Jake, mana air minummu? Kau tidak membawanya?"

Jake hanya menggeleng pelan, ia melirik Aidyn takut. Aidyn menatap mereka bergantian dengan wajah datar, namun tak ayal tangannya yang memegang sendok mengepal erat. Jake yakin, beberapa detik kemudian sendok itu pasti akan bengkok atau patah.

"Kau kenapa Jake? Seperti anak kecil saja, makan tapi tidak mengambil air minum. Bagaimana kalo kau tersedak, kalo begitu biarkan aku yang membawakannya.."

Monica berdiri hendak ke dapur, namun tubuhnya tersentak kaget karena mendengar gebrakan kencang di meja makan. Jake yang sedang makan pun tersedak kuat, ia terbatuk-batuk hingga wajahnya memerah lantas ia tak memikirkan yang lain. Ia meminum air yang ia bawa untuk Aidyn, masih tersisa setengah lagi.

"Haah.." leganya dan melebarkan matanya melihat meja makan yang hampir patah.

"Ardolph?! Ada apa dengan dirimu? Tidakkah kau gila?"  Monica mengelus dadanya yang masih berdetak kencang, rasanya ia ingin melempar sendalnya ke arah wajah Aidyn yang saat ini menatapnya sangat tajam.

Apa-apaan gadisnya itu? Dia lebih memperhatikan pria lain, daripada suaminya sendiri? Lalu sejak kapan dia mulai dekat dengan Jake? Apa mereka ada hubungan? Bukankah Monica tidak suka dekat dengan pria lain?

Banyak sekali pertanyaan di benak Aidyn yang ingin ia keluarkan, namun egonya terlalu tinggi sehingga ia hanya bisa menahan emosi dan mendengus kasar.

Aidyn berdiri melihat nasi gorengnya tinggal sedikit lagi, padahal ia masih lapar. "Jake! Ke ruang kerjaku cepat!"

"B--baik Tuan.." Jake mengusap dadanya sabar, baru saja ia menyuapkan satu suapan nasi ke mulutnya, itupun berakhir tidak enak karena tersedak. Ia tak sempat menikmatinya, sekarang Aidyn sudah menyuruhnya untuk kembali bekerja. Sungguh menyebalkan.

Xiu Juan TransmigrationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang