Lima Belas- mengenalnya?

83 13 9
                                    

"Ck! Kau malah balik bertanya." Aidyn berdiri sambil menahan sakit di bagian kakinya, beberapa serangan dari Torix membuatnya terluka.

"Kau kenapa bisa terluka?!" Monica mengambil lengan kanan Aidyn dan menyimpannya di pundaknya, membantu sang suami agar berdiri sempurna.

"Ini karenamu!" Monica diam, ia mengerucutkan bibirnya kesal. Bagaimana bisa dirinya yang menjadi alasan, "bilang saja musuhmu yang melakukannya. Kenapa kau salahkan aku?!"

Monica membawanya ke arah kursi di dekat pohon besar disana, merekapun duduk. Setelah menghubungi seseorang, Monica menyimpan kembali hpnya.

"Ya, musuhku yang melakukannya dan itu dirimu." Aidyn menatap sinis ke arah Monica yang menunduk memainkan jari-jarinya.

"Jika bukan karena kau yang kabur dari mansion dan aku yang mengikutimu diam-diam, berakhir dengan diserang oleh orang-orang Torix. Untung saja aku berlari kesini, sebagian besar kawasan ini berisi orang-orangku. Jadi mereka tidak akan berani mengejar sampai sini," batin Aidyn. Ia menghela pelan, menahan perih di tangannya yang sempat terkena belati.

"Ame?!"

Seruan dari seseorang membuat keduanya mendongak, Monica segera menghampiri Gernan.

"Ma--maaf aku tidak berni--"

"Tidak apa, sekarang bantu aku. Ada yang terluka disini," selanya sambil menatap ke arah Aidyn yang menatap mereka dingin dan datar.

Gernan mengalihkan pandangannya ke arah orang yang dimaksud Monica, matanya melebar seketika. Ia langsung menghampiri Aidyn, membuat pria itu mendengus tak suka.

"T--tuan, apa yang terjadi?" Tanyanya pelan, sehingga hanya mereka berdua saja yang mendengarnya.

"Bersikaplah biasa, bawa aku ke dalam." Aidyn bangkit dari duduknya dibantu dengan Gernan yang memapahnya.

Tanpa banyak tanya, Gernan membawanya masuk ke dalam tempat pelatihan lagi. Monica mengikutinya di belakang, "kau membawa gadis itu kesini?!" Geram Aidyn pelan membuat Gernan berkeringat.

"I--iya tuan, me--mangnya si--siapa gadis itu?"

Aidyn menyeringai kecil, "kau tidak tahu?" Gernan menggeleng. Keningnya berkerut, ia berpikir ada hubungan apa Monica dengan tuannya. Apa mereka saling kenal? Jika iya, mengapa Monica tidak mengatakan apapun tentang tuannya?

"Aku merasakan akan ada bencana untukku, tamatlah aku.. bagaimana jika Monica adalah teman dekat Tuan? Atau lebih parahnya Monica adalah adiknya?"

Gernan menggeleng pelan, bulu kuduknya mendadak berdiri. Setelah sampai di tempat yang mereka tuju, beberapa orang langsung mengurus Aidyn. Gernan dan Monica menunggu diluar.

"Terima kasih Gernan.. em, apa aku merepotkanmu?"

Ucapan Monica membuat Gernan tersadar dari lamunannya, "ha? Hm.. tidak apa, beruntung disini juga ada tempat untuk mengobati orang-orang yang terluka ketika latihan. Jadi itu bukan suatu masalah," jawabnya sambil tersenyum kaku.

Monica mengangguk kecil, "apa kau mengenal pria itu?" Tanya Gernan dengan pandangan yang sulit diartikan.

Monica mengulum kedua bibirnya, ia bingung antara mengakuinya atau tidak. "Aku takut jika aku mengakuinya, Ardolph akan marah. Bukankah dia tidak suka mengumbar statusnya? Tapi.. jika berbohong apa tidak apa?"

"Ame.." panggil Gernan sambil melambaikan tangannya di depan wajah. Monica tersenyum lebar, "aku--"

"Kalian berdua kemarilah.. teman kalian sudah bisa di bawa pulang" ucap seorang pria dengan jas putih menyela ucapan Monica.

Xiu Juan TransmigrationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang