"Kalau kamu kembali bekerja ke tempat itu kita putus Tobio-kun!!!" Seorang pria bersemir pirang mencengkram pergelangan tangan kekasihnya. Tampak urat kepalanya mengencang begitu juga urat-urat di tangannya. Ia sangat amat marah sekarang.
"Atsumu, kamu tau Miwa-nee harus secepatnya dioprasi. Dengan pekerjaan yang sekarang—"
"OH! KAMU KIRA AKU TIDAK MAMPU SECEPATNYA MENGUMPULKAN UANG?!!"
Pemuda yang lebih pendek tampak berkaca-kaca. Tidak. Air matanya bahkan mulai mengalir. Atsumu yang tambah-tambah melotot membuat kaki ramping Kageyama gemetaran.
"Bukan.. Tapi—"
Atsumu mendorong Kageyama sampai-sampai ia jatuh. Sikunya mengenai lantai dengan kencang.
"Pergi!!"
"Atsumu.." Kageyama mendongak dan menatap sedih kekasihnya.
"Benar kata ibuku. Sekali pelacur seterusnya pelacur."
Makin remuk hati Kageyama mendengarnya. Air matanya tidak berhenti mengalir. Ia hendak menyentuh kaki Atsumu tapi pria itu mengelak dengan menendangnya. "Aku bilang pergi!! Kamu sangat ingin pergi kan?! Pergi sekarang aku tidak mau melihat mukamu lagi!!"
Kageyama pun bangkit berdiri dan pergi dari apartement sederhana mereka. Tanpa membawa apapun, dirinya berjalan kaki menuju rumah sakit.
Gerimis hujan mulai turun malam ini, hawa dingin, suram, sesak, gelap. Semua seolah berputar mengitari Kageyama.
Kenangan masa lalu Kageyama berputar. Dulu dia adalah pelayan di sebuah club, pekerjaannya membantu bartender dengan mengantar pesanan ke pelanggan. Ia tidak menjual diri, hanya saja sesekali memang menerima pelecehan seperti pantatnya ditepuk, atau pahanya dielus. Tapi pekerjaannya murni hanya pelayan saja.
Atsumu tahu itu. Atsumu tahu dia bukan pelacur karena Atsumu juga dulunya pelanggan di club itu. Mereka bertemu dan saling suka pada pandangan pertama. Mereka bertemu beberapa kali, berkencan, sampai akhirnya menjalin hubungan dan memutuskan untuk tinggal bersama.
Hubungan mereka menjadi semakin serius, Atsumu mengenalkan Kageyama ke keluarganya, begitu juga sebaliknya. Meskipun pekerjaan Kageyama adalah sebagai seorang waiter tetap di mata kebanyakan orang bekerja di club itu buruk.
Mereka terus-terusan berprasangka kalau Kageyama melacur, terutama ibu Atsumu, ia terus meracuni pikiran putranya, menaburkan bumbu kecurigaan dan kecemburuan dihatinya sampai menjadi Atsumu yang sekarang.
Kageyama tidak bisa berbuat banyak. Dia menurut pada semua keinginan Atsumu. Dia tidak pernah mengeluh saat hanya tinggal di apartemen murah. Tidak pernah mengeluh saat satu menu makanan bisa untuk satu minggu. Tidak pernah mengeluh saat harus mencuci pakaian dan melakukan pekerjaan rumah yang lain. Atsumu lah yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan mereka walau jujur sebenarnya kurang, Kageyama selalu diam karena tidak ingin melukai ego Atsumu. Dia selalu diam dan menerima.
Tapi sekarang berbeda. Ini tentang kakaknya. Miwa adalah satu-satunya keluarga Tobio yang tersisa. Wanita itu sudah merawatnya sejak kecil dengan susah payah, masakah kini Kageyama tega menelantarkannya yang sedang sakit parah begitu saja. Kageyama tidak punya hati untuk berbuat demikian. Dia harus membuat kakaknya sembuh dengan cara apapun.
Lelaki raven itu pun duduk di sebuah kursi di samping ranjang pasien. Perlahan mengulurkan tangan guna menggenggam tangan sang kakak. "Miwa-nee.. Aku pasti membuatmu sembuh.." Ia menempelkan keningnya kepunggung tangan Miwa. "Bersabarlah sedikit lagi.. Aku menyayangimu.."
.
.
."Ah kau kembali, Tobio." Sugawara mengepulkan asap rokoknya ke depan wajah Kageyama. "Kondisimu buruk sekali. Kubilang juga apa, tidak ada untungnya keluar dari sini untuk pria miskin itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Red (SakuKage) End
Fanfiction[Mature Content 🔞] Anugerah dan bencana, keduanya datang tanpa bisa dipilih. Demi menyelamatkan sang kakak, Kageyama rela melakukan apapun. Termasuk bekerja menjadi seorang penghibur di sebuah club malam milik Sugawara bernama "Dark Red" Disclaimer...