9

1.3K 144 13
                                    

"Hoshiumi-san, apa pekerjaan Sakusa-san?" Tanya Kageyama seraya memakan hidangan malamnya.

Hoshiumi yang tengah menuangkan air mineral ke gelas hanya tersenyum tipis. "Sakusa-sama memiliki banyak urusan dan bisnis. Ada apa, Kageyama-san?"

Kageyama menggeleng. "Tidak, dia selalu pergi saat malam, aku hanya penasaran.."

Hoshiumi mengangguk. "Jika ada sesuatu yang anda butuhkan, panggil saya saja dengan bel di samping kasur itu."

"Ha'i, arigatou.."

.
.
.

Pagi sampai sore salju terus turun membuat jalanan seperti ditutupi selimut putih. Dari balik jendela, Kageyama melihat keluar. Sakusa belum juga pulang sejak tadi, hanya ada Hoshiumi yang sibuk menyekop salju agar aspal di area rumah dapat dilalui.

Kageyama pun teringat dengan Atsumu, pria itu menyuruhnya untuk bertemu malam ini. Si raven jadi bimbang, Sakusa belum pulang, bagaimana izin perginya. Ah dia teringat beberapa hari lalu Sakusa membelikannya ponsel.

Kageyama hendak menghubungi Sakusa tapi bagaimana kalau justru tidak diizinkan. Haruskah Kageyama keluar diam-diam?

"Kageyama-san, kenapa melamun?" Hoshiumi yang selesai membersihkan jalan menatap pada si blueberry yang duduk di bingkai jendela.

"Hoshiumi-san maukah kau membantuku.." Tobio melangkah lalu menggapai tangan Korai. Pria berambut putih itu menghela napas. Oh jangan lagi tatapan melas bak kucing anggora itu, bagaimana dia bisa menolak permintaan Kageyama.

"Aku tidak yakin Kageyama-san.. Kalau Sakusa-sama tau anda keluar tanpa izin.."

"Karena itu aku butuh bantuanmu Hoshiumi.. Saat Sakusa-san dalam perjalanan pulang, tolong hubungi aku. Dengan begitu aku akan kembali ke rumah sebelum dia sampai.. Dia tidak akan tahu.."

Hoshiumi masih tampak ragu. Kageyama  sedikit membungkuk untuk mensejajarkan wajahnya. "Kumohon hanya sekali ini.. Kumohon Hoshiumi-san.."

.
.
.

Disinilah Kageyama sekarang. Di bawah pintu utama sebuah club bertuliskan Dark Red. Hembusan napasnya mengeluarkan uap. Si raven segera masuk ke dalam.

Gemerlap lampu warna-warni, musik keras memekakkan telinga, aroma rokok dan alkohol. Baru beberapa hari Kageyama meninggalkan ini semua, saat kembali serasa di lempar keluar dari Surga.

Di rumah Sakusa terasa sangat tenang, elegan, dan damai, tapi segala yang ada disini adalah kebalikannya.

"Kageyama, kau darimana saja?" Sugawara menghampiri laki-laki yang sudah seminggu tidak pernah datang lagi itu.

"Ano Sugawara-san, aku sudah mendapat pekerjaan lain.." Hanya jawaban itu yang bisa Kageyama berikan.

Pria berambut abu itu memegang pundak Kageyama, melihat penampilannya dari bawah sampai atas lalu menggelengkan kepala. "Hebat hebat.. Baru satu minggu dan kau sangat berubah, gaya berpakaianmu sudah seperti anak konglomerat, Kageyama.." Suga berdecak kagum.

Kageyama tersenyum kaku. "Apa Sugawara-san melihat Atsumu?"

Mendengar nama itu Suga menghela napas. "Kau masih berhubungan dengan orang itu? Dia itu pembawa masalah kau tau, lebih baik cari pacar yang lain saja Kageyama."

"Itu—"

"Tobio-kun!"

Belum sempat Kageyama menyelesaikan perkataannya, Atsumu datang dan ia segera menarik tangan Kageyama. "Atsumu.."

"Ayo bicara." Ia merengkuh pundak Kageyama dan menbawaya untuk duduk di bangku saling berhadapan.

.
.
.

"Hoshiumi bodoh, bagaimana kau tau kapan Sakusa-sama akan kembali!! Harusnya tadi tidak kau iyakan!!" Hoshiumi merutuk di dapur sambil meremas rambut.

Ya bagaimana ya, menolak lelaki manis seperti Kageyama apalagi saat wajahnya dibuat memelas sangatlah sulit. Rasanya Hoshiumi seperti tersihir dan langsung mengangguk saja tadi.

"Mengiyakan apa?" Bariton berat dari belakang badannya membuat sekujur bulu kuduk Korai merinding. Tamatlah aku..

Hoshiumi pelan-pelan berbalik, lalu menelan ludah. Tampak Sakusa sudah berdiri disana dengan wajah datarnya.

"Tobio sudah makan? Dimana dia?" Kepala Sakusa melihat kearah lorong. "Apa dia masih belum bisa jalan?" Pandangan Kiyoomi kembali terarah pada sangat pelayan setia yang kini berkeringat dingin. Alis pria besar itu pun mengerut. "Dimana dia?"

"Ano.. Maaf—"

Sakusa melempar kunci mobil dan langsung ditangkap Hoshiumi. "Antar aku ke tempat dia berada. Sekarang."

.
.
.

"Aku tidak tau Atsumu.." Tangan kanan Kageyama mengerat di depan dada. "Yang kemarin hanya kebetulan aku membawa gelang emas itu bersamaku.. Aku tidak mungkin mencuri.."

"Katamu itu pemberian bosmu kan, berarti tidak mencuri namanya. Aku sedang dikejar-kejar rentenir." Atsumu menarik tangan yang lebih muda.

Kepala Kageyama mendongak. "Apa? Bagaimana bisa.."

Atsumu menghela napas. "Awalnya aku meminjam uang untuk membayar biaya operasi kakakmu tapi uang itu malah di rampok dalam perjalanan pulang.."

Kedua alis Kageyama terangkat. Atsumu melakukan itu untuknya?

Pria kuning itu menunduk dengan raut wajah sendu. "Aku tidak ingin kau bekerja disini.. Aku ingin kau kembali padaku." Ia menatap yang lebih muda. "Aku tau aku salah sudah marah dan mengusirmu waktu itu, aku hanya tidak ingin kau bekerja disini.. Tapi sekarang aku malah merepotkanmu.."

Kageyama tidak tahu harus bilang apa. Ini membingungkan.

Tanpa Kageyama ketahui, Sakusa sudah duduk persis di kursi belakangnya. Punggung menghadap punggung. Lelaki ikal itu mendengar semuanya, dia masih diam menyesap wine.

"Tunggu aku ada telpon.." Atsumu bangkit berdiri dan pergi ke toilet. Sakusa yang melihat pria pirang itu berlalu pun mengikutinya.

.

"Sudah kubilang beri aku waktu!" Atsumu menggedor kaca sesaat setelah mengangkat telpon. Sakusa pura-pura mencuci tangan.

"Dengar, beri aku waktu, aku pasti melunasi utangku [... ] Samu, katakan pada mereka untuk memberiku waktu, aku tidak mau ginjalku sampai diambil hanya karena utang sialan itu! [...] Aku sudah memiliki cara untuk membayarnya! Kau tau betapa polos Tobio-kun. Aku menggunakannya! Tunggu sebentar lagi dia pasti memberiku banyak uang [...] Aku juga tidak tahu dimana dia bekerja sekarang, tapi kemarin dia memberiku gelang emasnya, pokoknya beri aku waktu!" Atsumu menutup telpon dengan frustasi.

Hal itu sudah cukup untuk Sakusa mengerti Tobio sedang dibodohi. Pria itu kembali duduk ke tempatnya yang semula, menguping pembicaraan Kageyama dan Atsumu yang selanjutnya.

"Jadi bagaimana Tobio-kun.. Kau bisa kan membantuku.. Aku sangat mencintaimu kumohon tolong aku.." Atsumu mengemis sambil menggenggam tangan Kageyama.

Kageyama terlihat melunak. Seperti yang Atsumu katakan. Dia polos dan hatinya mudah tersentuh.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dark Red (SakuKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang