Sakusa merasakan belaian lembut di pipinya. Kepalanya kosong selain dari memori pertemuan dengan Atsumu di rumah sakit. Perkataan sakit pria itu berdengung dalam otaknya. Sesaat pikiran Sakusa terlempar lagi kala Tobio bercerita tentang temannya yang akan menikah dan diperkosa.
Apakah yang dimaksud Tobio waktu itu adalah dirinya sendiri? Apa Tobio berbohong selama ini? Kenapa pria itu memendamnya seorang diri?
Kiyoomi menangkup tangan Tobio kemudian mengecupnya. Wajahnya mendesak di pundak sang istri sedang tangan besarnya melingkari tubuh Tobio, memeluknya, tidak bisa terlalu erat karena perut sang istri sudah besar.
"Yoomi—"
"Kamu tahu aku sangat mencintaimu.."
Makin bingunglah Tobio seiring gelenyar aneh menyebar dalam tiap sel tubuhnya. Apa yang sudah terjadi di rumah sakit?
Tobio mendorong si ikal untuk kemudian menangkup pipinya. "Apa yang mau kamu katakan, Yoomi?"
Lelehan bening mengalir dari mata sang pria. "Jangan tinggalkan aku.. Aku sangat mencintaimu Tobio.." ujarnya dengan suara serak yang lirih. Sakusa perlahan berlutut, mensejajarkan kepalanya pada perut Tobio, dan menempelkan sebelah bagian wajahnya pada permukaan bundar itu. "Aku hanya tidak ingin kehilanganmu.."
Tobio tersentak di tempatnya, tiba-tiba tubuhnya jadi gemetar dengan tangan yang meremat sisi samping bajunya erat. Apa Sakusa bertemu Atsumu? Apa dia sudah menemukan kebenaran tentang hal yang selama ini ia tutupi?
"Kenapa.. Kamu tidak bicara padaku? Apa kamu tidak percaya padaku?"
Tobio masih membeku, pelan-pelan pandangannya memburam tertutup gumpalan air.
"Apa kamu tidak percaya pada cintaku? Aku akan melakukan apapun untukmu.." Sakusa menggenggam kedua tangan Tobio, kepalanya menunduk dan auranya semakin kelam.
"Aku hanya tidak mau kamu meninggalkanku, sayang.. Semua yang kulakukan.. padamu atau yang lain.. Hanya agar kamu tidak pergi dariku.. Aku hanya sangat mencintaimu.. Sangat amat mencintaimu.." Sakusa kembali berdiri di hadapan istrinya.
"Yoomi.." Bibir Tobio bergetar dan jantungnya berdegup tak karuan. "Aku tidak mau kehilanganmu.. Aku juga sangat mencintaimu.. Aku—mmh"
Mata Tobio terbuka begitu juga dengan Sakusa yang tengah menciumnya. Rasa ini, ciuman yang tengah pria itu salurkan padanya, Tobio tak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata.
Perasaan bersalah, cinta, penyesalan, amarah, benci, cemburu, dan takut, semuanya melebur bagai gelora yang melanda hati keduanya. Sesak dan menyakitkan, namun juga lega di waktu yang bersamaan.
Tobio memejamkan mata, meremat punggung tangan Sakusa yang berlabuh di permukaan pipinya.
Dalam benak Sakusa, bayang-bayang akan betapa keruh suasana rumah tangga mereka dan juga sifat posesif kelewat nalar miliknya berputar, namun seiring ciuman tulus Tobio yang mulai mengikis egonya, pikiran-pikrian sakit itu mulai berganti dengan memori manis saat awal-awal dirinya jatuh cinta dan saat-saat indah yang pernah keduanya ukir dengan penuh sikacita.
"Kau tahu kenapa kita menikah Tobio?" Tiba-tiba Sakusa menempelkan keningnya, wajahnya datar namun matanya sendu. Tobio terdiam, jantungnya lagi-lagi dibuat berdebar.
"-karena kita saling percaya." jempol Sakusa membelai pipi sang istri lembut
Deg
Perlahan bibir Tobio keriting, tangisnya pecah, seperti balita dirinya merengek keras karena terlalu sumpek untuk ditahan. Sakusa masih menangkup dua pipinya, melihat istrinya menangis seperti anak kecil sebelum memberinya pelukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Red (SakuKage) End
Fanfiction[Mature Content 🔞] Anugerah dan bencana, keduanya datang tanpa bisa dipilih. Demi menyelamatkan sang kakak, Kageyama rela melakukan apapun. Termasuk bekerja menjadi seorang penghibur di sebuah club malam milik Sugawara bernama "Dark Red" Disclaimer...