21

1K 116 14
                                        

Menyadari apa yang dia lakukan, Kageyama segera memeluk Sakusa. "Yoomi.. Maaf aku ketiduran.." Tangannya mengerat dan kepalanya mendesak, tenggelam di pundak yang lebih besar.

Sakusa tersenyum tipis, hatinya melembut setiap kali Tobio memeluknya. Pria itu membelai surai belakang kekasihnya. "Hmm kamu tidak rindu aku ya?" Tangan Sakusa melingkari pinggang Kageyama, ikut memeluknya erat.

"Mana ada.. Aku sangat merindukanmu.." Pelukan mereka mengendur. Si blueberry tersenyum, mengelus rahang Sakusa seraya menatap matanya. Jantungnya berdentum kencang sekali. Rahasia kotor yang ada di belakang punggungnya ini, apa Kageyama sanggup berkata jujur?

"Yoomi sudah makan?"

Sakusa menggeleng. "Aku mau makan masakanmu.." Ujarnya.

"Ah maaf, aku tidak memasak.. Nanti malam aku masak.. Aku suapi saja ya?"

"Mm oke.."

.
.
.

Sakusa keluar dari kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya yang basah. Kageyama pun mendekat, merah handuk Sakusa dan gantian mengeringkan rambut ikal itu. Yang lebih dewasa memperhatikan wajah Tobio sampai lelaki itu selesai.

"Yoomi aku ingin cerita sesuatu.." Ujar Kageyama, ia duduk di tepi ranjang. Matanya menatap pada Sakusa yang membelakangi dirinya, melepas bathrobe mempertontonkan punggung dan tubuh telanjangnya dari belakang, mata Kageyama menunduk.

"Hm?" Sakusa hanya melirik sambil tangannya mulai memakai baju.

Kedua tangan mungil Kageyama mengepal erat diatas pahanya. Napasnya sesak entah mengapa, kalimat tidak mau keluar lancar. Ini berat, dia takut, kalau dilihat dari dekat maka akan ketara kakinya gemetar.

"Nani?" Sakusa yang sudah memakai pakaian santai perlahan berjalan kearah Kageyama. Tanpa susah payah ia mengangkut tubuh ramping itu membawanya ke tengah ranjang. Sakusa langsung memeluk dan membaringkan kepala di dada Kageyama. Ini adalah posisi favoritnya.

Kageyama mengelus rambut Sakusa. "Itu.. Temanku.. Dia semalam bercerita padaku.."

Kening Sakusa mengerut. "Teman? Siapa? Tinggal dimana? Kalian bertemu di rumah atau telpon? Yang mana orangnya? Kenal berapa lama?" Kepala pria itu mendongak, menatap penuh selidik pada Kageyama.

"Yoomi.." Kageyama menatap sendu pria itu yang justru menghujaninya dengan banyak pertanyaan. Sakusa menghela napas. "Hmm baiklah lanjut.." Ia merebahkan kepalanya lagi, meskipun dia masih penasaran, cemburu sih lebih tepatnya.

"Dia akan menikah dengan kekasihnya.. Tapi sebelum menikah dia sempat bertemu dengan mantan pacarnya.. Yang terjadi diluar dari yang dia bayangkan, mantan pacarnya itu justru memperkosa dia.. Temanku bertanya padaku.. Apa sebaiknya dia jujur atau tidak pada tunangannya? Bagaimana menurutmu Yoomi.."

"Bukankah sudah jelas? Temanmu itu jalang. Untuk apa bertemu dengan mantan padahal mau menikah. Bisa saja dia hanya ngaku-ngaku diperkosa padahal mau."

Belaian tangan Kageyama pada rambut Sakusa berhenti. Jantungnya berdetak hebat karena saking takutnya. Jadi itu yang Yoomi pikirkan..

"Tapi dia sungguhan diperkosa Yoomi.. Kenapa kamu menyebutnya jalang.."

Sakusa mendengus. "Fuck means fuck. They fucked them. That's it."

Kageyama terbangun, memindahkan Sakusa dari atas tubuhnya. "Tentu saja artinya beda. Diperkosa dan melakukan hubungan mau sama mau itu beda Yoomi!"

Kening Sakusa mengerut. Ia menatap pada Kageyama yang berdiri di pinggir ranjang. "Lalu? Kalau dia tidak mau kenapa dia datang? Kamu tidak tau apa yang dia pikirkan sayang. Lebih baik kamu jauhi orang seperti itu. Sudah jelas dia membawa pengaruh buruk."

Kageyama tak percaya pernyataan itu keluar dari seorang Kiyoomi, atau dia sudah menyangkanya karena itu dia takut. "Jadi apa yang harus dia lakukan pada tunangannya?"

Melihat mata Kageyama yang berkaca-kaca apa Sakusa sudah menyakiti hatinya. Kalau dipikir-pikir mungkin ini teman dekat Tobio, makanya lelaki itu sangat emosional. Baiklah Sakusa mencoba menjadi pasangan yang mengerti.

"Katakan saja pada temanmu, selama tunangannya tidak tau semua akan baik-baik saja.." Pria itu pun bangkit berdiri menggenggam tangan Kageyama dan menuntunnya kembali ke ranjang. "Sudah ya sayang.. Ini masalah temanmu kenapa kamu kesalnya padaku.. Aku baru pulang lho.."

Kageyama hanya diam di pelukan Sakusa. Tangan lelaki itu menyelip kedalam bajunya. "Forget about it.. I miss you so much bunny.." Berbisik tepat di samping daun telinganya.

Kageyama memejamkan mata. Rasa marah, kotor, bersalah, sakit, jijik, pada dirinya sendiri. Tobio mendorong Sakusa, membalik posisi dirinya berada diatas.

Pria yang dibawah tersenyum miring, berpikir Kageyama sedang dalam mode liarnya jadi dia terima-terima saja. Ia menjilat bibir saat melihat Kageyama membuka bajunya sendiri, pria manis itu melepas sabuk dan resleting celana Sakusa.

Ia mengarahkan ke lubangnya. "Baby kau yakin? Aku belum mempersiapkanmu, kau masih kering—"

Kageyama membungkam Sakusa dengan ciuman, yang kali ini kasar, menuntut, dan terburu-buru. Tobio setidaksabar itukah? Batin Sakusa.

"Mmmrghh.." Lubang kering yang masih ketat itu ia paksa sendiri untuk bisa memakan milik Sakusa. Mengakibatkan kelecetan dan rasa perih yang luar biasa.

Kedua tangan Kageyama bertumpu pada dada Sakusa. Ia menaik turunkan pinggulnya, bergerak maju mundur, dan kesegala arah yang dapat ia jangkau dengan sangat kasar.

Ini menyakiti dirinya. Kageyama menangis. Dia melakukan ini bukan karena cinta. Dia sedang meluapkan emosinya. Bentuk pelampiasan dari betapa ia merasa sangat rendah dan kotor sekarang. Ia merasa tidak berharga karena itu dia menyakiti dirinya. Tangisnya bukan karena nikmat tapi karena sedih dan kecewa.

Ia merasa tidak pantas, tidak pantas dengan kelembutan dan ciuman kasih Sakusa maka dari itu ia mendorongnya agar tidak mendekat. Membiarkan mereka tetap berjarak dan hanya bagian bawah mereka yang menyatu. Karena Kageyama merasa dirinya hanya seharga  lubangnya. Tubuhnya tidak berarti apa-apa.

"Tobio?" Ada yang salah dengan pasangannya. Sakusa tidak merasa Tobio sedang bercinta dengannya, tapi sedang memakai tubuhnya. "Arghh.."

"Ngghhh!!" Desahan Kageyama terdengar melengking. Ia kembali menggerakkan pinggulnya.

"Baby stop."

Kageyama tidak mendengarkan Sakusa.

"Tobio i said stop." Pria itu mencengkram pinggang Kageyama dan terduduk. "What the hell are you doing?!"

Kageyama menatap Sakusa tapi tidak menjawab.

"Itu bukan cinta kau cuman menggunakanku" Ujar Sakusa menatap inner si raven.

"Fuck means fuck, isn't it?" Tobio bangkit dari tubuh Sakusa dan langsung mengunci diri di dalam kamar mandi.

.
.
.

[Iya Sakusa, Tobio ada disini, mau bicara dengannya??]

"Tidak nee-san.. Dia tidak mengangkat telpon atau menjawab pesanku.. Ya sudah kalau dia ada disana, aku akan menjemputnya pulang kerja nanti." Sakusa menutup telpon. Hembusan napas kasar keluar dari bibirnya.

Sekarang dia masih ada di kantor. Bertopang dagu dengan wajah suntuk. Setelah pulang nanti dia harus membicarakannya dengan jelas. Kini pira itu menatap ke layar ponsel, wallpaper Kiyoomi adalah foto Tobio yang tersenyum cerah.

Dark Red (SakuKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang