Sudah dua hari sejak malam itu Kageyama belum mendatangi alamat dari secarik kertas yang ditinggalkan untuknya. Ia berpikir ini hanyalah alamat tanah kosong atau yang lebih buruk, saat datang dirinya disekap lalu dilenyapkan dari muka bumi.
Ia anggap kejadian dua hari lalu adalah kesialan namun juga keberuntungan. Pria itu mengajarkannya tentang nikmat dunia. Tapi juga petaka karena tidak mendapat uang yang dijanjikan. Manusia sungguh penuh dengan omong kosong.
Kageyama menari di panggung, membiarkan dirinya dihamburi oleh lembaran uang. Ini tidak menyenangkan. Hanya orang gila yang mencintai pekerjaan semacam ini. Dia masih waras. Tapi kebutuhan akan uang sungguh seperti penyakit kronis stadium akhir, memaksa dirinya untuk melakukan apa saja agar bisa terselamatkan.
Setelah performanya, Tobio duduk di meja bar. Ia memesan sebuah minuman. Sesekali pria hidung belang menggodanya dan Kageyama diharuskan untuk tersenyum meski terpaksa.
Sesaat netranya mengedar dan memperhatikan satu spot yang seperti dipesan untuk pesta. "Ada yang mengadakan pesta disana?" Tanya Tobio pada Kei, sang bartender.
Lekaki blonde itu mengangguk. "Ya, atlit timnas voli yang baru-baru ini debut di olimpic sedang merayakan ulang tahun.."
Kageyama tersenyum. "A kau tau banyak soal dunia olahraga ya?" Sebelah alis Kageyama terangkat.
"Jangan mencoba menggodaku. Itu tidak mempan." Kei tersenyum miring sambil mengelap gelas-gelas kaca.
Sontak Kageyama mengubah ekspresinya 180 derajat. Bibirnya mengerucut dan pipinya menggembung.
"Nah ini baru pas. Wajahmu yang sok dewasa itu sangat tidak enak dipandang haha."
"Hmph.. Pertama, aku tidak sedang menggodamu. Kedua, aku memang sudah dewasa, usiaku ini 21 tahun tuan Tsukishima Kei kalau saja kau lupa" Ujar Kageyama dengan nada sedikit berbangga.
Tsuki terkekeh kecil. "Sou, tuan dewasa, selalu memesan lemon tea dan tidak pernah menyentuh yang lain."
"Apa salahnya, lemon tea enak.." Saut si blueberry.
"Hmm iya iya tuan Kageyama.."
Keduanya terkekeh.
"Kageyama.." Sugawara mendatangi tempat si raven terududuk. "Pergilah ke tempat pesta sana.."
"Ha'i.."
.
.
.Sakusa menatap pada akuarium setinggi dua meter di hadapannya. Beberapa ikan koi dengan corak cantik berenang melenggang di hadapannya. Dengan secawan wine di tangan, lelaki pecinta estetika itu terdiam.
"Apa hari ini juga tidak ada yang datang, Hoshiumi?"
Seorang pria tinggi rata-rata berambut putih membungkuk. "Jika yang anda maksud selain tukang pos yang mengirim berkas, maka tidak ada Sakusa-sama.."
Sakusa menopang dagu dengan satu tangan. Alisnya juga turut mengerut tak senang. Apa alamat yang ditulisnya kurang jelas? Apa tidak ada satupun taksi yang bersedia mengantar ke alamatnya? Apa orang itu tidak menginginkan uang? Bukankah itu tidak mungkin, Sakusa yakin 99% alasan lelaki raven itu bekerja disana hanya karena uang.
Tunggu, Sakusa bahkan tidak tahu namanya. Pria besar itu menggeram lalu mendengus. Ini sangat menyebalkan dengan bagaimana seseorang telah berhasil membuatnya menanti.
.
.
."Dimana Oikawa?" Seorang pria besar bernetra coklat muram menatap ke samping. Ini adalah pestanya, hari ulang tahunnya, semua teman-temannya terlihat bersenang-senang begitu juga dengan dirinya, Ushijima Wakatoshi, tapi dimana kekasihnya? Lima menit yang lalu lelaki itu masih duduk di sampingnya dan sekarang menghilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Red (SakuKage) End
Fanfiction[Mature Content 🔞] Anugerah dan bencana, keduanya datang tanpa bisa dipilih. Demi menyelamatkan sang kakak, Kageyama rela melakukan apapun. Termasuk bekerja menjadi seorang penghibur di sebuah club malam milik Sugawara bernama "Dark Red" Disclaimer...