Sakusa dan Kageyama sudah dalam satu mobil menuju rumah mereka. Tidak ada perbincangan. Sakusa tidak tanya kenapa Tobio mendiamkannya. "Mau makan malam di luar nanti?" Hanya itu yang dia tanyakan.
Kageyama menoleh. Suasana ini entah kenapa terasa begitu canggung. Dia tidak enak hati setelah apa yang sudah dia lakukan pada Sakusa. Dia harus melupakan kejadian hari itu, menguburnya dalam-dalam seolah tidak pernah terjadi apa-apa. "Mm iya.."
Setibanya di rumah, Kageyama lebih dulu masuk ke kamar sedang Sakusa berjalan ke dapur mencari Korai. "Hoshiumi."
"Ha'i Sakusa-sama?"
Kedua tangan Sakusa masuk ke kantung celana. "Apa terjadi sesuatu pada Tobio saat aku pergi?"
Napas Hoshiumi berhenti. Ia mencoba terlihat tenang. "Tidak ada Sakusa-sama"
Sakus mengangguk. "Baiklah aku percaya pada kata-katamu. Kalau terjadi sesuatu padanya kau harus langsung memberitahuku."
"Ha'i Sakusa-sama.." Hoshiumi membungkuk sembari Sakusa melangkah pergi. Matanya membesar, jantungnya berdebar tak karuan. Dia juga menyadari perilaku Kageyama berubah setelah pulang diantar Ushijima kala itu, tapi Korai tak berani atau lebih tepatnya tidak mau buka suara takut Kageyama akan kenapa-napa.
.
.
.Sakusa pun masuk ke kamar mendapati Kageyama tengah ganti baju. Lelaki manis itu menoleh kearahnya, menjatuhkan kemejanya ke lantai, mempertontonkan punggung polosnya.
Sakusa melangkah masuk, menutup pintu di belakang, dan berdiri diam. Dia hanya melihat. Melihat Kageyama yang menyisakan celana dalam saja berjalan kearahnya.
Si raven bersimpuh di lantai, mengelus paha yang lebih dewasa, mendongak dari bawah dengan tatapan sensual miliknya. "Yoomi.. Play with me.." Ia memegang tangan Sakusa dan mengarahkan tangan besar itu untuk mencengkram lehernya.
Inner Sakusa melirik tajam kebawah, netra gelapnya seolah menyala terbakar semangat. Ia mengeratkan cengkramannya membuat Kageyama tercekik, mengangkat tubuh ramping itu sampai berdiri. "Let's go then.."
Sakusa bersama Kageyama memasuki ruang bermain. Si pria ikal memborgol kedua tangan Tobio masing-masing pada tiang panjang diatas lalu menutup matanya dengan blind fold.
"Ahhh shh.." Dada Kageyama membusung saat sesuatu yang dingin menyentuh puncak dadanya. Sebuah es batu berbentuk kelereng. Sakusa menorehkannya keatas tubuh Kageyama. Membuat lelaki itu menggeliat dengan sensasi panas dingin akibat es. Dia hanya bisa menggeliat di tempat ia berdiri.
Sakusa melebarkan kaki Kageyama. "Ahkk!!" Kepala manisnya menyentak ke udara sambil kedua tangannya mencengkram borgol erat. Sakusa menggesekkan es ke luaran lubangnya. "Y-yoomihh.."
Sakusa melepas kemejanya. Ia berdiri di belakang Kageyama. "Feels good baby?" Ia menempelkan es lagi ke luaran lubang, menekannya sampai masuk ke dalam. Jelas hal itu membuat Kageyama histeris.
"Yoomii ahhh pleasee.." Tangannya menjadi rusuh memberontak pada borgol, liur meleleh keluar, membasahi dagu dan menetes ke lantai. Lubangnya terasa beku dan mati rasa.
"I have to discipline you." Sakusa memasukan satu kelereng es lagi ke dalam Kageyama. Mengakibatkan tangisnya semakin banjir. Ini menyakitkan, tapi dia mulai mencintai rasa sakit, atau mungkin dia memang sedang ingin disakiti. "Yoomii ahh.."
Sakusa mengeluarkan semua kelereng es di dalam Kageyama. Pria itu mengambil nipplepinch dan sesuai kegunaannya, dia memasangkan benda itu ke sepasang puting si raven.
"Hhhh s-sakitthh.." Mata Kageyama masih ditutup. Ia tidak tahu apa saja benda yang Sakusa gunakan. Tapi semuanya menyakitkan dan nikmat disaat bersamaan. Sakusa menjilat pucik puting Kageyama, menggoda dengan lidahnya yang kasar dan panas. "Ngghh hh.." Lutut Kageyama lemas rasanya. Kepalanya mengadah dengan mulutnya yang terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Red (SakuKage) End
Fanfiction[Mature Content 🔞] Anugerah dan bencana, keduanya datang tanpa bisa dipilih. Demi menyelamatkan sang kakak, Kageyama rela melakukan apapun. Termasuk bekerja menjadi seorang penghibur di sebuah club malam milik Sugawara bernama "Dark Red" Disclaimer...