[Mature Content 🔞]
Anugerah dan bencana, keduanya datang tanpa bisa dipilih. Demi menyelamatkan sang kakak, Kageyama rela melakukan apapun. Termasuk bekerja menjadi seorang penghibur di sebuah club malam milik Sugawara bernama "Dark Red"
Disclaimer...
Ruangan hening lagi sampai Tobio memutuskan. "Kau akan menjamin hidup kakakku?"
Sakusa mengangguk, kedua tangannya bertaut. Netranya menatap lurus pada sang mangsa dengan tajam seolah sangat lapar dan menginginkannya.
Tobio mengehela napas pelan kemudian mengangguk. "Apa yang harus ku lakukan disini?"
Sakusa tersenyum. Ia menjentikkan jari dan Hoshiumi pun pergi dari ruangan. Tobio melihat punggung lelaki yang barusan pergi sebelum netranya kembali menatap pada Sakusa.
"Seperti yang kau lakukan di club itu. Kau hanya perlu bertahan dengan setiap permainanku."
Tobio mengangguk. "Tapi kau harus buktikan perkataanmu dulu, operasi kakakku-"
"Hoshiumi!" Sakusa menggeram padahal dia sudah bangkit berdiri dan siap melepas dasinya.
Yang dipanggil pun kembali datang. "Ha'i Sakusa-sama."
"Sekarang katakan siapa nama kakakmu, di rumah sakit mana dia dirawat padanya, lalu cepat kau kembali kemari."
Tobio mengangguk. Ia berjalan terburu ke arah Hoshiumi. Menerangkan tentang identitas sang kakak, sampai semuanya lengkap. "Sudah?"
"Iya sudah, Hoshiumi-san, arigatou-ahk!"
Tubuh Kageyama terangkat, Sakusa membopong dirinya dengan enteng keatas pundak bagaikan karung kapuk. "Sakusa-san?!"
"Sudah selesai kan. Biar Hoshiumi yang mengurus dan kau terima beres. Urusanmu sekarang adalah denganku."
Sakusa membawa Tobio ke kamarnya. Meletakkan pemuda ramping itu keatas kasur lalu mengukungnya.
Ac kamar itu sangat dingin, membuat Tobio mengerutkan jari kakinya. Namun ada sebuah kehangatan, yaitu napas yang keluar dari hidung dan mulut Sakusa yang menerpa permukaan wajahnya.
"Aku melihatmu di tv dengan Ushijima. Dia putus karenamu eh?"
"Putus? Aku tidak tahu apa-apa soal hubungan pribadinya- nhhahh!!" Kepala Tobio mendongak saat dengkul Sakusa berada diantara selangkan, menekannya. Jari-jari Kageyama terlihat mungil saat meremas pundak kekar Sakusa.
"Benarkah? Jadi itu dirimu? Bersetubuh dengan pria tanpa peduli dia punya hubungan dengan orang lain atau tidak?" Sakusa menyeringai atas penyiksaan yang ia lakukan pada si raven.
"Hhh nnhh.." Tobio merintih saat gesekan Sakusa bertambah kasar. Kedua tangannya kini ditahan diatas kepala dengan satu tangan Sakusa. Ditekan sampai ia tidak bisa berkutik.
Tangan Sakusa yang lain melepas kancing baju yang digunakan oleh Kageyama. Kepalanya mendekat untuk menjilat pucuk dadanya. Sekilas, hanya untuk menyapanya namun efeknya membuat Kageyama mengejang.
"Mmb.." Sakusa mulai menghisap dada yang lebih muda. Jari tangan dan kaki Kageyama menggulung kenikmatan. Kepalanya menyentak ke belakang.
"Hahh hh.." Baru permulaan dan napas Kageyama sudah tersenggal-senggal. Dia sangat sensitif dengan tiap liukan lidah Sakusa di kulitnya. Panas kasar. Membuatnya bergairah.
Sesaat Sakusa berhenti. Ia mengikat pergelangan tangan Kageyama yang telah merah dengan sabuk. Setelahnya ia menelanjangi Tobio sampai benar-benar polos.
"Sexy and beautiful as always.."
Sakusa melebarkan kaki Kageyama yang menekuk agar pemandangannya semakin bagus. Wajah Kageyama bersemu dengan jejak air mata di pipinya. Putingnya tampak kencang dan memerah akibat kuluman rakus dari Sakusa yang sebelumnya.
Tatapan mata penuh napsu itu, tatapan yang Sakusa tunjukkan untuk dirinya membuat bulu Kageyama meremang dan entah bagaimana membuat dia turn on.
Perlahan yang lebih kekar berjalan kesebuah lemari kayu setinggi pinggang. "Aku mengoleksi banyak mainan, tapi belum pernah digunakan. Aku bertanya apa kubuang saja mainan-mainan itu. Sampai akhirnya aku bertemu denganmu."
Kageyama tak mengerti maksud pembicaraan ini. "Mainan apa?"
"Sejak malam itu aku terus menunggumu, memikirkanmu. Dan saat kau datang aku tahu itu saatnya mainan-mainanku digunakan." Seringai miring terlampir di wajah tampan Sakusa membuat Kageyama merinding.
Pria itu mengeluarkan sebuah alat, panjang seperti microphone kalo Kageyama boleh bilang, tapi ia yakin yang satu ini bukan untuk menyanyi.
Kancing kemeja Sakusa telah terbuka, mempertontonkan otot perutnya yang seksi. Ia kembali mengukung Kageyama seraya membuka resleting celananya sendiri. Menggesekkan kejantanannya dengan milik Tobio.
"Ahhhh.." Yang lebih mungil terus menggeliat dan mendesah. Sakusa tersenyum puas. Ekspresi panas itu dan desahannya, akhirnya ia mendapatkannya lagi.
Ia menyalakan vibrator di tangannya lalu menempelkan ujungnya yang bergetar ke penis Tobio.
"Aahhh!! Hhh!!"
Kedua tangannya yang terikat tidak bisa membantu banyak. Tubuhnya menggelinjang kenikmatan sampai-sampai mulutnya penuh dengan lelehan liur. Air matanya menjadi-jadi.
Sakusa mengarahkan vibrator ke puncak dada Kageyama membuat kepala empunya semakin pening dan klimaks langsung menyembur begitu saja. Sakusa tertawa. "Hei rileks.."
"Hhh ahhh ahhh.."
Sakusa pun melepas ikatan tangan Tobio. Hal pertama yang dilakuakan si raven bukan mendorong Sakusa melainkan memeluknya erat. "Ahh s-aakusaa.." Si blueberry mendesah, merengek, dan merintih di telinganya.
Sakusa mematikan vibrator. Ia melumat bibir Kageyama, menyelipkan lidahnya mengajak si raven bergulat. Kini posisi Tobio sudah pindah jadi duduk di pangkuan Sakusa. Bibir mereka saling meraup rakus. Sakusa mengabsen rentetan gigi Kageyama kemudian menyapu langit-langit mulutnya.
"Mmhhh.." Mata Kageyama terpejam erat sedang netra hitam Kiyoomi terbuka sedikit. Dia tidak bisa memalingkan matanya dari Kageyama bahkan untuk sedetik. Dia ingin mengabadikan tiap momen dan ekspresi yang dibuat Tobio dalam ingatannya.
Pria itu melepas kemejanya sendiri dengan tergesa, lalu tangannya ia gunakan untuk mengangkat pinggul Kageyama, pelan-pelan menurunkannya tepat ke kejantanannya.
"Ahhhh! S-sakusaa!" Dengan posisi ini, milik Sakusa langsung melesat masuk ke titik terdalamnya. Membuat tubuhnya gemetar dan sedikit mengejang.
Sakusa mulai bergerak, ia menggeram rendah, menikmati sensasi sempit dan panas dari Kageyama. Ia tidak bisa menahan diri.
"Ahh hh.."
Kamar dipenuhi oleh bunyi kulit berbenturan, desah, dan geraman. Dada Kageyama membusung.
"Ahhh.. N-nikmat.." Tubuh Kageyama terus naik turun. Matanya mengerling, dia sudah benar-benar mabuk ekstasi dari sesi bercinta kali ini. Tubuhnya benar-benar dibawa melayang.
"Nikmat hm?" Goda Sakusa, ia tersenyum melihat Kageyama.
"N-nikmat ahhh hh.. Hhhh" Kedua tangannya meremas pundak Sakusa lebih erat, sedikit mencakarnya.
Sakusa menunduk melihat Kageyama yang mengompol akibat overstimulasi.
"Arghh fuck!" Tempo Sakusa mengencang dan ia juga tiba dipuncak. "Fuck.."
"Ahh.." Kageyama terpekik dengan sensasi hangat di dalam perutnya.
Sakusa menggeletakkan kepalanya pada ceruk leher Kageyama. Tidak lama karena Kageyama segera ambruk kebelakang karena kelelahan.
Meski sesak dengan tubuh Sakusa yang menindihnya, Tobio tak protes. Lebih tepatnya tidak bisa. Suaranya habis, tenggorokannya sakit terus menjerit. Yang ia inginkan hanyalah tidur sekarang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.