27

1K 93 13
                                        

Oke dah menyiapkan mental buat lanjut ini (╭☞•́⍛•̀)╭☞

.

Sakusa terlalu kaku untuk bergerak, ia melihat istrinya tengah digauli dengan dua rekannya. Melihat Tobio yang tidak berdaya ditengah, lidahnya menjulur keluar dengan ekspresi yang dipenuhi hasrat. Belum lagi Kuroo dan Bokuto seperti dua incubus yang menjilati dan menghisap pundak Tobio rakus.

Pemandangan ini membuat Sakusa shock berat. Ia melangkah. Baru satu langkah dan dirinya terlonjak. Matanya terbuka. Ia tengah berbaring di kasur dan menatap ke langit-langit.

"Yoomi.. Daijoubu?"

Kiyoomi menengok. Tampak Tobio ikut terbangun seraya mengucak mata. Napas Sakusa naik turun. "Kau tidur dengan Bokuto dan Kuroo."

"Ha?" Dua dini hari dan suaminya bicara ngelantur. Jelas-jelas mereka tidur bersama dari tadi. "Kamu—"

"Aku bermimpi.." Sakusa meringsek kepelukan Tobio. "Tapi aku takut itu jadi kenyataan."

"Yoomi.." Tobio mengelus surai ikal prianya. Kenapa masih dibahas lagi masalah yang tadi. "Aku tidak akan begitu.."

"Mudah kamu bilang begitu sekarang. Tapi nanti, kalau kamu sedang ingin melakukan hubungan seksual dan aku tidak bisa? Mau apa kau?"

Tobio menatap sendu wajah tampan Kiyoomi yang terlihat sangat panik. Dibelainya lembut rahang tegas pria itu. "Hubungan tidak melulu soal hubungan seksual.. Dan juga apa kamu sudah coba ke dokter?"

"Dokter?" Alis Sakusa terangkat, kenapa dia tidak pernah kepikiran soal itu.

Tobio mengangguk. "Kamu terlalu takut sampai-sampai panik sendiri.. Besok aku temani ke dokter ya.."

Sakusa menangkup tangan Tobio. "Bagaimana kalau tetap tidak bisa?"

"Aku menerimamu apa adanya Yoomi.." Tobio tersenyum. Ia mengecup bintik kembar diatas alis Sakusa lalu kembali memejamkan mata.

.

"Yoomi aku keluar dulu.." Genggaman tangan si raven dan suaminya terlepas. Pria manis itu keluar dari ruang pemeriksaan dan segera mencari toilet. Ia meremas perutnya yang kembali terasa mual.

Tobio tidak muntah, ia hanya mual-mual. Kepalanya sedikit pening. Ia mencuci tangan dan muka sambil berusaha mengatur napas saat mualnya hilang.

"Tobio.."

Mata Tobio mendelik melihat Osamu. Ia teringat kejadian tempo hari yang kembali membangkitkan traumanya. Pria manis itu segera keluar, menabrak  bahu Osamu tak sengaja.

Dia yang ketakutan bukannya kembali pada Sakusa tapi masuk ke dalam mobil.

.

"Impoten ini tidak berlangsung selamanya kan?" Tanya Sakusa sedikit tegang.

Sang dokter tersenyum dan mengangguk. "Jika akar masalahnya dicabut, maka impotensinya juga akan hilang. Anda terkena impoten karena terlalu tertekan, stress, dan terlalu banyak mengonsumsi rokok alkohol, Sakusa-san.."

Sakusa menggigit ujung jempol. Ah jadi karena tekanan pekerjaan. Pria itupun mengangguk setelah konsultasi ini itu ia pamit pulang.

.

Osamu bekerja di kantin rumah sakit, itulah alasan kenapa sebelumnya Tobio sempat bertemu Atsumu dirumah sakit ini pula. Pria itu mengantar makan siang pesanan dokter ke ruangannya.

"Permisi.."

"Ah ya taruh di meja situ saja, Miya."

Osamu menata piring dan teh keatas meja. Tak sengaja matanya melihat ke berkas konsultasi penyakit. Matanya sedikit melebar saat membaca ada nama Sakusa Kiyoomi. Jadi ini kenapa Tobio ada disini. Tertulis disana Sakusa terkena impoten. Osamu terdiam.

.

"Sayang menunggu disini?" Sakusa masuk ke mobil di kursi belakang bersama istrinya. Korai pun melajukan mobil ke rumah.

Tobio berusaha terlihat tenang, ia tersenyum. "Jadi bagaimana dengan—" Pria manis itu menutup mulutnya. Ia kembali diteror rasa mual.

"Kita kembali ke rumah sakit." Ujar Sakusa pada Korai namun Tobio mencengkram lengannya. "Tidak. Aku baik-baik saja.. Aku mau istirahat di rumah saja Yoomi.." Dia hanya tidak mau bertemu dengan Osamu.

Sakusa menangkup pipi Tobio lalu mengarahkan kepala itu bersandar di dadanya. "Yakin tidak papa?" Kiyoomi ingin memastikan satu hal, jadi mereka berhenti di apotik.

"Menurutmu aku hamil?" Mata si biru melihat kearah tes pack di tangannya.

"Aku tidak tahu, tidak ada salahnya mencaritau.." Dikecup nya pucuk kepala yang lebih muda. "Tapi aku harap begitu.."

Mereka berdua tersenyum, kepala Tobio mengadah dan Sakusa mengecup bibirnya. Jari-jari si blueberry terikat dengan jemari besar Sakusa.

.
.
.

Sakusa duduk di kasur menanti Tobio keluar dari kamar mandi.

Cklek

Si pria langsung bangkit berdiri, menghampiri sang istri seraya menangkup pundaknya. "Bagaimana?" Wajahnya terlihat cerah tak sabaran.

Tobio tersenyum dan mengangguk. "Kita akan jadi orangtua, Yoomi!" Ujarnya tersenyum lebar, matanya berkaca-kaca, dan langsung Sakusa mendekapnya.

Mereka berdua sangat bahagia sekarang. "I love you baby.." Sakusa menangkup pipi Tobio, mengecup bibirnya berkali-kali sampai empunya terkekeh. Tobio mengelus punggung tangan Sakusa di pipinya. "I love you too.." Mereka berpelukan erat sekali.

Kabar gembira itu menyebar ke rumah Miwa dan rumah keluarga Sakusa, juga kesemua rekannya.

Sakusa berbaring di paha Tobio, wajahnya menghadap pada perut yang masih rata itu, mengelusnya. Tobio tersenyum tipis seraya mengelus surai Sakusa lembut.

.
.
.

"Aku berangkat dulu honey.. And little honey" Sakua mengecup kening Tobio lalu mengecup perutnya. Si raven terkekeh. "Hati-hati di jalan Yoomi.."

Si pria ikal mengangguk, ia meraih tengkuk yang lebih pendek, sekali lagi meraup bibirnya, menghisap dan menggigit kecil labium ceri yang sangat candu itu.

"Mmhh.. Yoomi.."

"Aku benar-benar berangkat sekarang.."

Tobio bersandar pada pintu, mengangguk seraya melambaikan tangan. "Mm cepat pulang.."

Sakusa tersenyum, membaikan tangan lagi sebelum masuk ke mobil.

.

"Selamat atas kehamilan anda, Tobio-san.." Ujar Korai dengan senyum lebar.

Tobio tersenyum dan mengangguk-angguk. "Terima kasih Hoshiumi.. Kau cukup memanggilku Tobio saja.."

Korai menggeleng. "Sakusa-sama tidak akan senang mendengarnya. Oh ya, saya memasak makanan untuk ibu hamil untuk anda.."

Tobio tersenyum. "Kau yang terbaik urusan dapur.."

Ting Tong

"Biar aku saja, mungkin barang Yoomi ada yang ketinggalan.." Tobio berjalan mendatangi pintu. Korai tersenyum seraya membungkuk santun.

Cklek

Dark Red (SakuKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang