Kageyama dan Sakusa sudah kembali ke dalam gedung. Sesuai ucapannya, Kiyoomi mengenalkan Kageyama pada kedua orang tuanya. Pria mungil itu terus tersenyum senang. Jadi mereka resmi kekasih sekarang?
Kepala yang lebih muda mendongak. Menatap pada Kiyoomi yang antusias menceritakan tentang dirinya pada orang tuanya.
"Tobio bekerja dimana sekarang?" Tanya nyonya Sakusa.
"Dia tinggal di rumah, merawatku. Bukankah itu yang ibu mau?" Lagi-lagi pertanyaan untuk Tobio yang menjawab Kiyoomi.
Nyonya Sakusa mengangguk-angguk. "Tentu saja. Kau itu orang yang manja dan perfectionist, butuh pasangan yang bisa menyesuaikan.. Tapi Kiyoomi tidak merepotkanmu kan, Tobio?"
Kageyama menggeleng dan tersenyum. "Tidak.. Yoomi justru banyak membantu saya.."
Nyonya Sakusa tersenyum lalu mengelus-elus kepala Tobio. "Syukurlah kalau begitu." Dibelai begitu pipi Kageyama memerah sedang Kiyoomi mendengus melihatnya.
"Ibu berhentilah." Pria besar itu mengangkat tangan sang ibu dari atas kepala Kageyama. Ia merengkuh si raven mendekat padanya lalu menepuk-nepuk pucuk kepala kekasih mungilnya itu.
Nyonya Sakusa menggeleng. "Kau itu sama seperti ayahmu. Cemburuan sekali. Kageyama yang sabar ya.."
Kageyama terkekeh kecil sambil membungkuk sopan.
Mereka pun mulai memperhatikan acara pertunangan. Motoya dan Megumi bertukar cincin. Mengingatkan Kageyama pada mimpinya dulu yang ingin menikah dengan Atsumu.
Saat semua orang bertepuk tangan, Tobio masih melamun. "Nani?" Tanya Sakusa menatap pada mata kosong si blueberry.
Tobio tersentak dari lamunannya kemudian menggeleng. "Tidak.."
"Teringat masa lalu?"
Tobio tersenyum dan menggeleng. "Bukan apa-apa.."
Sakusa menarik pinggulnya agar mereka semakin mepet. "Tentu itu apa-apa buatku kalau kamu tidak mengatakannya."
Tobio menghela napas. "Apa kamu harus tau semuanya?"
Kening Sakusa menyernyit. "Tentu saja. Aku kekasihmu."
Sekali lagi Kageyama menghela napas. "Ini cuman mimpiku suatu hari merasakan dilamar dan menikah.. Itu saja"
Mata birunya naik memelas. Memandang netra Kiyoomi yang masih menyelidik padanya. "Kamu itu.. pria paling pencemburu yang pernah ku kenal Yoomi.."
Mata Sakusa menajam, wajahnya mendekat. "Kamu kenal pria lain?"
Tuh kan.
Kageyama menahan dada Sakusa yang menyempit kearahnya. Ayolah mereka sedang ada diacara pesta seseorang. Tidak enak rasanya kalau sampai menjadi pusat perhatian hanya karena kecemburuan Sakusa.
"Sudahlah.."
Sakusa dan Kageyama dipanggil untuk makan malam satu meja dengan keluarga. Tidak ada yang membicarakan bisnis ketika sedang kumpul keluarga. Dan diantara semua yang Kageyama lihat, Kiyoomi lah yang paling pendiam.
Lelaki itu memakan steak dengan datar. Hanya nenjawab jika ada yang bertanya, jauh dengan Komori yang selalu membuka percakapan dan membuat suasana hidup.
"Kenapa? Mau kusuapi?" Netra Sakusa melirik pada Kageyama.
"T-tidak.." Ia menunduk dan mengiris daging. Sakusa mengangkat piringnya dan menukar dengan piring Kageyama.
"Makan punyaku saja, sudah kuiris semua tinggal masukkan ke mulutmu."
"Hmph" Kageyama kan juga ingin iris mengiris. Ia meletakkan pisau dan mulai menyuap steak. Sadar atau tidak Sakusa sangat perhatian dan diam-diam peka. Kalau begini siapa yang tidak makin sayang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Red (SakuKage) End
Fiksi Penggemar[Mature Content 🔞] Anugerah dan bencana, keduanya datang tanpa bisa dipilih. Demi menyelamatkan sang kakak, Kageyama rela melakukan apapun. Termasuk bekerja menjadi seorang penghibur di sebuah club malam milik Sugawara bernama "Dark Red" Disclaimer...