[Mature Content 🔞]
Anugerah dan bencana, keduanya datang tanpa bisa dipilih. Demi menyelamatkan sang kakak, Kageyama rela melakukan apapun. Termasuk bekerja menjadi seorang penghibur di sebuah club malam milik Sugawara bernama "Dark Red"
Disclaimer...
Kageyama memakai sebuah gelang emas, stelan musim dingin, syal biru, dan sebuah topi rajut yang membuatnya nampak imut. Ia masuk ke dalam mobil, duduk di samping Sakusa.
"Yoomi—maksudku Sakusa-san—"
"Apa? Ulangi." Sakusa menoleh kepada Kageyama. Mata biru lelaki itu melebar. Wajah Kageyama terlihat takut. "T-tidak aku tidak bermaksud—"
Sakusa menggeleng. "Tidak bukan begitu. Aku tidak marah, kau memanggilku apa tadi?"
"Yoomi.. Maaf aku tidak sopan—"
"Kau harus memanggilku begitu seterusnya." Sakusa mengusak rambut Kageyama sekilas sebelum pandangannya kembali fokus kedepan. Ia memasang seatbelt dan menyalakan mesin.
Kageyama masih terdiam. Sampai Sakusa memasangkan seatbelt untuknya. Wajah tampan itu terlihat sangat dekat. Apa-apaan Kageyama, ada apa denganmu..
Meski telah membetulkan seatbelt Kageyama, Sakusa masih berdiam di depan wajah manis itu. Netra Kageyama yang menunduk perlahan terangkat, gayung bersambut. Pria besar itupun menangkup pipi Kageyama lalu mencium bibirnya.
Awalnya hanya sebuah ciuman lembut yang saling bersahutan sampai Sakusa mengangkat dan memindah Kageyama ke pangkuannya. Pria ikal itu menghisap bibir bawah Kageyama dengan kuat. "Mbhh" Kageyama pun menghisap bibir atas Kiyoomi.
Kageyama membuka mulutnya memberi kesempatan untuk Sakusa masuk. Mereka berperang dominasi, dan tentu Sakusalah yang menjadi pemenangnya. Lelaki itu menekan-nekan tengkuk Kageyama agar ciuman mereka semakin dalam.
Tangan Kageyama mulai berani untuk menangkup pipi Sakusa. Mengelus rahangnya kemudian berpindah kebelakang kepalanya, meremasnya tipis.
"Mmhhh ahh.." Kageyama mendorong Sakusa untuk setidaknya bernapas. Wajahnya memerah. Sakusa mengelus-elus pipi Kageyama dengan jempol. Perlahan Kageyama memegang punggung tangan kanan Sakusa yang masih di pipinya.
. . .
Miwa masih belum boleh ditemui pasca operasi, tapi mereka berdua bisa melihatnya dari jendela kaca. Dokter menjelaskan kondisi Miwa yang mulai stabil. Perlu dua kali operasi lagi untuk ia dapat sembuh total dari penyakitnya.
Kageyama tersenyum saat Sakusa mau membayar, bayangkan mereka tidak begitu saling mengenal tapi laki-laki itu mau membayar untuknya. Timbal baliknya juga hanya raga yang melekat padanya ini saja, tidak yang lain, jadi Kageyama sangat beryukur.
Kageyama melihat vending machine. Teringat pada masa lalunya dimana dia membeli susu di mesin itu. Tidak sering, hanya kalau dapat uang lebih saja.
"Kau mau minum apa?" Tanya Sakusa yang mengerti arah mata Kageyama.
"Tidak, hanya teringat masa lalu saja.."
Sakusa mengangguk, ia mengeluarkan dompet lalu memberi uang pada Kageyama. "Belilah kalau kau mau, aku akan masuk untuk menemui dokter tadi lagi sebentar."
"Terimakasih Sakusa—"
Sakusa mendengus. "Jangan meng-sakusa ku. Kau punya panggilan baru untukku."
"Terimakasih, Yoomi.. " Kageyama menunduk.
"Begitu lebih baik." Sakusa tersenyum tipis, pun dirinya berlalu. Kageyama berjalan menuju vending machine dan tak terduga-duga seseorang tiba-tiba menarik pundaknya. "Tobio-kun?!"
Suara ini. Kageyama lekas menoleh. "Atsumu.."
Raut wajah Atsumu terlihat sangat senang namun kepanikan tak dapat tersembunyi dari wajahnya. "Kau.. Sangat berbeda Tobio.. Cantikmu tidak berubah, tapi penampilanmu.. Ini karena kau kembali bekerja di club itu?"
Mata Kageyama menunduk. "Iya.. Tapi juga tidak.."
"Tobio-kun kau harus membantuku.. Aku sangat butuh bantuan kalau tidak orang-orang itu akan membunuhku.. Kumohon tolong aku.." Atsumu menggenggam tangan Tobio erat dan raut paniknya kelihatan sekarang. Ia juga terlihat sangat ketakutan. Tobio mengenal Atsumu sudah lama, dia bisa membedakan saat laki-laki itu sedang jujur atau tidak.
Dan kali ini dia sedang jujur membutuhkan bantuan. Meski Atsumu mengusirnya dulu, perasaan sayang pada namanya kekasih lama sulit untuk dihilangkan.
"Apa yang bisa kulakukan untukmu, Atsumu?" Kedua alis Kageyama naik.
"Aku butuh uang.. Setidaknya untuk membuat mereka diam dulu. Aku tidak mau mati Tobio, tolong aku.." Atsumu memeluk Kageyama kelewat erat. Si raven melihat gelang emas di pergelangan tangannya. Ia melepas lalu memberikannya pada Atsumu.
"Ini Atsumu.. Aku tidak tahu berapa harganya kalau dijual.. Tapi aku hanya punya ini.."
Atsumu meraih gelang emas pemberian Kageyama lalu memeluknya lagi. "Terimakasih!!"
"I-iya.."
Atsumu mengendurkan pelukan. "Kita harus bertemu lagi Tobio-kun. Ada yang ingin kubicarakan padamu. Kita bisakan bertemu lagi?"
"Aku tidak tau Atsumu.."
Atsumu mengangkat dagu Kageyama lalu menatap netranya. "Kumohon Tobio-kun, aku merindukanmu.. Temui aku besok malam di tempat pertamakali kita bertemu, oke? Aku tidak akan pulang sampai kau datang. Aku pergi dulu sekarang.."
Atsumu lebih dulu berlari pergi. "Atsumu aku tidak tau—" Percuma Kageyama berteriak, Atsumu sudah sangat jauh. Lelaki itupun menghela napas. Kenapa harus bertemu lagi dengan mantan kekasih disaat seperti ini. Sungguh membuat hati bingung.
. . .
"Kenapa?" Mata Sakusa lurus menatap jalanan tapi perhatiannya tak lepas dari Kageyama. Ia merasa sejak pulang dari rumah sakit lelaki raven itu terlihat berbeda.
Kageyama tersentak dari lamunannya kemudian menggeleng. "Tidak ada.. Hanya memikirkan kakak.."
"Kau tidak perlu mengkhawatirkannya."
"Mm.." Kageyama menganggukkan kepala. Beberapa menit kemudian mereka pun sampai di rumah.
"Ikuti aku." Ujar Sakusa setelah keduanya turun dari mobil. Lagi-lagi hanya mengangguk. Ia berjalan masuk mengikuti si pria besar sesuai keinginannya. Terdapat sebuah ranjang dan banyak lemari disana.
"Sebut saja play ground. Disini kita akan bermain."
Kageyama melihat kesekeliling. Sesaat, Sakusa melepas topi dan syal yang Tobio kenakan, melepas mantelnya, lalu berlutut untuk melepas sepatu miliknya juga.
"Yoomi, aku bisa melakukannya sendiri.." Merasa sungkan saat ada orang lain berlutut menyentuh kakinya.
Sakusa mendongak, masih di posisi yang sama, pria itu membuka celana Kageyama, menurunkan nya perlahan. Si raven kini hanya mengenakan kaos biru muda dan kaos kaki putih selutut.
Sakusa mendekatkan wajahnya, mengecup paha kanan dalam Kageyama, lalu dengan telapak tangannya, ia mengelus-elus paha dalam yang lain.
"Mmhh..." Kageyama menunduk dengan wajah yang memerah. Lidah sakusa menjilati tiap inci kulitnya, semakin mendekat pada selangkangan.
"Y-yoomi.." Kageyama memegang pipi Sakusa, sedikit mendorongnya menjauh. Pria besar itupun bangkit berdiri. Ia menggendong Kageyama ala pengantin ke atas ranjang.
"Let's play the game.."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.