20

1K 120 19
                                    

Malam itu Ushijima hendak kembali ke apartement. Sambil meminum cocacola, dirinya menyetir dengan satu tangan. Sesaat mobilnya melambat ketika melihat seperti sosok manusia meringkuk dipinggir jalan.

Mobilnya berlalu tidak jauh lalu berhenti. Ushijima turun dan segera mengecek. Terkejutlah dia melihat rupanya Kageyama. Apa yang dilakukan pria itu?

"Tobio?" Alisnya terangkat dan segera membantu Kageyama. Mata safir itu terbuka tapi tampak kosong. Ia hanya menatap kearah Ushijima dan tidak mengucap apa-apa.

"Aku antar pulang?"

Kageyama mengangguk. Disepanjang jalan tidak ada percakapan. Kondisi Kageyama seperti orang yang sedang sangat terguncang.

Apa yang terjadi? Kenapa Kageyama ada disana? Kenapa tidak bersama Sakusa? Dimana Sakusa? Apa hubungan mereka baik-baik saja? Kageyama dilukai oleh siapa? Terlalu banyak tanda tanya di benak Ushijima sekarang. Tapi ia tahu kapan harus diam dan kapan untuk bertanya. Sekarang adalah saatnya diam dulu.

Ushijima mengantar Tobio ke kediaman Sakusa. Sampai di depan gerbang, mereka disambut oleh suara Korai dari radio. Gerbang pun dibuka.

"Ushijima-san.. Boleh aku minta satu hal?"

Apa ini tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba sekali. Ushijima mengangguk. "Iya Tobio?"

"Jangan bilang pada siapapun kau menemukanku di pinggir jalan.. Termasuk pada Kiyoomi.. Maaf aku tidak bisa cerita alasannya."

Ushijima mengangguk. "Iya. Aku tidak akan cerita pada siapapun. Kau bisa tidur nyenyak.."

"Terimakasih.."Kageyama pun turun.

.

"Kageyama-san? Daijoubu?" Mata Korai membulat melihat kondisi Kageyama yang lusuh. Ushijima langsung pamit pulang. "Apa yang terjadi pada anda? Anda—"

"Hoshiumi.." Netra Kageyama menatap lurus pada pria berambut putih tersebut.  "Jangan beritahu Kiyoomi.. Aku mengantuk dan terjatuh saat turun dari mobil.."

Hanya anak tk yang percaya dengan kebohongan paling ketara itu. Hoshiumi tahu Kageyama tak pandai berbohong dan itu sangat kelihatan dari pancaran matanya. Tapi apapun yang membuat Kageyama sampai berbohong, Hoshiumi akan ikut menutupinya. "Ha'i Kageyama-san.."

"Terimakasih.." Kageyama berjalan masih dengan kehampaan menuju kamarnya. Ia langsung masuk ke dalam kamar mandi. Merobek pakaiannya lalu masuk ke dalam tub.

Sampai airnya penuh, Kageyama menenggelamkan wajahnya dan berteriak dalam air. "BAKAYAROO!!!" Teriakannya hanya kedengaran sebagai riak dan gelembung.

Kageyama menjambak rambutnya sendiri dan merutuk. Kenapa dia sebodoh itu untuk datang. Kenapa dia begini, kenapa dia begitu. Semua rasa bersalah membungkus dirinya sampai pikirannya keruh kelam.

Kita harus memberitau Yoomi, Tobio.. Salah satu sisi dari pikiran Kageyama berucap, sisi polos dan apa adanya.

Jujur pada Yoomi sama saja bunuh diri Tobio. Jangan lakukan! Bagaimana kalau dia membatalkan pernikahan kita! Aku tidak mau sampai pernikahanku batal karena kebodohanmu!
Sisi Kageyama yang lain, yang mewakili perasaan marah, takut, dan bersalahnya.

Tobio meremat kepalanya makin kencang. Air matanya terus mengalir tanpa henti sampai sembab.

Yoomi pasti mengerti.. Dia sangat menyayangi kita, dia pasti memaafkan kita.. Ini bukan seratus persen salah kita..

Tidak Tobio. Kamu tau Yoomi sangat pencemburu. Dia akan sangat marah dan tidak akan mau memaafkan kita! Dia tidak pernah suka miliknya disentuh orang lain!

Apa yang harus Kageyama lakukan. Dua pikiran bersebrangan dalam otaknya ini sungguh mengacaukan kewarasannya. Kageyama menggosok kulitnya kasar sampai lecet dan kemerahan, mengekspresikan betapa jijik dia pada tubuhnya sekarang. Kageyama tidak pernah merasa sekotor ini bahkan saat dirinya melacur.

Jangan berterus terang pada Yoomi. Tutupi saja. Dia tidak akan pernah tau. Lupakan kejadian ini. Anggap mimpi buruk. Kubur dalam-dalam. Jangan sampai pernikahan ku batal!! Ini mimpi  kita untuk bisa menikah dan memiliki keluarga!
Tobio tidak boleh mengacaukannya!!

Tobio sangat mencintai Yoomi. Tobio sudah janji tidak akan ada kebohongan diantara Tobio dengan Yoomi lagi.. Katakan saat dia pulang.. Kita akan menikah.. Jangan mengawali pernikahan dengan kebohongan..

Berbohong demi kebaikan itu tidakpapa!

Tidak pernah ada yang namanya berbohong demi kebaikan. Kita hanya menunda kebenaran untuk terungkap.

Kageyama kembali menenggelamkan diri dan berteriak. Susah sekali mencari ketenangan saat yang berisik adalah dari dalam dirinya sendiri.

Ia menhabiskan waktu berjam-jam di dalam air. Hoshiumi yang khawatir mengetuk pintu kamar mandi. "Kageyama-san.. Sup nya sudah hangat, mau dibawakan ke kamar? Anda ingin minum susu dingin atau hangat? Kageyama-san?"

.
.
.

"Oi Omi-omi yakin tidak mau main wanita? Laki-laki manis kalau mau juga ada." Godaan setan Kuroo. Mereka berada di pesawat kelas satu perjalanan pulang ke Tokyo.

Sakusa dengan wajah datarnya hanya menggeleng, tak mau susah-susah mengeluarkan suara. Ia menatap ke luar jendela kaca dan ah itu dia, bandara Tokyo sudah terlihat. Senyumnya mengembang dari balik masker.

Bayangan Tobio menanti dirinya diatas ranjang— ah tidak terlalu cepat. Bayangan Tobio tersenyum lebar, berlari menghambur ke pelukan saat dirinya membuka pintu rumah pertama kali. Menghujaninya dengan kecupan. Yoomi aku sangat merindukanmu!! Membayangkan Kageyama histeris begitu. Sakusa jadi terkekeh kecil dengan skenario manisnya.

Ting Tong

Sakusa sudah tiba di depan pintu rumah sendiri. Untuk apa menekan bel? Iseng, dia ingin merealisasikan skenarionya tadi, dimulai dengan memberi surprise.

Cklek

"A— dimana Tobio?" Sakusa yang sudah siap mengulurkan bucket bunga tulip merah mengurungkan tangan saat melihat bukan Kageyama yang membuka pintu.

"Kageyama-san ada dikamar.. Saya bawakan barang anda, Sakusa-sama.."

Ah oke, mungkin Kageyama memang tidak suka membuka pintu untuk tamu, dirinya sendiri juga tidak suka membuka pintu. Jadi berdiam di kamar saat mendengar bel Sakusa anggap wajar. Pria tinggi itu pun tersenyum. "Baiklah.."

Sakusa menaiki tangga menuju kamar si bluberry. Ini sudah lusa yang Sakusa janjikan akan pulang. Tobio pasti sudah menantikannya. Mungkin pria manis itu tengah memakai stelan yang imut jadi menanti di kamar. Batin Sakusa tambah girang.

Ia pun membuka pintu kamar Kageyama dan

"Ehem.. Lihat siapa yang kembali.."

Kageyama tertidur. Pria mungil itu bergelung diatas kasur terbungkus selimut dengan nyenyaknya. Senyum Sakusa memudar perlahan. Dia kira kepulangannya akan disambut. Sepertinya ekspektasinya ketinggian.

Pria itu meletakkan bouquet bunga sedikit kasar keatas nakas seraya berjalan ke ranjang. "Tobio.. Aku pulang."

Sakusa mengelus rambut raven calon istri(?)nya lembut, namun reaksi yang ia dapat adalah Kageyama yang tiba-tiba mendapat serangan panik, ia terbangun dengan mata melotot dan begitu shock.

Tentu Sakusa bingung. "Hei baby?" Pria itu duduk di samping Kageyama yang masih ngos-ngosan. "Kamu mimpi buruk?" Tangan Sakusa terulur hendak membelai pipi Kageyama, tapi pria itu justru mundur menolaknya.

What is wrong with you?

.
.
.

By the wayy, kalian lebih prefer Tobio being called as istri apa suami?
⊂(● ̄(エ) ̄●)⊃

Dark Red (SakuKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang