"Duh cowok kok letoy sih? Malu sama otot," ejek segerombolan cewek saat Aiko Alvarendra Rajendra atau biasa disebut Al itu.
"Ngak papa letoy yang penting pacar aku leader geng montor," balas Al tersenyum mengejek pada cewek yang menghinanya tadi.
"A...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Al menatap bangunan sederhana dihadapannya, rumahnya begitu tenang hingga matanya menatap gadis cantik yang baru saja keluar rumah.
Kedua iris mata Adel juga menatap Al dengan pandangan benci dan sangat benci hingga tidak bisa digambarkan seberapa bencinya. Al tentu menyadarinya.
"Lo boleh benci gue itu hak lo tapi lo ngak boleh hina gue atau tindakan gue lebih dari tadi siang. Oh mungkin nyawa lo juga bisa pergi saking parahnya," ujar Al mendekati Adel lalu memeluk bahu Adel.
"Gue cuma bercanda. Gue kesini mau minta maaf, ya gue tau kesalahan gue memang hm sedikit keterlaluan. Tapi lo tau sendirikan laki-laki itu ngak suka harga dirinya diinjek injek, termasuk cewek juga," imbuhnya.
"Gue memang ngak bisa mengembalikan sahabat lo yang udah melantarkan lo hanya karena lo miskin. Tapi gue bisa ngubah kehidupan lo menjadi lebih baik dengan uang," Al mengecup singkat bibir Adel saat dia akan mengangkat bicara, matanya melotot tidak terima.
"Inget satu hal dari gue, uang memang bukan segalanya tapi segalanya membutuhkan uang. Besok temui aku dibandara jam sepuluh pagi sama orang tua lo,"
"Gue ngak bisa bantu selain ini. Jika lo tetep disekolah itu mungkin anak lain bisa bully lo lebih parah dari ini. Ijinkan gue mengubah takdir lo dengan uang,"
Adel memeluk Al dengan erat saat mendengarkan semua penjelasan Al. Ia tidak menyangka laki laki yang tadi mempermalukannya tidak tinggal diam, dia malah membantunya jauh dari masalah.
"Gue juga minta maaf udah pernah ikut bully lo," kata Adel.
"Gue janji setelah kehidupan baru gue dimulai, gue bakal jadi yang lebih baik sebelumnya. Gue ngak bakal bikin pengorbanan lo sia sia," janji Adel melepaskan pelukanya dan membiarkan Al menghabis air matanya.
"Dan satu lagi pesan gue, jangan pernah menghina atau merendahkan lawan lo karena lo ngak tau kayak gimana lawan lo sebenarnya. Lo bisa belajar dari kesalahan lo ke gue,"
"Tentu bakal gue inget sampai kapanpun,"
Mereka salin pandang lalu terkekeh bersama. Rasa benci dimata Adel telah sirna setelah mendengar ucapan panjang Al. Itulah salah satu kebiasaan Al, mudah membuat orang memaafkannya ya walaupun harus menggunakan taktik uang.
"Udah sore. Boleh gue numpang mandi sekalian sholat?" Tanya Al.
"Lo sholat juga?" Ledek Adel mendapat toyoran dari Al.
"Gue islam bukan ktp doang," kesalnya.
Adel tertawa, baru kali ini dia bisa bercanda dengan laki-laki. Hidupnya hanya dipenuhi mencari teman dan tenar namun saat ada masalah temannya malah meninggalkannya.
"Ayok masuk aja. Anggap rumah sendiri,"
"Boleh dijual ngak? Lumayan kalau dijual bisa nambah uang tabungan gue," canda Al mengikuti Adel yang mengarah kebelakang.