MBC 25

74 6 0
                                    

"Pernikahan kalian bakal dilakuin seminggu setelah ujian selesai. Cuma itu tanggal paling baik buat nikahan kalian," ucap sesepuh Cempaka yang duduk diantara beberapa orang inti.

"Kok seminggu si kek? Ngak bisa ditunda lebih lama lagi? Masa belum lulus udah ganti status," kesal Cempaka merasa tidak enak saat menatap Cia.

"Kalau ada mungkin bakal lebih lama setahun. Gimana? Mau seminggu apa setahun?" Tanya kakek Cempaka menatap orang tua Cempaka dan Dia.

"Seminggu saja. Bukannya lebih cepat lebih baik ya? Kamu juga bisa ikut anak ini ke Jerman," ucap Cia tersenyum hangat kepada Cempaka. Dia tahu anak ini belum siap menikah apalagi anaknya juga.

"Ngapain ke Jerman? Nyusul Ragil?" Tanya Cempaka mendengus kesal. ada apa dengan Jerman sobat.

"Nyapo nyusol Ragil? Opo seduwor kok rono i? Mbah kong kok ngak eroh?" Ujar kakek membuat kedua orang tua Cempaka hanya tersenyum kaku.

"Mboten kong. Kulo mek guyon. Ojo omong jowo kong, calom morotuwo ku ora paham bahasane," titah Cempaka melihat wajah bingung Cia dan Raden.

"Lha kowe dewe yo omong jowo. Aku wes kesel lak ngomong Indonesia tros. Wes pokok intine maeng, kowe rabi seminggu kas to? Aku tak muleh neng Kediri jipok mbok wedok sek,"

"Yo mosok sak iki kong?"

"Yo ora to gok! Tak neng mburi sek, iki buku ne engko tulong rengkesono tak mapan turu sek yo. Monggo didhahar rien kulo teng dalem rien,"

"Kok gok gok to kong. Ratak pijite nyonyor sampean," kesal Cempaka membuat ibu Cempaka mendelik tajam.

"Hus sama orang tua ngak boleh gitu. Monggo pak teng dalam sampon kulo cepakne lan kulo resii," kakek Cempaka mengangguk kecil lalu mengucapkan pamit undur diri dengan bahasa Indonesia.

"Maaf ya bapak saya memang kurang suka bahasa Indonesia. Makhlum orang tua hampir seumur hidup tinggal di jawa,"

"Iya gapapa. Kami memakhlumi saja jadi pernikahannya seminggu lagi kan? Kami juga mau undur diri buat persiapan. Kasian anak kami dirumah sendiri karena kakak kakaknya sedang keluar negri jarang dirumah,"

"Baiklah sampai jumpa lagi ya," Cia dan Raden bergegas pergi setelah bersaliman singkat.

Rumah sederhana itu kembali sepi. Ibu Cempaka mencubit tidak keras ke Cempaka. "Jangan dibiasain gitu kalau ada orang. Ibu tahu kamu belum siap menikah tapi percayalah ini juga demi kebaikan kamu. Lagipula setelah kamu menikah, kami bakal kembali sama mbah kog ke jawa," jelas ibu Cempaka.

"Loh ibu mau ninggalin aku sendiri?"

"Siapa yang ninggalin. Kamu kan bakal pergi sama my suami. Cie calon suami. Udah sana tidur besok sekolah kan?"

Cempaka mengangguk kecil kemudian berjalan lesuh ke kamarnya yang dekat dengan kamar kakeknya. Sepertinya kakeknya cukup lelah terbukti suara ngoroknya.

Tanggal pernikahan Cempaka memang melihat weton keduanya yang kebetulan sangat cocok. Keluarga Cempaka memang tidak kaya tapi mereka masih mempertahankan tradisi jawa.

***

Cempaka menatap langit kamarnya dengan perasaan campur aduk. Entah bagaimana dia menatap dunia selanjutnya bersama suaminya.

Apa perlu dia bahagia dengan suaminya? Walaupun dia cinta pertamanya tapi dia tidak nyakin dengan pernikahan ini apalagi semua didasari oleh calon mertuanya yang menyukainya saja tidak dari dua pihak.

Seminggu? Itu waktu yang sangat singkat jika lima hari kedepan dihabiskan untuk sibuk ujian sekolah.

"Apa aku pantas denganya? Aku takut dia tidak bahagia menerima pernikahan ini," lirih Cempaka menghembuskan nafas kasar.

My Boyfriend Cute [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang