MBC 21

70 5 0
                                    

Happy_Reading

Seperti hari biasanya Aroi menjemput Cempaka dirumah sederhananya. Dengan berdiri didepan kap mobil sambil bergaya cool itu sudah menjadi kebiasaanya.

Ia tidak mau mengetuk atau memanggil Cempaka. Takut gadis itu belum siap dan marah seperti pertama kali ia jemput.

Tidak ada tanda pintu itu dibuka sejak lima belas menit. Ia memutuskan untuk bermain diponselnya. Ia memang bukan seoarang gamer tapi ia lebih suka menyibukkan waktu sesat untuk main.

"Dari tadi?"

"Shit!" ia baru saja melogin game tapi Cempaka sudah datang lebih dulu. Akh kalau tahu gini ia tidak mau bermain.

"Ngak. Cepet masuk keburu telat," Ia masuk kedalam mobil dengan membanting pintu membuat Cempaka terkejut. "Masih jam enam lebih seperempat masa telat?"

"Buruan masuk woi!" Pekik Aroi menekan klason mobil. "Iya iya bentar ah!" Cempaka masuk kedalam mobil dan melirik kilas Aroi.

"Mood kakak ngak baik?" Tanya pelan Cempaka menatap ragu Aroi.

Dari empat persahatan hanya Alvarendra yang dipanggil tanpa embel embel 'kak'. Entalah apa karena bertiga lain terlihat tua.

"Enggak. Pasang sabuk pengaman lo," titah Aroi melajukan mobil menelusui jalanan yang sudah masuk jalan besar.

Kurang lebih sepuluh menit perjalanan dan tidak ada yang memulai pembicaraan. Cempaka terlalu takut untuk mengajak bicara apalagi melihat wajah Aroi yang kurang mengenakkan.

Mobil sudah masuk kejejeran mobil sport lainnya. Ada satu mobil yang didepan kap ada teman temannya. Mungkin menunggunya. Ah teman yang baik.

Aroi keluar dengan mengcangklongkan disisi kiri tasnya sambil menunggu Cempaka turun. "Langsung ke kelas jangan keluyuran," titah Aroi menghampiri Cempaka lalu mengacak pelan rambut Cempaka diakhiri senyum kecil sebelum pergi mendekati Alvarendra dan lainnya.

"Acie yang kemarin ngamok ngamok ngak jelas sekarang bucin tapi sayang ngak ada statusnya, jhiaaaa!" Ledek Handika membuat Aroi mendengus kesal.

"Diem lo!"

"Gue tadi ngak sengaja lihat jari Cempaka. Lo kasih dia cincin?" Tanya Zale bersedap dada duduk di kap mobil.

"Cincin? Ngak. Masa dia pakek cincin?"

"Lo lihat aja nanti dikelas kalau ngak percaya," ucap Zale meninggalkan tempat saat Alvarendra berjalan.

Sedangkan diparkiran montor dari geng montor Xalva sendiri terlihat sangat ramai. Banyak anak yang ledek atau menyoraki satu sama lain jika menjadi sasaran empuk lainnya.

"Udah woi kasian si Aska kek mau nangis," ucap Celio namun dirinya sendiri malah tertawa.

"Lo sendiri ngak bisa tertawa apalagi gue,"

Aska menjadi bullyan pagi ini karena berpakaian yang sangat amat rapi. Baju dimasukan, celana dikasih ikat pinggang, rambut klimis dan dasi yang menggantung sempurna. Bukan karena apa, Aska itu cukup terkenal dengan pakaian yang tidak pernah rapi sekalian dibentak bentak guru.

My Boyfriend Cute [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang