MBC 20

81 7 0
                                    

Setelah pulang dari panti asuhan. Alvarendra langsung pulang, tubuhnya lumayan capek karena anak anak disana sangat aktif.

Langkahnya begitu gontai hingga membuka pintu kamar terasa malas. Entah fikirannya sedikit tidak enak.

Ceklek

"Udah pulang lo?" Tanya Zale.

Kenapa semua temannya kesini dan tidak memberi kabar dulu. Ah sudahlah Alvarendra akan menunda istirahat dulu.

"Dari tadi?"

"Ngak. Paling lima jam yang lalu." Handika menjawab sambil membuka bungkus makanan ringan.

Astagfirulloh lihatlah ini kamar atau pembuangan sampah? Kenapa banyak sekali bungkusan dan botol atau kaleng minuman?

"Nanti semua diberesin atau kalain ngak boleh pulang. Gue tinggal mandi dulu."

Mereka bertiga hanya mengacuhkan apa yang dikatakan Alvarendra menganggap hanya angin lalu. "Gue mau curhat nih."

"Apaan?" Tanya Zale sibuk memakan snaks yang tadi dibuka Handika.

"Gue suka sama seseorang tapi gue takut cinta gue ditolak," jawab Aroi mendapat perhatian dari dua temannya.

"Lo suka sama orang!? Wah Han ayo pesen win, mari kita pesta!" Seru Zale yang diangguki oleh Handika.

"Ck! Ini dulu urusin woi! Emangnya salah kalau gue suka sama orang?" Ketus Aroi menatap sinis Zale.

"Bukan salah tapi ini momen pertama lo suka sama orang. Pasti orangnya Cempaka kan?" Tebak Zale membuat Aroi reflek menatap tajamnya.

"Kok lo tau? Eh?" Ceplos Aroi.

"hahaha....Kita semua juga tahu lo suka sama dia. Lo aja setiap dikelas sering kepergok ngeliatin dia, pulang berangkat bareng dia. Semuanya sama dia cuma dia yang ngak peka sama perasaan lo," beber Handika tertawa kecil melihat wajah melas Aroi.

"Gue jadi takut tentang kejadian itu," gumannya.

"Kejadian apa?"

"Dulu ada waktu gue sama Cempaka makan diresto deket taman. Waktu makanan datang itu diantar sama pemilik resto trus dia bilang setelah pertemuan ini dia bakal angkat jadi mantu," cerita Aroi.

"Lagi bahas apa sih kok serius banget?" Tanya Alvarendra baru saja keluar dengan handuk melilit dipinggangnya.

"Cerita percintaan Aroi sama Cempaka. Lo ganti baju sana atau gue lorot tuh handuk,"

Alvarendra melenggang pergi dengan kesal. Mengambil baju yang cukup simple yaitu baju omblong serta celana pendek diatas lutut.

"Lo seriusin omongan ibu itu?" Tanya Handika yang sejak tadi menyimak saja.

"Yaiyalah. Lo bayangin aja gue nembak Cempaka tapi udah dilamar dulu sama ibu ibu itu," kesal Aroi.

"Ya pasti lo jadi sad boy,"

"Saraleo!" Umpat Aroi berjalan mendekati ranjang lalu terjun kesana. Meninggalkan temannya yang cekikian.

"Udah ganti nih. Cepet katakan tadi pada mbahas apaan?" Tanya Alvarendra duduk dipinggiran ranjang pojok kanan.

"Ada yang lebih penting dan lebih bahagia," ucap Zale membuat Alvarendra menyergit bingung.

"Apaan?"

"Polisi yang waktu itu ngejar lo udah kita atasi. Semua bukti yang bisa jerat lo udah selesai. Jadi lo bukan lagi buronan," jawab Zale.

"Serius!? Wah akhirnya. Udah males gue hadepin tiku tikus itu. Untung gue punya sahabat yang bisa diandelin," bangga Alvarendra menepuk punggung Zale.

My Boyfriend Cute [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang