extra terakhir

182 12 0
                                    

Kata singkat yang memberi banyak rasa senang dan bahagia adalah kata lulus. Itulah yang menggambarkan perasaan gadis berusia 21 tahun itu.

Penghargaan dengan nilai tertinggi telah dia takhlukan setelah empat tahun berjuang. Ditambah lagi ia bisa memasak  setelah masuk diextrakuliluler masak dan keluar dari extrakulikuler musik.

Diatas panggung besar Xalva berdiri sambil mengatakan terima kasih dan bersyukur bisa mendapatkan semua ini. Kesuksesan dalam belajar yang selalu mampu menjulangkan namanya sampai ketitik ini, titik terahir perjuangannya.

Xalva tidak akan lanjut kuliah lagi, ia memutuskan untuk pulang ke tanah airnya dan membantu papanya dalam mengolah manajemen kantor. Walaupun sang papa memiliki anak tiga laki laki, ia tetap ingin ikut terjun.

"Wah anak mama berhasil, selamat ya sayang," ucap mama Lita memeluk tubuh wanita mungil yang telah dilahirkannya itu.

Bunga yang semua ada dipelukannya diberikan kepada papanya sebelum memeluk Lita. "Semua ini berkat doa mama dan ijin mama. Coba waktu itu mama ngak ridho, sudah pasti aku bakal tetep disini," kekeh Xalva mengurai pelukannya.

"Mama selalu doain yang terbaik buat anak anak mama sayang. Lagipula mama bukan orang yang suka ngekang anak kayak papa kamu," Lita terkekeh kecil melirik Anton yang mendengus kasar.

"Kamu ngak kangen papa sayang? Masa cuma mama kamu yang dipeluk," ucap Anton merentangkan tangannya membuat Xalva lagi lagi terkekeh.

"Kangen omelan papa banget," rengek Xalva menyembunyikan wajahnya dicengkuk leher Anton, tempat paling favoritnya.

"Dih kok kangen omelan papa? Jadi kamu ngak kangen papa gitu?"

"Ngak gitu papa ih. Kan papa ngomel dari diri papa jadi aku kangen papa juga," kesal Xalva dengan Anton yang sangat sulit peka.

"Ngak paham papa nak sama yang kamu bilang," cicit Anton membuat Xalva mendengus sebelum mengurai dekapan itu. "Mama kok betah sih hidup selama ini sama orang kurang peka?"

"Ya dibetah betahin aja nak. Kamu kayak ngak kenal papa mu aja, kalau lagi laperkan memang gitu," jelas Lita.

"Papa belum makan? Kenapa?"

"Acara kamu pagi dan papa bangun kesiangan jadi ngak sempet makan,"

"Ya Allah kasian papa. Yaudah ayo kita pulang, acaranya juga udah hampir selesai tinggal nanti malam acara night party." Ajak Xalva mendorong lengan Anton setelah mengambil bunga.

"Alva!" Panggil seorang pemuda dibelakang sana membuat Xalva terhenti lalu menolah. "Sudah aku bilang jangan memanggilku dengan sebutan itu Ren!" Omel Xalva membuat kedua orang tuanya saling pandang sebelum meningglkan anaknya itu.

"Kenapa? Bukankah selama ini aku sudah terbiasa memanggilmu itu?" Tanya Ren, anak lulusan falkutas hukum yang selama ini memang lumayan dekat dengan Xalva.

"Kalau aku bilang jangan ya jangan. Tapi kamu malah kekeh buat manggil nama itu," kesal Xalva meladeni anak keras kepala seperti Ren ini.

Tubuhnya yang hampir dua meter itu terkekeh kemudia tangannya terangkat untuk mengacak pelan pucuk kepala Xalva. Sebenarnya tidak boleh namun disini lumayan sepi. "Minggu depan ada konser didepan gedung universitas kita, mau nonton bareng? Ada senior musik juga disana,"

"Konser?"

"Hm, mau?"

Xalva terdiam beberapa saat sebelun akhirnya menggeleng. "Gue mungkin mau pulang lusa bareng orang tua gue. Pengen cepet cepet pulang, udah rindu banget gue sana tanah air gue," tolak Xalva dengan halus.

"Yah kok cepet pulang sih? Tapi lo bisakan nanti ikut acara malamnya?" Tanya Ren dengan berharap Xalva datang.

"Dateng kok sekalian ngucapin selamat tinggal juga,"

My Boyfriend Cute [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang