Bel pulang sekolah sudah berbunyi membuat aktivitas belajar mengajar harus berhenti. Para murid bersorak senang namun ada beberapa yang bertolak belakang.
"Ayok,"
"A-aku pulang sendiri aja kak. Soalnya aku juga harus ke perpus buat pinjam beberapa buku buat ujian minggu depan," tolak halus Cempaka saat Aroi mengajaknya pulang bersama.
"Gue temenin,"
"Ngak usah kak! Aku bakal mampir dulu ketempat teman ibu dulu. Kasihan kalau kakak nganterin aku kemana mana,"
"Ngak papa. Gue yang pengen jadi ngak masalah kalau kemana mana," ujar Aroi seolah tetap ingin mengantar Cempaka. "Kakak plis biarin aku pergi sendiri. Ya kak?" Mohon maaf lahir dan batin.
"Oke. Gue duluan kalau gitu, jaga diri baik baik kalau ada apa apa telpon gue," pesan Aroi mengesek antara telapak tangan dan puncak kepala Cempaka.
"Hush untung kak Aroi ngak maksa ikut." Gumannya bergegas menuju perpustakaan sekolah. Lumayan jauh dari kelas tapi dekat sama gerbang sekolah.
Cempaka masuk kedalam perpus setelah mengisi daftar hadir, tersenyum kecil saat perpapasan dengan guru penjaga perpus.
Memilih buku yang ada di jurusan Mipa yang menghabiskan waktu cukup lima belas menit. "Ada novel juga? Kayaknya seru," guman Cempaka saat melihat beberapa rak yang diisi novel.
"Bu saya mau pinjam buku ini,"
"Baiklah tunggu sebentar." Bu pengawas langsung menulis tanggal mengambil dan mengembalikan sebelum buku diserahkan ke Cempaka.
"Belajar yang rajin ya nak. Nanti kalau dapet peringkat 1 ibu kasih yupi satu toples," ungkap ibu pengawas memberi semangat dengan iming iming yupi.
"Benaran bu? Kalau iya saya harus berusaha sekuat tenaga ya buk, apalagi saingan saya satu Indonesia," keluh Cempaka namun detik selanjutnya kembali ceria.
"Walaupun kamu bukan dari kelas mipa 1, 2, 3 tapi ibu nyakin nilai kamu bisa lebih tinggi dari mereka. Apalagi dilihat dari rapot kamu yang selalu mendapat nilai tertinggi dari anak mipa lain. Cuma sayangnya dulu saat ditawarin untuk pindah ke mipa 1 ngak mau,"
"Bukan ngak mau bu. Cuma takutnya aku sibuk bersaing sama teman teman ku kalau dikelas sekarang kan enak. Bisa enjoy enjoy dan ngak kaku banget,"
"Enjoy atau menganggap saingan kamu kecil?"
"Ngak gitu bu. Sebagian besar kelas saya pintar pintar apalagi ditambah tiga anak baru kemarin makin banyak orang pintarnya. Lagipula saya tidak pernah menganggap remeh teman saya;"
"Bagi saya teman dikelas adalah saudada disekolah ini. Mungkin saat ujian kami sering bersaing namun tidak ada niatan untuk meremehkan lawan. Kami tahu tidak selamanya bisa mendapatkan nilai lebih baik." Lanjutnya.
"Wah bagus itu yang harus ditanamkan diri. Jangan menganggap orang lain lemah. Yasudah kamu pulang sana kesian kamu berdiri terus sama bawa buku lumayan banyak lagi," tutur bu pengawas membuat Cempaka mengangguk kemudian pamit undur diri.
Cempaka meninggalkan sekolahan menuju halte terdekat. Ternyata disana sudah ada yang menunggunya. "Lama banget sih lo di sekolah? Kayak orang sibuk aja lo," kesal pemuda itu sambil berjalan mendekati montornya.
"Ya maaf tadi aku pinjem buku dulu diperpus," ucap Cempaka naik keatas montor milik tunangannya.
"Jangan pegang pegang bukan muhrim."
Cempaka mendecak kesal. Siapa juga yang mau pegang? Kepedean bangat sih dia.
Tunangannya melajukan montor dengan cepat seolah tidak memperdulikan Cempaka yang mulai tidak tenang ditambah mulutnya sudah kering karena sering membuka mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Cute [Tamat]
Novela Juvenil"Duh cowok kok letoy sih? Malu sama otot," ejek segerombolan cewek saat Aiko Alvarendra Rajendra atau biasa disebut Al itu. "Ngak papa letoy yang penting pacar aku leader geng montor," balas Al tersenyum mengejek pada cewek yang menghinanya tadi. "A...