Xalva memasuki gang permukiman warga dengan menenteng kresek logo Indo, tangannya sibuk bermain hp hingga tidak sengaja ada yang menyenggol lengannya dengan keras.
Untung hp tidak terjatuh hanya Xalva terserong kekanan. Ternyata yang menabraknya adalah Al, ya Al.
Tapi kenapa Al terlihat seperti dikejar seseorang terlihat dari wajahnya yang banjir keringat. Al tidak mengatakan apa apa dan tiba tiba langsung bersembunyi dibalik tembok.
"Maaf nona, apa nona melihat remaja cowok berlari kearah sini?" Tanya polisi dengan nafas tersenggal senggal.
Xalva terdiam sejenak, apa yang mereka cari Al?
"Tidak pak, saya sejak tadi tidak merasakan ada orang lewat kecuali saya sendiri," bohong Xalva melirik kanan dan kiri.
"Baiklah kalau begitu kami permisi dulu," pamit dua polisi itu meninggalkan Xalva sendiri.
Melihat situasi aman Al akan pergi namun pergelangan tangannya dicekal oleh Xalva. "Ikut gue," tegas Xalva menyeret Al ke apartemennya.
Jaraknya tidak jauh dengan menggunakan kaki hanya butuh lima menit saja. Ditambah lima menit untuk sampai di apartemennya langsung.
"Gue ambilin minum dulu," ucap Xalva.
"Ngak usah," tolak Al merampas kresek yang masih ditangan Xalva lalu mengambil minuman kaleng.
Xalva menatap intens Al yang masih minum hingga ditekukan terakhir Xalva masih menatapnya. "Jelasin,"
"Apanya?" Tanya Al.
"Yang tadi apa? Kenapa lo bisa dikejar polisi? Lo buronan?" Tanya Xalva beruntun membuat Al memijit pangkal hidungnya.
"Bentar," Al merongoh kantong celananya lalu menelepon seseorang.
"Halo?"
"Halo?"
"Gue masih dikejar sama polisi sialan itu. Tapi untungnya polisi ngak lihat wajah gue. Tolong cari tuh orang yang udah dibayar mahal tapi belum menyelesaikan pekerjaannya atau seret dia ke markas,"
"Wah ngajak main kayaknya tuh orang. Oke nanti gue suruh anak lain buat cari dia dan langsung suruh bawa ke markas. Kita beri pelajaran sedikit biar tau gimana rasanya bermain api,"
"Terserah intinya orang itu harus dibereskan dulu."
tut
"Gue bukan buronan dan kenapa polisi ngejar gue mungkin karena kesalahan gue dimasa lalu," ucap Al.
"Kesalahan? Kapan kok gue ngak tau?"
"Gue masih smp dan kenapa lo harus tau masalah gue sedangkan gue ngak kenal sama lo?" Heran Al.
"Tapi gue ngak percaya lo bisa lupain gue,"
"Lo punya hp? Lo download aplikasi yang ada drama luar, trus lo nonton My grilfriend is a Alien. Lo bakal tau jawabannya," ucap Al sebelum beranjak pergi.
"Oh satu lagi, lain kali gue ngak butuh batuan. Tanpa lo, gue juga bisa ngatasin mereka," imbuhnya tak tau diri, sudah tolong malah songong.
"Ck! Aku tidak nyakin dia pria-ku yang letoy dan cute itu," gumannya.
Empat tahun yang lalu
Al pergi ke pameran yang ternyata dihadiri juga oleh presiden A yang masih menjabat.
(Ingat cuma fiksi)
Sejak tadi telinganya terus berdengung karena ceramah panjang presiden itu. Waktu itu Al masih duduk dibangku smp.
Entah bujukan dari siapa Al bisa ikut melihat pameran membosankan. Merongoh kantung celanya, Al baru saja melihat benda haram disana.
Senyum smrik muncul diwajahnya padahal wajahnya begitu lucu dan cantik. Melihat kondisi yang ramai membuat Al sengaja membidikkan pistol tepat dijantung presiden.
Dor!
Akh!
"Presiden ditembak!"
"Presiden?"
Walaupun presiden dikelilingi oleh pasukan khusus, itu akan percuma jika berurusan dengan ahli senjata. Tak peduli meleset atau tidak namun pengawasan tidak pernah tepat, pasti ceroboh.
Melihat presiden yang tumbang diatas panggung membuat pameran itu ricuh dan segera kabur guna menghindari serangan dadakan itu, bagi mereka.
Sedangkan Al tersenyum senang melihat darah presiden. "Si menyebalkan telah pergi," girangnya.
Al bergegas pergi ketempat pengontrolan cctv guna menghapus rekaman saat dia membidik presiden.
Dan beruntungnya tidak aja yang mengjaga karena mungkin sibuk dengan kekacauan diluar. Jari jemari Al bekerja sangat cepat hingga tidak membutuhkan waktu lama.
Tak!
"Selesai,"
Al bergegas pergi dengan gaya santai namun sepertinya dia tidak menyadarinya jika dia diawasi boleh satu penduduk. Baginya mungkin Al terlihat berbeda dari yang lain membuat penduduk itu terus menatap gerak gerik Al.
Dari awal Al masuk sampai keluar pameran, bahkan langkahnya begitu tenang daripada yang lain.
*
"APA! LO? LO NEMBAK PRESIDEN!?" teriak Handika menatap Al dengan tidak percaya setelah mendengar penjelasan Al.
"Gue ngak suka sama dia, bukankahh dia bukan presiden yang baik? Walaupun presiden bisa digeserkan tapi nyatanya sampai sekarang dia masih memiliki jabatan. Gue nyakin ini ada hubungannya sama uang," jelas Al.
"Kalau itu pasti. Tindakan lo benar mungkin Allah bisa mengurangi sedikit dosa lo itu," ucap Aroi menepuk bahu Al.
Presiden dipilih rakyat namun pemerintahannya diisi oleh oarang berduwit jadi tidak heran jika presiden menggunakan uangnya untuk jabatannya. Segalanya butuh uang pren.
Al juga mengetahui jika presiden melakukan korupsi besar besaran dengan pejabat lain, termasuk menyuap KPK. Ya walaupun harus dibayar tinggi tapi itu bukan masalah bukankah uang bisa dicari?
(Perlu diingat ini hanya fiksi)
Pada masanya banyak terjadi seperti semua pajak dinaikkan 30% membuat rakyat kecil semakin menjerit miskin. Namun tidak ada yang berani menolak.
"Uang pajak itu untuk kalian! Apa yang dari kalian akan kembali kepada kalian!" Pidato waktu presiden melunjurkan penaikan pajak.
Embel embel itu tidak aja wujudnya, desa terpencil malah dibiarkan sengsara sedangkan komplek para orang kayak malah dipermudah hidupnya.
Jalanan desa rusak tidak ada yang mau mengurusinya, kalau begitu apa gunanya pajak setiap tahun?
"Hm ngak sedikit tapi Allah hapus semua dosa gue karena bantu malaikat maut buat ngambil nyawa dia," kekeh Al menenguk win.
"Bersulang untuk kematian si tua bangka!"
Mereka bersulang dengan hati senang, mood Al benar benar baik setelah melepas peluru ke sasarannya.
Sejak saat itu kehidupan Al baik baik saja hingga tiba tiba tersebar pembunuh presiden, memperlihatkan cctv rekaman ya walaupun tidak mengetahui wajahnya namun kasusnya diselidiki dengan sangat ketat.
Dan itu membuat Al harus putar akal, ya dengan menjadikan memanfaatkan wajah cutenya. Al merubah seluruh hidupnya demi menutupi masa lalu. Sifatnya diputar balikkan dengan sifat aslinya.
Namun tidak hanya merubah sifat, Al juga harus menghapus semua bukti agar nanti jika tertangkap dan disidang. Para penuntit tidak bisa menuntutnya dikarenakan bukti tidak ada atau Al harus bermain kotor.
Ide merubah sifatnya adalah waktu Al melihat pantulan wajahnya dicermin, menatap dengan teliti hingga menemukan ide itu. Sikapnya yang bad boy diganti dengan cute boy
Untuk orang tuanya tentu sudah tau seluk beluk anaknya, masa sudah hidup lebih 17 tahun tidak mengerti sifat dan sikap anaknya.
Tbc and vote

KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Cute [Tamat]
Teen Fiction"Duh cowok kok letoy sih? Malu sama otot," ejek segerombolan cewek saat Aiko Alvarendra Rajendra atau biasa disebut Al itu. "Ngak papa letoy yang penting pacar aku leader geng montor," balas Al tersenyum mengejek pada cewek yang menghinanya tadi. "A...