"Udah udah jangan terus kasian air matanya dikuras habis," canda Alvarendra menggendong Xalva seperti koala.
"Montor Alva gimana hiks,"
"Iklhasin aja udah nanti beli lagi. Jangan kayak orang susah."
"Huaaa ngak mau! Maunya montor Alva balik lagi!"
"Ck! Diamlah sebentar. Kenapa sih lo ngerengek terus! Bisa pecah gendang telinga gue!" Bentak Alvarendra menatap Xalva yang terkejut.
"Hiks huaaa Aiko kok bentak bentak Alva sih!" Teriak Xalva menenggelapkan wajahnya di cekuk leher Alvarendra sambil kaki diayun dengan keras membuat berat tubuh semakin naik.
Alvarendra sebenarnya dibuat pusing bahkan kepalanya terasa ingin pecah mendengar sejak datang ke aparteman Xalva terus menangis. Tidak mau tenang sekalipun dibentak malah makin nangis kejer.
Setelah menenggelamkan wajahnya tangisan Xalva mulai memudar hanya racauan kecil seperti anak kecil. "Montor Alva." Kata itu yang terus diulang hingga semakin lama semakin hilang.
"Alhamdulilah diem juga ni anak. Siapa juga yang mau ngambil bututnya sampe bikin dia nangis sekejer ini. Bahkan dia lupa jika dia ketua leaders besar." Monolog Alvarendra berjalan mendekati kamar tidur untuk meletakkan Xalva.
Walaupun tubuhnya kuat, pasti tangannya akan pegal jika menggendong terus. Meletakkan dengan pelan kemudian menarik selimut sampai sebatas dada. "Montor Alva." Racaunya.
"Sampe mimpi pun masih aja inget montor. Bikin repot aja," gerutunya merogoh ponsel lalu menekan nomer yang dicari.
"Halo?"
"Tolong cari montor. Nanti nomer platnya gue kasih,"
"Baik."
Tut
Alvarendra bergegas pergi tidak lupa menutup pintu lalu berjalan mendekati kamar sebelah. Ia tahu aparteman ini punya dua kamar yaitu kamar pribadi dan tamu. Dilihat dari desain saja Alvarendra sudah tahu jika ini memiliki dua kamar.
***
"Kak?" Ucap Cempaka berdiri saat Aroi datang mendekatinya.
"Kenapa?" Tanya Aroi masih berdiri berhadapan langsung dengan Cempaka sebatas dagunya.
Tadi waktu sepulang sekolah Cempaka tidak sempat memberi sesuatu untuk Aroi mangkanya malam ini ia ingin memberitakan dan menanyakan sesuatu.
"Kakak suka aku?" Tanya Cempaka menatapa tetap mata Aroi yang sedikit membesar. "Ti-tidak! Siapa yang suka sama lo!?" Bantah Aroi memalingkan wajahnya.
"Kakak jangan bohong sama aku. Ngak papa kok kalau kakak suka sama aku. Tapi masih suka kan?"
Sungguh pipi Aroi memarah saat ia ketahuan menyukai gadis kecil dihadapannya ini. Apa terlihat begitu suka? "Hm."
"Maaf."
"Maaf? Untuk apa?" Tanya Aroi mengangkat dagu Cempaka yang menunduk.
"Maaf aku ngak bisa bales perasaan kakak." Ucap cepat Cempaka memalingkan wajahnya.
Deg
Cinta pertamanya gagal? Cintanya bertepuk sebelah tangan? Hati Aroi ibarat gelas kaca yang dibanting dengan sengaja. Jantungnya berdeguk dengan cepat.
![](https://img.wattpad.com/cover/296695614-288-k475503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Cute [Tamat]
Novela Juvenil"Duh cowok kok letoy sih? Malu sama otot," ejek segerombolan cewek saat Aiko Alvarendra Rajendra atau biasa disebut Al itu. "Ngak papa letoy yang penting pacar aku leader geng montor," balas Al tersenyum mengejek pada cewek yang menghinanya tadi. "A...