Ia duduk di ranjang, tapi bukan ranjang UKS, di ranjang rumah sakit kali ini. Ia telah menyelesaikan prosedural kuret yang harus ia jalani
"Maaf, maaf" Heeseung mendekap istrinya yang syok itu, ia hanya terdiam, menatap ke depan
"Mari pulang" Sunoo mengambil hp nya, ia sudah boleh rawat jalan
"Sunoo... Sayang?"
Ia tak berkutik, kali ini Sunoo yang menyetir. Ia fokus pada jalanan Semarang yang sepi itu, malam yang sunyi, senyap tak ada hambatan
"Sayang, mau makan? Mumpung diluar" Heeseung menawarinya makan
"Saya lelah"
Cukup jarang Sunoo mengunakan sapaan saya, antara ia marah sejadi jadinya, atau hanya lelah
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Aku, peluk ya"
"Hya! Saya ini istrimu, bebas mau diapain juga"
"Sunoo, kalau marah padaku, hukum aku, okey?"
"Aku lelah hee, kita cukupkan perbincangan ini" ia menutup bukunya, mematikan lampu meja. Selimut putih ia tarik, ujungya basah sedikit. Mereka tidur dalam keadaan hening, tanpa interaksi apapun
....
"Jaga rumah ya sayang, kalau ada apa apa, telpon" ia mengecup singkat keningnya, lalu Heeseung pergi bekerja
"Heeseung"
"Apa sayang?"
"Berjuanglah"
Tunggu, apa maksudnya ini?
"Pasti, dukung aku sayang!"
Heeseung sepertinya meninggalkan sesuatu. Ah, laptopnya tertinggal, padahal ia sudah separuh perjalanan ke sekolah.
"Kenapa hee?" Sunoo berjalan tertatih tatih, efek anestesi mulai memudar
"Ada 2 barang tertinggal" ia mengambil laptopnya, dan jatah ciuman dari Sunoo
"Hee, libur aja gih, agak sakit buat jalan, ya?"
"Emh, baiklah. Demi kamu yaaa, bantuin lepas dasi dong"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Hahh, Masi ada yang perlu dipindah?" Ia kelelahan, memindah perabot ke posisi baru
"S..sakit.."
"Sayang?"
"Sakit hee, ssakit" ia berjalan perlahan, menuju kekamar
"Udah dibilang istirahat di kamar aja kan ? Ngeyel si"
Sunoo merintih terus menerus, ia ditidurkan. Ia meremas banyak keras, kesakitan karena anestesinya betul betul habis
"Sakit ya, sini remes tanganku"
Segera ia raih tangan itu, menggenggam erat"AKH" kukunya panjang, Heeseung merasa kesakitan
"Eh, maaf.."
Heeseung mencoba mengambil jarum akupuntur dari blisternya itu, tangan kanan nya bergetar hebat
"Engh"
"Kenapa h...hee?"
"Gapapa, gapapa. Sebentar" ia meneguhkan dirinya, memaksakan melakukan akupuntur. Ia menghentikan tremor itu dengan tangan kirinya, lalu menusuk sedikit
"Ahhhn"
"Udah ga sakit?"
"Ngga. Kamu gimana hee ? Maaf, cengkraman tanganku kencengan ya?" Sunoo duduk, memeluk Heeseung sejenak
"Gapapa kok, sayang. Maafin aku ya, andai aja"
"Sudahlah hubby, aku akan memaafkanmu, dengan 3 syarat"
.
.
.
.
.
.
.
."Hee... Heesss...seung" ia memukul mukul sesuatu
"Emh, oh bentar. Sakit ya? Ini lagi cari obat"
Terbangun ditengah malam, mencari analgesik. Sunoo merintih, terus kesakitan selama 2 hari terakhir
"Ahh, hah... Hah"
"Udah ngga sakit kan ? Tidur yang nyenyak"
"Heeseung, aku..."
"Kenapa lagi?" Mereka bertatapan dalam rebahan itu, Sunoo merasakan sesuatu
"Siklusku udah normal. Setelah selesai..."
"Hem?"
"Setelah selesai... Ah gitulah pokoknya"
Heeseung beranjak sedikit, tiduran di dada Sunoo itu, bertumpang tindih satu sama lain
"You did well, hubby"
<3
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Heeseung kini berdiam diri di perpustakaan selaksa Cendekia. Perpustakaan yang besar itu, dengan cat berwarna putih cream yang khas. Hanya ada ia, dan bukunya, serta pustakawan yang sibuk membaca pula. Hembusan AC mengenai seluruh ruangan, ditambah gemericik air dari akuarium, menambah kesunyian dan sakralnya tempat jendela ilmu itu.
Ia sibuk membaca karya Tere Liye berjudul Bumi itu, suara halaman buku yang dibalik itu khas, suara yang disenangi para kutu buku. Banyak buku lama disana, ada kamus dan bacaan cetakan orde lama disana, peta usang, globe yang masih bertuliskan uni Soviet, dan beberapa barang lama peninggalan orde baru.
"Hubby"
"Loh, sayang. Kamu kesini?" Ia terkaget, muncul suara yang ia kenal
"Nakal, kamu ga bilang kalau Selaksa Cendekia punya library semegah ini" ia mencubit pangkal hidungnya, Heeseung menyembunyikan sebuah harta Karun
"Duduk sayang, duduk" ada Bean bag di sebelahnya, ia tarik bean bag itu, agar istrinya dapat duduk berdampingan dengannya
"Sayang, ngantuk"
"Kebiasaan, baca buku sedikit ngantuk. Nih kosong" ia menyiapkan tungkainya, menghadapi kepala Sunoo yang hendak tidur itu
"Baca nih. Hanya untukmu dan Allah ku, kuberikan suara yang indah ini" Sunoo membaca sepotong kata, yang tersirat dalam novelnya itu
"Hanya untukmu, dan Tuhanku, kuberikan cintaku yang tulus ini..."
"Heeseung, dari 1 sampai 10.."
"11"
"Loh, kok gitu"
Mulutnya terkunci, tak ada alasan khusus ia mengatakan angka 11. Pustakawan menghampiri mereka, bertitah bahwa perpustakaan harus dikunci. Mereka keluar, tentunya meminjam buku yang barusan mereka baca.
"Hubby, beliin eskrim"
"Hem ? Tumben, rasa apa?"
"Mint choco"
"Loh, katanya gasuka mint Choco" Heeseung heran, ia mendadak minta makanan penutup yang Sunoo sebut rasa rumput itu
"Beliiiiiinn...."
"Iya sayang, bentar nyari minimarket" Heeseung kewalahan, Sunoo yang merengek itu bukanlah hal yang biasa baginya. Ia berhenti di salah satu minimarket, membeli 2 ice cream berperisa mint choco itu.
"Enak"
"Sayang, kamu gapapa kan?"
"Aku... Gapapa. Beliin yang banyaaaak"
Heeseung turun lagi, membeli beberapa buah makanan itu. Ia tempatkan di kotak freezer yang ia bawa dimobil, lalu kembali berkendara menuju graha miliknya itu
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Saya Purna || HeeNoo
Fanfiction[ONGOING, Update tidak menentu. Follow utk notifikasi update] "Pada akhirnya, semua akan kembali seperti semula, kan?" Ujarnya sembari ia membuka amplop cokelat, yang berisi surat purna tugasnya. Usai sudah ia berada dalam negeri nan jauh, mengabdi...