𝐚𝐬𝐦𝐚𝐫𝐚 𝐭𝐚𝐫𝐮𝐧𝐚 -1

561 56 2
                                    

"Ngger, saya rela nunggu kamu, ini bukan opsi terakhir"

Kartika memandangi kekasihnya itu, matanya yang sayu, dan angin yang dingin membuatnya ingin menjamah tangan dingin pasangannya itu

"Saya, bukan orang yang baik ya"
Angger menghela nafas, memandang keluar restoran

"Kok begitu ?"

"Saya terlalu fokus akan sesuatu, kamu malah saya lupakan bukan ?"

"Ngger"

"Kalau memang Tuhan tidak mengizinkan hubungan kita, mungkin sekarang waktunya, Kartika"

Angger berjalan keluar, menghidupkan motor yang ada di parkiran

"Mari pulang, saya antar untuk terakhir kali"

"Ngger"

Angger termenung, hanya menanti jawaban dari Kartika perihal pulang itu

"Kalau memang tidak cinta, kok masih pakai cincin yang kita beli bersama?" Kartika memandangi cincin emas itu, hasil menabung 1 semester bersama Angger. Cincin couple 18 karat itu menjadi ikrar bagi dirinya dan dia

"Ini, saya kembalikan"

"Ngger, saya akan pulang sendiri" Kartika menerima cincin itu, lalu berjalan menuju pangkalan becak

.
.
.
.
.
.

"He ? Perawat UKS?"

"Iya sayang, daripada nganggur. Kamu gasuka keheningan bukan?"

Sabtu pagi di Venesia Van Java, Heeseung menyeruput teh Thailand yang ia beli kemarin, berdampingan dengan roti sisir buatan rumahan. Sunoo duduk dengan secangkir teh Pu'er di tangannya, mereka berdua duduk memandangi pohon mangga yang ada didepan

"Ya... Gapapa deh"

"Okey" Heeseung menelepon Bu Wati, istrinya setuju dengan pekerjaan 'paruh waktu' itu

"Hee"

"Apa sayang?"

"Kamu kemarin lihat angger sama pacarnya bukan?" Sunoo memulai perbincangan, lalu ia menenggak teh sedikit

"Lihat, kenapa ?"

"Mereka tidak akrab"

"Maksudmu..." Heeseung meletakkan cangkirnya, pandangan matanya beralih ke topik istrinya itu

.....

"Tahun depan, mereka mau mengajukan dispensasi nikah" Heeseung angkat bicara

"Nampaknya Angger dan Kartika serius, hingga mau ngajuin dispensasi nikah" Sunoo melahap roti sisir mentega itu, lalu ia lunakkan dengan meminum teh

"Ya..... panjang ceritanya" ia menghela nafas panjang, lalu merentangkan tubuhnya

"Ya diperpendek"

"Ish, kamu ya. Loh rotinya abis" Heeseung tersadar, roti sisir mentega yang Sunoo makan adalah roti terakhir

"Kubuatin deh, bentar"

.
.
.
.
.
.
.
.

"Putus neh gan" Fajar menggoda Angger di kelas, melihat ia tak menggunakan cincin emas kesayangannya

"Ish, bawel lo"

"Namanya juga cinta monyet jar, kayak telpon. Putus nyambung gitu" Nayla bergabung, ia memegangi tasbih kecil di tangannya

"Hayo yang katanya mau dispensasi nikah, kok cemberut begitu?" Bu Wati datang ke kelas 9I

"Bu Wati, ada perlu apa Bu?" Fajar menyapa beliau, yang sedang mencari sesuatu

Saat Saya Purna || HeeNoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang