11

2.3K 272 7
                                    

" Biar kamu nggak pake Jersey melulu, mas."

Syana menunjukkan hasil belanjaannya tadi yang justru lebih banyak kebutuhan pribadi Raga dibanding miliknya sendiri.

" Seragam kerja gue kan Jersey. Tiga perempat hidup gue emang pake Jersey terus. Jadi buat apa beli kaos kalo bisa pake Jersey."

" Nggak menghargai banget. Udah dibeliin juga." Gerutu Syana sembari mengerucutkan bibirnya.

" Sini deh." Raga berusaha meraih salah satu baju yang ada di tangan Syana.

" Nggak usah. Nggak jadi saya kasih ke kamu." Syana menepis tangan Raga.

" Yeuu gitu aja ngambek. Bintitan lo nanti kalo udah ngasih terus nggak jadi."

" Kan yang dikasih nggak mau."

" Enak aja, siapa yang bilang nggak mau. Gue cuma bilang kalo gue emang nggak pernah beli kaos soalnya nggak mungkin kepake. Kalo ada yang beliin ya gue tetep mau lah."

Dengan sedikit paksa Raga menarik paper bag berisi baju-baju yang tadi ditunjukkan Syana.

" Lo beli baju apa beli saham sih, Syan. Kenapa satu lot sama semua begini." Ujar Raga setelah melihat enam T-shirt polos berwarna hitam yang dibeli Syana.

" Biar nanti kalo mas Raga pake pas udah sembuh orang-orang ngira kamu nggak pernah ganti baju." Balas Syana masih dongkol.

Raga tertawa.

" Tadi main ke mana aja lo berdua?" Tanya Raga ingin tau.

" Cuma ke mall kok, nganterin Lady belanja. Bulan depan kontrak kerjanya selesai. Dia bilang mau dapet bonus besar, makanya tadi dia kalap beli barang-barang nggak penting. Lady kalo udah urusan shopping tuh nggak mungkin bisa direm." Tutur Syana antusias. Entah kemana raut cemberut yang tadi terpatri di wajahnya.

" Masa seharian cuma belanja?"

" Nggak dong. Tadi nonton juga. Tapi karena tadi filmnya horor dan saya sama sekali nggak lihat, jadi saya nggak bisa cerita isi filmnya."

" Lo takut film horor?"

Syana menggeleng mantap. " Saya cuma nggak suka sensasi setelahnya. Paranoid, merasa nggak aman, ketakutan nggak jelas. Nggak ada untungnya."

" Itu sih namanya lo takut."

" Pas nontonnya nggak takut ih. Setelahnya itu loh yang bikin overthinking."

" Jomblo aja sok overthinking." Ledek Raga.

" Ngomong sama mirror, tolong." Balas Syana tak mau kalah.

" Jangan punya pacar deh kalo gitu. Temenin gue terus aja."

" Wleee." Syana memeletkan lidahnya mengejek.

Raga terkekeh. " Lo cari suami yang gimana sih. Kebanyakan pilih-pilih sih lo."

Ini pertanyaan pancingan. Raga hanya ingin tau seperti apa tipe pria idaman perempuan ini.

" Saya nggak mewajibkan diri saya untuk menikah. Di usia saya yang sekarang dengan status single juga baik-baik aja nggak ada masalah. Yang penting sehat, nggak punya hutang, dan bahagia."

Fit Perfectly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang