Orion berada di pangkuan Syana. Pria kecil itu mengintip dari balik jendela mobil menunggu sang ayah keluar dari tempat berlatihnya beserta si om jahil yang sering mengerjainya namun sayangnya begitu ia kagumi.
Rion tidak sabar. Kepulangan pahlawan badmintonnya dari setiap turnamen selalu menjadi momen yang ia nantikan.
Hari ini Keyna memiliki jadwal syuting iklan tanpa membawa serta Orion. Sedangkan sejak semalam Raga merengek seperti bayi beruang, memaksa Syana untuk menjemputnya di pelatnas karena ia mendapatkan jatah libur. Jadi tadi pagi Syana menawarkan diri pada Keyna untuk menjemput Orion di sekolah sekaligus meminta ijin untuk membawanya menjemput Raga dan Ryan.
Keyna tentu tidak menolak, Orion juga langsung berlari antusias ke arah Syana saat melihat perempuan itu berdiri menyandar pada kap mobil milik Raga yang sangat Rion kenali di depan gerbang sekolahnya.
Rion berdecak antusias demi melihat kemunculan dua orang yang dinantikannya berjalan menuju ke arah mobil yang ditumpanginya berada.
" Itu papa sama om." Pekik Orion dengan jari menunjuk pada Raga dan Ryan.
Ryan terlihat menggeret koper berukuran jumbo sambil memanggul tas besar di belakang punggungnya, tampak kerepotan membawa barang bawaannya. Berbanding terbalik dengan Raga yang hanya menenteng sebuah kresek hitam yang Syana duga berisi baju kotor. Tangan kanannya memegangi kopi Starbucks berukuran venti yang dinikmatinya sembari berjalan.
Sebuah pemandangan yang berbanding terbalik antara dua pria yang berjalan bersisian itu. Ajaibnya, Raga tidak tampak berminat membantu.
" Papaaa." Seru Rion seraya melompat ke kursi belakang ke pangkuan ayahnya.
" Jagoannya papa." Sambut Ryan menangkap Rion lalu menciumi wajahnya secara keseluruhan hingga menjalar ke leher dan bahu putranya.
Bocil itu berteriak tertawa kegelian sambil berusaha menjauhkan wajah sang papa dari lehernya meminta berhenti. " Papa, gelii hahaha."
Ryan menghentikan aksinya lalu merengkuh tubuh Rion erat menumpahkan kerinduannya. Jemarinya menyusur pada helaian lembut putra sulungnya yang telah memanjang.
Gara-gara Raga memanjangkan rambut, Rion bersikeras untuk mengikuti jejak om idolanya itu untuk ikut memanjangkan rambut.
" Biar gondrong kayak om Raga, ma." Ujarnya keras kepala saat Keyna memintanya memotong rambut.
Keyna dan Ryan sampai dibuat heran dari mana putra mereka yang masih kecil itu tau kosa kata gondrong.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun jika menilik tabiat Rion yang begitu memuja Raga, maka praduga terkuat saat ini tentu saja Raga sendiri.
Sementara pemandangan manis interaksi ayah dan anak itu tak luput dari perhatian Raga dan Syana yang ikut menilik ke belakang sambil terkekeh lucu dengan tingkah Rion.
Syana yang hari ini bertugas sebagai sopir bergegas melajukan mobil membelah jalanan menuju rumah Ryan.
Sepanjang perjalanan mereka sibuk meladeni celotehan Orion yang begitu bersemangat menceritakan prestasi belajarnya, ia baru saja memenangkan lomba melukis yang diadakan sekolahnya.
Keyna bahkan meneror Syana saat itu, memaksa Syana untuk mengirimkan kado sebagai hadiah untuk menyemangati Rion. Syana senang bukan main, Keyna benar-benar memperlakukannya seperti kawan baik. Jadi ia mengirimkan sekotak puzzle raksasa berbentuk gambar dinosaurus atas nama dirinya dan Raga.
" Bye bye tante. Bye bye om." Rion melambaikan tangannya pada Syana dan Raga yang mulai merayap keluar dari gerbang kediaman keluarga Swasoengko.
Mereka membalas lambaian tangan itu lalu berlalu setelah mengantarkan Ryan dan Rion.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fit Perfectly
General FictionSeluruh penjuru negeri sedang merayakan kemenangannya. Semua orang tengah mengelukan namanya. Raga Wilendra dan Ryan Prima Swasoengko, pasangan ganda putra yang baru saja meraih medali emas ke sembilan mereka di tahun ini. Ya, ini memang prestasi...