6

2.5K 282 7
                                    

" Udah bagus emang kelakuanmu nduk. Ditungguin di Bali malah ngilang nggak ada kabar. Untung mamimu ngasih tau kalo anaknya lebih milih jadi hamba uang daripada liburan."

Omelan Lady di seberang sana hanya dibalas tawa renyah Syana. Sesekali tawanya terinterupsi oleh kegiatannya yang sedang ngemil kentang goreng.

" Ketawa teross. Ketawain aja semuanya. Emang kelakuan anak Dajjal tuh yang begini nih, udah dibela-belain ambil cuti. Eh malah ditinggal cari duit."

Syana masih ingin mengeraskan tawanya tapi ia tahan karena khawatir akan mengganggu Raga yang tengah tidur siang. Pasien bayinya itu baru saja tertidur setelah melakukan drama rutinnya saat diberikan suntikan.

" Liburan lak butuh duit se Lad. Nggak ada duit mau bayar liburan pake opo awakmu?"

" Yo tapi info dulu gitu loh. Udah ditunggu para umat manusia di Bali kok tiba-tiba ngilang nggak ada kabar. Sesibuk apa kerjamu sampe nggak bisa angkat panggilanku berhari-hari."

Mendengar hal itu membuat Syana menggigit bibir bawahnya merasa bersalah. Dia dan teman-temannya memang memiliki agenda rutin untuk berkumpul di Bali. Awalnya hanya dirinya bertiga dengan Lady dan Ansara yang iseng melakukannya, seiring berjalannya waktu mereka mulai memiliki pergaulan di Bali. Orang-orang yang tinggal di Bali sangat baik menawarkan pertemanan tulus. Kedatangan mereka selalu disambut ramai.

Mungkin itu yang membuat Ansara akhirnya memutuskan untuk tinggal di Bali. Bahkan tahun lalu telah memutuskan bertunangan dengan orang Bali. Lain dengan dirinya dan Lady yang masih betah melalang buana memilih pekerjaan yang hanya terikat kontrak selama beberapa waktu. Katakanlah hidupnya hanya menunggu masa liburan untuk setiap kali kontrak kerjanya habis.

" Kali ini aku absen dulu wes. Have fun, yo."

" Wedhus gembel. Nggak usah ngomong yo wes ngerti. Aku cuma kuatir awakmu nggak ada kabar padahal janji ketemuan di Bali."

Syana menyingkirkan piring kentang goreng yang isinya telah ia tandaskan.

" Aku ditawari kerjaan Lad. Jadi perawat homecare 24 jam gitu. Ada atlet badminton yang lagi butuh pengawasan di rumah karena nggak memungkinkan dirawat di rumah sakit kelamaan. Tak ambil lah, wong rezeki kok ditolak."

" Loh sek sek. Atlet badminton siapa? Aku tau orangnya nggak, kira-kira?"

Astaga, bagaimana mungkin Syana bisa lupa bahwa Lady adalah penggemar berat olahraga, apalagi badminton. Sahabatnya itu salah satu 'bidadari tribun' yang wajahnya sering muncul di kalangan paparazzi penonton pertandingan olahraga.

" Namanya Raga Wilendra. Kenal tah?"

" Dios mios! Resyana Bena binti Indra Pratowo. Awakmu bisa kenal Raga Wilendra dari siapa? Eh pernah ketemu tandemnya nggak, Ryan Prima Swasoengko? Atau Kafka Rahardja? Arya Lesmana? Salshabilla Handayani? Haduh siapa lagi yo. Blank aku cok, kaget awakmu isok ketemu mereka tiap hari."

Syana memutar bola matanya jengah. Dirinya bahkan tidak tau siapa orang-orang yang Lady sebut namanya itu, kecuali Ryan Prima Swasoengko tentu saja. Pria itu setiap hari datang meski hanya untuk mengobrol dengan Raga beberapa saat, terkadang malah bisa dua kali pada pagi dan sore hari. Sepertinya Ryan ingin bersaing dengan dokter Roy untuk melakukan visit rutin.

" Ngomong opo se Lad, sakit otak dengernya."

" Kosmu masih tetep kan? Tungguin, tak susul ke sana."

Fit Perfectly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang