3

2.9K 280 1
                                    

Syana menghirup udara pagi di halaman rumah sakit bagaikan mantan narapidana yang baru saja menghirup udara kebebasan.

Dia baru saja menyelesaikan kontrak kerja 6 bulannya dari rumah sakit tempatnya bekerja.

Semalam dirinya kurang cukup istirahat akibat salah seorang VIP yang lumayan merepotkan. Tapi tidak mengurangi antusiasme Syana merayakan hari pertama dirinya sah menjadi pengangguran sementara.

Daftar kota dan tempat-tempat menarik yang telah menjadi incarannya sejak lama memenuhi kepalanya dengan begitu menyenangkan, Syana tidak sabar untuk segera berlibur. Mungkin pulang ke Surabaya untuk beberapa hari cocok menjadi pembuka perjalanannya ke Bali minggu depan.

Kawan-kawannya di Bali telah menghujatnya seperti netizen, mencecar Syana dengan kalimat tidak senonoh seperti ' gue tunggu traktiran hamba uang ini di Bali' atau ' cari duit mulu bukan kaya malah gila' dan semacamnya.

Syana mengayunkan kakinya menuju gerbang rumah sakit dengan riang, sesekali bibirnya bersenandung pelan. Taksi online yang dia pesan sudah menunggu. Dia juga sempat menyapa beberapa satpam yang sedang berjaga pagi serta para penjaga pintu masuk parkir sampai dirinya menemukan taksinya dan bergegas masuk.

" Selamat pagi pak." Sapanya pada si sopir.

" Selamat pagi non, sesuai aplikasi ya."

" Iya pak."

Syana tampak serius memperhatikan jalanan dari jendela mobil yang tertutup. Beberapa kali mencoba menghitung jumlah pohon yang dilewatinya namun kalah cepat dengan laju mobil yang berjalan tanpa hambatan. Kedua alisnya menyatu saat sebuah panggilan telepon menginterupsi kegiatannya.

" Selamat pagi bu Norin yang cantik." Sapa Syana pada kepala ruangannya di seberang sana.

" Selamat pagi Syana yang sedang bahagia merayakan hari pertama menjadi pengangguran."

Mereka sama-sama terkekeh geli.

" Ada perlu apa bu?"Tanya Syana to the point.

" Ada tawaran pekerjaan. Mau?"

" Hahh?"

" Hah hoh hah hoh." Ledek Bu Norin tertawa.

" Nggak minat bu, saya mau fokus nganggur dulu. Mau liburan biar awet muda."

" Udah liburannya ditunda dulu. Ini tawarannya terlalu bagus untuk dilewatkan." Tutur Bu Norin mengompori.

Sepertinya berhasil karena sekarang Syana mulai menaruh perhatian.

" Salah satu pasien VIP butuh perawat homecare. Atas nama Raga Wilendra, beliau maksa minta rawat jalan tapi dokter Roy minta syarat harus ada perawat full time."

" Jadi, sisi 'terlalu bagus untuk dilewatkan'nya dimana bu?"

" Masa kamu nggak ngerti maksudnya sih Syan. Ini Raga Wilendra loh. Pasien VIP kasus urologi yang dari kemarin kamu rawat itu loh. Masa kamu nggak mengenali beliau ini Raga Wilendra."

Mendengar nada gemas dari kepala ruangannya yang gaul ini, Syana hanya bisa menyimpulkan bahwa pasien bernama Raga Wilendra ini tentu orang terkenal. Atau mungkin orang penting dengan pengaruh yang besar, bisa saja.

Tentu Syana tau siapa pasien yang dimaksud bu Norin karena kemarin dia memutuskan mengambil shift full time sebagai salam perpisahan pada hari terakhirnya bertugas. Dan pasien ini pula yang menyebabkan dirinya tidak bisa mendudukkan diri dengan tenang semalaman.

" Fee yang ditawarkan berapa bu?" Tanya Syana lagi.

" Wah kalo soal itu kamu diskusi sendiri sama pihak keluarga beliau. Yang jelas nggak mungkin murah. Ngomong-ngomong kamu pake pelet apa Sya sampe mamanya Raga Wilendra ngotot mau kamu yang jadi perawat pribadi anaknya?" Bu Norin tertawa menggoda Syana di akhir kalimatnya.

Fit Perfectly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang