23

2.1K 219 6
                                    

Siang ini, begitu Syana selesai dengan persiapannya untuk berangkat shift sore, sekotak Sushi dan sebotol minuman jamu kunyit asam datang diantarkan kurir ke depan pintu kosnya.

' Dua tiga kukang terbang, selamat makan siang sayang ❤️'

Bibir Syana mengulas senyum membaca pesan absurd yang tertera di kertas kecil yang tersemat di dalam kantong plastik.

Tentu saja bukan tulisan tangan Raga karena ini makanan yang dipesan secara online. Mungkin tulisan tangan si pengantar makanan atau bisa jadi tulisan tangan pegawai restoran. Yang jelas tulisan ini sudah pasti atas perintah Raga.

Ia menutup pintunya kembali dan berjalan menuju sofa untuk menyantap makan siangnya sambil menonton televisi.

Ini memang kebiasaan Raga yang selalu mengirimkan makanan untuknya dengan maksud memastikan bahwa Syana makan dengan benar. Mungkin juga merupakan salah satu cara Raga untuk menunjukkan perhatiannya demi menggantikan intensitas pertemuan mereka yang kian berkurang karena jadwal turnamen yang begitu padat.

Baru saja ia menyuapkan satu Sushi ke mulutnya, acara berita yang ditontonnya menampilkan kegiatan para atlet badminton yang sedang bersiap untuk berlaga di All England pekan depan.

Syana tau beberapa hari lagi Raga akan bertolak ke Eropa untuk menjalani turnamen, tapi Syana sama sekali tidak tau kalau turnamen kali ini adalah major event sekelas piala dunia. Mungkin Raga memilih tidak bercerita karena mengira Syana juga tidak akan mengerti seprestisius apa kejuaraan All England.

" Persiapan kita sudah seratus persen dan sangat siap untuk bertanding di All England." Ujar Kafka yakin saat wartawan menyodorkan pertanyaan.

Layar TV menampilkan gambar persiapan fisik dan latihan para atlet juga mewawancarai beberapa diantara mereka tidak terkecuali Ryan Prima Swasoengko. Entah kenapa sosok Ryan selalu yang menjadi incaran utama untuk disoroti setiap kali media mengulas olahraga badminton. Mungkin dipengaruhi pula dengan alasan karena ia adalah suami dari Keyna. Selain juga karena pembawaannya yang dewasa dan bersedia menjawab setiap pertanyaan wartawan dengan ramah.

Tapi napas Syana mendadak tersendat saat tiba-tiba wajah Raga muncul begitu saja. Seperti biasa dengan tampang juteknya dan tatapannya yang selalu menunjukkan tidak adanya minat untuk meladeni sesi wawancara itu.

" Doakan semoga kami bisa memberikan hasil terbaik." Ya, khas Raga Wilendra saat di depan kamera.

Samar dapat Syana dengar wartawan menanyakan seberapa besar keyakinan Raga untuk memenangkan kejuaraan All England tahun ini, mengingat prestasi pasangan ganda putra berjuluk Double R itu telah memenangkan gelar tiga tahun berturut-turut di tahun sebelumnya.

" Kita lihat nanti." Jawab Raga singkat lalu menunjukkan gesture berpamitan undur diri meski sangat kentara para wartawan masih berusaha menahan Raga lebih lama demi menggunakan kesempatan langka ini.

Syana tau wartawan begitu sulit meliput Raga yang seakan memasang dinding es. Padahal sasaran empuk untuk menaikkan perhatian publik pada badminton adalah Raga Wilendra. Para kaum adam memujinya berkat prestasinya yang mendunia dan para kaum hawa memujanya karena fisiknya yang menggoda.

Walau Syana tau pada beberapa turnamen terakhir performa Raga cenderung menurun. Meski tidak bisa disebut benar-benar menurun karena Double R masih terbukti dapat merebut beberapa gelar, namun jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya tentu jauh.

" Kemampuan gue yang menurun atau regenerasi sektor MD yang kecepetan sih. Kok bocil-bocil sekarang defense-nya ngeri banget." Gerutu Raga tempo hari saat mengeluh pada Syana.

" Setelah operasi, pinggang gue bikin gerakan gue terbatas, nggak berani sebebas biasanya." Itu hanya ketakutan Raga sendiri meski dokter Roy meyakinkan bahwa Raga telah pulih total sejak hari kontrol terakhir berbulan-bulan yang lalu.

Fit Perfectly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang