17

2.2K 253 6
                                    

Dari kejauhan Raga dan Kafka tengah asik bermain voli dengan beberapa orang asing yang langsung bergabung begitu saja. Rambut Raga yang sudah memanjang cukup mengganggunya belakangan ini sedangkan Syana melarangnya memotong rambut, sehingga dirinya membutuhkan headband untuk mengurangi frekuensi terjadinya rambut yang mencolok matanya.

Namun, rupanya pengaruh headband itu cukup lain bagi asupan mata para kaum hawa di sekitar pantai yang kebetulan mengenalinya.

Sisi maskulinitasnya tampak begitu menonjol ketika dipadu dengan tetesan keringat yang menetes dari helaian rambutnya. Juga sepasang lengan kekar dan dada bidangnya yang mengkilat diterpa terik matahari, semakin membuat Raga tampak terlalu menggiurkan untuk dilewatkan.

" Lo sadar nggak sih kalo laki lo tuh ganteng banget nggak ada obat?" Lady sama sekali tidak mengalihkan pandangannya.

Ansara tergelak mendengar gumaman tidak bermutu Lady. Kenapa pula Lady memuji Raga sementara di sebelah Raga ada Kafka yang juga tak kalah menarik.

" Nggak tau. Tapi di mata gue saat ini cowok paling ganteng sedunia setelah papi ya Raga Wilendra."

Penuturan Syana yang jujur itu ditanggapi ekspresi muak oleh Lady dan Ansara. Sejak kapan Syana jadi menjijikkan begini pada laki-laki.

" Lo jangan jadi bucin kek, Syan. Nggak cocok sama muka lo." Sebuah geplakan dari Lady mendarat mulus di lengan Syana.

" Kalo gue bucin sama dia nggak masalah dong. Wong udah nyata-nyata dia menawarkan diri jadi punya gue. Lha awakmu yaopo karo arek iku?" Tentu saja mudah membalikkan keadaan bagi Syana.

" Nggak dipacar, diajak ngalor ngidul tok nggak onok kepastian. Hahahaha." Ansara begitu semangat menyahuti ledekan Syana.

Sebuah senjata jitu untuk menjatuhkan harga diri Lady adalah membawa permasalahan asmaranya dengan Kafka saat ini.

Tidak ada sepatah pembelaan pun yang keluar dari bibirnya saat menjadi bahan ledekan duo laknat dihadapannya yang masih terpingkal-pingkal menertawakan nasib perbucinannya yang gagal sebelum dimulai.

" Emang awakmu wes pacaran karo Raga?" Tanya Lady penasaran.

Syana mengedikkan bahu. " Bukan urusan lo."

" Yeuu gitu banget lo sama gue."

" Lo ngide dari mana sih ngegebet atlet?" Tanya Ansara penasaran.

" Orang dia yang ngide duluan." Cicit Syana tidak yakin.

" Tapi lo langsung iyain, bitch!" Sergah Lady keras.

" Jodoh kan nggak ada yang tau ye sist. Iyain dulu siapa tau jodoh ye kan."

Ansara meniup poninya yang telah memanjang lalu meminum wine di tangannya.

" Jodoh jodoh. Enteng banget itu lidah buaya betina."

" Tolong jangan lupain kalo orang sinting satu ini juga lagi deket sama atlet." Ujar Syana melirik Lady. Dirinya tentu tidak ingin sendirian dipojokkan oleh Ansara kalau Lady bisa ia seret untuk menanggung tindak pemojokan ini bersama.

" Nah itu makanya gue heran." Ansara memijit pelipisnya yang berdenyut. "Kok bisa kalian berdua niat banget kompak bikin gue pusing. Ma girls, apa yang kalian harapkan dari jadi ceweknya atlet? Ngejablay berminggu-minggu? Diteror fansnya yang bar-bar? Dinomorduakan atas nama negara? Atau biar eksis di Instagram tapi lo nggak bisa bebas ngapa-ngapain? Profesi lain kan banyak anjir. Terutama lo, Syan. Yang hobi mau sama cowok famous. Spotlight tuh menakutkan, bitch. Kenapa sih kalo soal cinta nggak mau pake otak. Pokoknya kalo sampe suatu hari ada yang dirujak sama netizen gara-gara cowok lo berdua, gue nggak ikut-ikutan."

Fit Perfectly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang