🦋 Halohai! 🦋
Akhirnya bisa nulis dan update lagi setelah kemarin moodnya ilang gara-gara abis putus cinta, jiakh, bercanda, WKWK🙈
Part ini agaknya lebih banyak di Bian, sekali-kali ada di sudut pandang Bian, ya. Tapi jangan khawatir, ada sesuatu yang manis di akhir. Biasanya kalau manis, manis, manis, bakalan ada huru-hara(?
Eh, engga itu mitos.
Anyway, selamat membaca, semoga suka sama part ini, ya!
-
07.00
Setengah jam perjalanan, Bian saat ini sudah melangkah masuk ke dalam kantornya. Hari ini ada dua meeting di pagi hari dan setelah dzuhur nanti dia harus ke Bogor kembali untuk mengecek proyek besar yang sedang digarapnya.
Lelah memang lelah harus menempuh jarak yang cukup jauh dan memakan waktu yang tak sebentar, namun harus bagaimana lagi? Bian tidak mau melepaskan kesempatan emasnya. Proyek ini diberikan kepada mereka orang-orang terpilih-salah satunya Bian.
Maka dari itu, suatu kehormatan yang amat sangat tinggi dan suatu tanggung jawab yang cukup berat bagi Bian sendiri untuk bisa mengerjakan hal ini bersama beberapa rekan kerjanya.
"Selamat pagi, Pak, hari ini ada dua meeting di pukul 8 dan 10 bersama PT Angkasa dan PT Nuraga," jelas Darel sambil memberikan map berwarna merah. "Lalu setelah dzuhur Bapak dijadwalkan akan ke Bogor," lanjutnya.
Bian menerima map pemberian asisten pribadinya itu dan mengangguk mengerti. "Ya, terima kasih sudah mengingatkan. Nanti kalau client sudah tiba, kamu kabari saya," kata Bian sambil berlalu. Darel pun hanya mengangguk dan berlalu pergi.
-
10.00
Meeting pertama dengan PT Angkasa berjalan dengan baik hanya membahas mengenai ide-ide yang akan direalisasikan pada satu tahun ke depan mengingat ini sudah bulan-bulan akhir.
Saat ini Bian sedang mempelajari dokumen yang pagi tadi diberikan oleh Darel. Bian hanya berharap pertemuannya dengan orang-orang dari PT Nuraga akan berjalan lancar agar pengerjaan proyek bersama di tahun depan akan berjalan lancar pula.
Disela-sela Bian yang tengah membaca dokumen dia mendengar pintu ruang kerjanya yang diketuk tiga kali. "Masuk," suruh Bian.
Maudy pun masuk ke dalam ruang kerja Bian dan mendekat ke meja kerja bosnya itu. "Permisi, Pak Bian, untuk client dari PT Nuraga sudah datang. Langsung menuju ruang meeting atau bagaimana?" tanya Maudy dengan sopan.
Bian menutup map dan membenarkan posisi duduknya. "Langsung ke ruang meeting, saya menyusul sebentar lagi," kata Bian.
Maudy lekas mengangguk. "Baik, Pak. Saya permisi."
Selepas Maudy meninggalkan ruang kerjanya, Bian membereskan beberapa dokumen yang hendak dibawanya untuk meeting. Ini proyek besar kedua yang akan digarap di tahun depan pula. Mau tidak mau Bian harus mengerahkan tenaganya secara lebih lagi untuk memperjuangkan hal ini.
Dengan penuh keyakinan, Bian pun melangkah keluar dari ruang kerjanya dengan membawa laptop, beberapa dokumen, dan rasa percaya dirinya untuk bertemu dengan client dari PT Nuraga. Masuk ke dalam ruang meeting Bian disambut dengan hangat oleh beberapa rekan kerja dan karyawannya yang sengaja dia tunjuk untuk ikut dalam pembahasan siang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amerta - [SELESAI]
ChickLit"Amerta. Amerta itu tidak dapat mati, abadi. Aku berharap cintaku dan cinta Mas Bian juga demikian. Walau umur kami sudah habis, namun perasaan kita berdua bisa selayaknya amerta, yang tidak dapat mati." -Nara Menikah dengan sedikit rasa cinta. Buka...