5. Tuan bermata Sendu

169 66 53
                                    

"Ia tidak jatuh cinta, tapi ia benar-benar jatuh hati."

Drrttt... drrrttt... drrrttt... drrrttt

Kalila merasakan getaran pada ponselnya. Matanya masih terpejam, meraba-raba sekitarnya. Tangan dengan balutan perban itu mencari sumber getaran. Dapat! Kalila berusaha membuka matanya yang masih terasa berat. Kepalanya cukup terasa sakit pagi itu. Ia membuka matanya dan melihat jam pada layar ponselnya, pukul 6.45 pagi.

"Haisttt! Sial!" ponselnya kembali bergetar. Panggilan masuk dari seseorang. Ia berdecak pelan. Tangannya menekan tombol reject, lalu dengan cepat beralih masuk ke dalam WhatsApp dan mengetikkan pesan pada sang penelepon. Memberi tahu bahwa dirinya sudah bangun.

Kakinya yang ramping berjalan menuju kamar mandi. Hari itu adalah hari yang sangat menyebalkan untuknya, sebab salah satu mata kuliahnya akan pulang sore hari. Hari jum'at. Belum lagi ia harus menghadiri rapat pameran setelah kelasnya berakhir. Kutukan yang luar biasa. Kalila menyalakan keran wastafel, mencuci muka dan menyikat giginya dengan cepat.

Gadis itu sedang terburu-buru. Memang tidak terlihat. Tapi, percayalah, dalam hatinya dia sedang mengutuki dirinya sendiri. Tangannya merapikan sikat gigi dan sabun cuci mukanya. Dia memiih untuk tidak mandi pagi itu. Matanya yang masih setengah mengantuk, berusaha jalan ke ruang tamu rumah Anin. Gadis itu mencari keberadaan temannya. Tidak ada. Hanya sunyi yang ia temukan. Tangan kanannya meraih totebag hitam yang masih tergantung rapih di tempat yang memang seharusnya.

Tidur gadis itu cukup terbilang tenang dari biasanya. Hampir enam tahun sejak kematian Rayan, gadis itu tidak bisa tidur dengan tenang. Ia selalu bangun dengan terengah-engah dan keringat yang mengalir dipelipisnya. Enam tahun sudah, gadis itu seperti dikejar oleh kematiannya sendiri.

Saat kakinya melangkah keluar, ia berpapasan dengan ART mama Anin, mbak Nia. Kalila tersenyum, "Eh, mbak Nia. Anin belum pulang kayaknya," katanya ramah. Perempuan yang usianya hanya terpaut 7 tahun dengan Kalila itu menganggukan kepalanya, juga membalas senyum Kalila. "Iya, tadi non Anin udah telepon saya non," Kalila hanya mengangguk pelan.

Sesaat kemudian, ia berpamitan pada mbak Nia untuk pergi menuju kampus. Kakinya melangkah dengan cepat menuju pangkalan ojek depan perumahan itu, ia harus naik kereta karena sudah terlambat. Memang sih, kereta arah Bogor tidak terlalu penuh seperti arah kota. Tetapi, tetap saja, gadis itu ingin duduk dengan nyaman dan memejamkan matanya sebentar.

Kalila membuka ponsel yang bergetar pada saku kemejanya. Satu notifikasi muncul dengan nama Adi Purnama. Kedua alisnya saling bertautan, ia bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali. Nggak mungkin dia 'kan? Batinnya bertanya. Tidak keburu untuk melihat pesan apa yang dikirim oleh lelaki itu. Kalila telah sampai di stasiun Tebet. Tangannya memberikan uang selembaran dengan nominal 20.000 pada tukang ojek yang mengantarnya.

"Nengg kembaliannya!!!" teriak pria paruh baya itu, Kalila menoleh "Ambil aja pakk!!" ia kembali berteriak. Sejujurnya Kalila tidak suka berteriak seperti itu, tapi ,mau bagaimana lagi? Kereta Bogor sudah tiba, dan ia harus berlari secepat mungkin agar tidak terlewat. Atau dirinya benar-benar akan terlambat.

Dalam langkahnya yang berlari cukup kencang, gadis itu merapal do'a. Ia bahkan mengatakan tidak akan mengutuk semesta selama satu minggu jika diberi kesempatan untuk tidak terlambat pagi itu. Kalila memang suka sekali terlambat masuk kelas. Bukan lagi satu kelas yang tahu akan hal itu, tapi satu angkatannya tahu. Kakinya masuk ke dalam kereta tepat setelah pemberitahuan pintu ditutup.

Ia sampai pada 2 gerbong sebelum gerbong khusus wanita. Gadis itu berusaha menyeimbangkan langkahnya yang masih gemetar. Sesampainya di gerbong wanita, ia langsung duduk dan menyandarkan punggungnya. Matanya terpejam, berusaha mengatur napas. Tangannya merogoh kantong kecil pada tasnya, mencari inhaler. Kalila tidak memiliki asma, tapi memang pernapasannya agak terganggu sejak 2014.

EibisidiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang