9. Tentang Alzier Presmawara

110 61 40
                                    

"I'll be there."

Pertama-tama, mari berkenalan terlebih dahulu. Namanya Alzier Presmawara, ia suka di panggil Ale. Singkat dan mudah diingat oleh orang lain. Ia lahir pada tanggal 21 Januari 1999. Laki-laki itu punya darah Turki yang diwariskan dari sang papa. Ia pindah ke Indonesia saat usianya empat tahun. Ia punya rahang dan alis yang cukup tegas. Mampu membuat orang lain enggan berurusan dengannya.

Ada banyak hal yang ia pendam dan pikul sendirian sejak kecil. Ale lebih dekat dengan keluarga Rayan dibandingkan keluarganya sendiri. Orang tuanya selalu pergi untuk menjalankan bisnis mereka, membuat Ale kecil benar-benar terbiasa dengan kesendirian. Sama dengan Kalila, ia tak banyak bicara. Diam membuat segalanya bisa mendengarkan apa yang ia mau dengar, begitu katanya.

Keluarga Rayan menerima baik Ale sebagai sosok anak di rumah mereka. Tidak jarang, orang memandang keduanya seperti anak kembar tidak identik. Mereka seperti Tom&Jerry kalau tidak ada Kalila di sana. Hidup yang tadinya ia kira akan membosankan, akhirnya ia menemukan warna dan rumah untuk pulang.

Laki-laki itu sangat mensyukuri hidupnya.
Sampai pada satu hari, tepat di hari ulang tahunnya Kalila sesuatu terjadi. Dan, berhasil membuatnya tidak keluar kamar selama satu minggu penuh. Kematian Rayan.

1 Juli 2013, Ale membiarkan Rayan pergi bersama Kalila, ia berkata bahwa akan menyusul pada malam hari untuk membawakan kue coklat kesukaan gadis itu. Tidak ada yang tahu soal takdir buruk akan terjadi kapan.

Pukul 5:25 sore, Ale masih mengirim pesan pada Kalila. Bertanya dimana mereka berada, juga memberitahu bahwa ia akan menyusul dengan sedikit kejutan. Kalila berkata, ia dan Rayan berada di warung makan tempat biasa mereka berkumpul saat sepulang sekolah. Laki-laki itu tersenyum saat tahu kedua sahabatnya ada di sana. Ia melajukan sepedanya untuk membeli kue terlebih dahulu.

Jaraknya hanya 10 menit untuk sampai di toko kue tersebut.

Saat sampai, matanya melihat awan gelap yang tiba-tiba saja datang dengan angin yang cukup kencang. Ia tidak berpikir tentang apapun, ia memarkirkan sepedanya lalu masuk ke dalam toko.

Kling.... kling!

Tangannya memainkan lonceng yang berada tepat di atas meja kasir. Membuat pegawai di sana tahu siapa yang datang. Mereka saling tersenyum satu sama lain.

"Pasti mau beli kue coklat, 'kan?" tanya salah satu pegawai di sana. Ia mengangguk, "Hmm, untuk bertiga ya! Yang satunya tolong dikasih tulisan Happy B'day," katanya penuh dengan senyuman. Ale mengambil dua lembar uang berwarna biru dari jaketnya, lalu menyerahkannya pada penjaga kasir.

Matanya melihat isi toko kue tersebut. Alam bawah sadarnya berhasil membawa laki-laki itu kembali pada ekspresi yang ditampilkan Rayan dan Kalila setiap kali mereka sedang makan kue coklat. Rayan, laki-laki penuh senyum itu selalu menjadi tempat pembuangan akhirnya Kalila, sebab Kalila tidak bisa makan coklat terlalu banyak.

Drrttt... drrrtttt... drrrtttt...

Ponselnya bergetar bersamaan dengan suara gemuruh yang kian terdengar menakutkan. Ia sedikit menundukkan kepalanya, langit benar-benar telah tertutup oleh awan. Ah, ponselnya!

Ada panggilan masuk dengan nama kontak Mas Keenan yang tertera di sana. Ia mengerutkan kedua alisnya, tangannya tiba-tiba gemetar, degup jantungnya ikut berdetak lebih kencang.

Ibu jarinya menggeser tombol berwarna hijau itu ke atas. Mengarahkan ponselnya ke telinga. Suara Keenan terdengar panik, kemudian...

Bruk!

Tubuhnya limbung, merosot begitu saja. Membuat kursi di sampingnya bergeser dan menyita perhatian para pegawai di sana. Salah satu dari mereka, Bayu segera berlari dan menanyakan apa yang terjadi? Tapi, Ale diam. Matanya merah menahan tangisnya. Bayu membantunya berdiri, dan dengan tatapan kosong juga duka yang begitu dalam, ia berlari keluar.

EibisidiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang