8. Fana

115 62 80
                                    

"Ia masih di sana, di tempat yang sama."

Drrrttt... drrrtttt... drrrttt...

"Hah??!" Kalila terbangun dengan napas yang memburu. Ia memegangi dadanya yang terasa sakit. Mimpi buruk sepertinya menghampiri gadis itu tadi malam. Kalila menatap tangannya yang basah, lalu melihat sekelilingnya. Matahari terlihat masuk dari celah-celah gordennya. Waktu ternyata sudah menunjukan pukul delapan pagi. Kerah kaosnya basah karena keringat. Wajahnya sedikit memucat. Ternyata bukan kematian, cuma mimpi buruk. Ia menghela napas lega, kembali membanting tubuhnya ke kasur.

Drrrttt... drrrtttt... drrrttt...

Saat sedang melamun mengingat mimpinya tadi, Kalila menoleh ke arah ponsel yang ia letakkan di atas meja, ponsel itu kembali bergetar. Telepon dari seseorang. Ia tersenyum tipis. Tanpa melihat nama kontaknya, Kalila sudah tahu siapa yang menghubunginya pagi-pagi seperti itu. Malah sebenarnya, ia sendiri yang meminta orang itu untuk membangunkan dirinya di hari minggu.

Sabtu kemarin berlalu dengan cepat, karena Amber mengatakan pada mbok Mar bahwa ia akan pergi selama empat hari untuk urusan bisnisnya. Dan, tentu saja Kalila jadi bebas untuk makan ataupun tidur siang di ruang tengah.

Dengan sekali sergap, tangan kecilnya mengambil ponsel lalu menekan tombol reject. Mengirim pesan pada sang penelepon bahwa ia sudah bangun. Jarinya dengan cepat beralih masuk ke aplikasi WhatsApp.

to Alzier
8:00 am
Gue udah bangun.
Terima kasih banyak ya! Kalau mau ke rumah,
dateng aja. Bunda pergi sampe selasa.
send

Kalila menutup ruang obrolannya dengan Ale, beralih pada Anin dan Adi.

to Aninnn
8:05 am
I'm okaii..
Besok ada acara gak? Kelas gue selesai siang nih
Mau ngopi?
send

Alisnya saling bertautan kala ia melihat kontak Adi berada di urutan tiga dari atas. Gadis itu memang sudah menyimpan kontaknya sejak lama, karena keperluan organisasi.

from Bang Adi
7:06 am
Halo Kalila, ini Adi.
Ini kontak orang-orang yang lo minta waktu itu ya..
Semoga olimpiadenya sukses!
read

to Bang Adi
8:06
Oke..
Makasih banyak ya bang.
send

Kalila kembali menyimpan ponsel yang ia beli sendiri di samping bantalnya. Gadis itu melamun. Memikirkan bagaimana jika dirinya menyewa rumah kos saja untuk beberapa tahun ke depan. Tapi, tidak mungkin juga, sebab ia masih menggunakan uang dari Ayahnya. Kalila punya pendirian yang cukup teguh dalam mengambil keputusan. Jika apa yang ia gunakan adalah milik orang lain, ia tidak akan kemana-mana.

Kalila punya dua saudara kandung: Alfa dan Adhil. Keduanya sama-sama sudah menikah dan punya kehidupannya sendiri. Alfa menikah saat Kalila duduk dibangku kelas tiga SD, saat itu ia masih belum tahu apa-apa soal kehilangan. Tapi, sewaktu Adhil menikah, Kalila merasa sangat kehilangan. Gadis itu bahkan menangis sesenggukan saat sampai di rumah.

Bisa dibilang, sejak kematian Rayan dan kakeknya dalam minggu yang sama, Kalila tidak lagi bisa berharap apapun dengan manusia bumi. Hari-harinya terasa seperti medan perang. Siapapun bisa menjadi musuhnya jika emosi gadis itu dalam keadaan yang tidak stabil.

Drrttt... drrttt...

Sebuah pesan kembali masuk ke ponsel Kalila. Gadis itu sadar dari lamunan panjangnya.

from Alzier
8:15 am
Okkkk!!!
See you!!
😃🥳
read

Kalila tersenyum lebar membaca balasan dari Ale. Gadis itu turun dan membuka gorden juga jendelanya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapapun soal kematian yang menghampirinya hampir setiap hari. Bahkan ke Ale sekalipun. Jika ditanya bagaimana harinya, dia hanya menjawab bahwa hari-harinya masih sama seperti biasa.

EibisidiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang