17. Everything will be -fine?

111 60 33
                                    

"Kenapa cuma gue yang boleh mengandalkan lo?"

Kalila keluar dari sekret BEM, duduk di depan kolam ikan. Ingatannya kembali pada maret lalu, hari di mana serah jabatan organisasi mahasiswa (Ormawa) dilaksanakan. Hari itu, semua ormawa kumpul, dan Kalila tidak melihat Adi di sana. Tapi, sepertinya semesta memang suka bermain dengan gadis itu. Kalila membuka ruang obrolannya dengan Adi yang berdebu, terakhir kali pembahasan mereka karena masalah foto, setelah itu tidak ada lagi.

Kalila mengetikkan sesuatu di sana, bertanya pada lelaki itu kenapa ia tidak hadir. Tidak butuh waktu lama, hanya selang beberapa menit, Kalila mendapati Adi sudah membalas pesannya.

"Gue ada urusan. Mau ketemu?" balasnya.

Dengan sadar, Kalila mengiyakan pertanyaan Adi. Ia hanya merasa butuh menjelaskan semuanya ke laki-laki itu. Karena sebenarnya, Adi sempat mengirim pesan pada Kalila melalui aplikasi Line. Ia bertanya banyak hal di sana, bertanya apa salahnya? Kenapa Kalila menatapnya dengan tatapan sinis? Dan, ia sungguh-sungguh meminta maaf jika ia melakukan kesalahan.

Dan, kalian tahu? Bodohnya, gadis itu malah memaafkannya. Sederhana, ia sendiri juga bingung kenapa menghindar dari Adi. Bukankah ia yang melakukan kesalahan? Bukankah ia yang seharusnya minta maaf? Jadi, seharusnya tidak apa-apa 'kan?

Selesai dengan acara sertijab, Kalila benar-benar bertemu dengan Adi. Mereka membahas banyak hal, tidak, hanya Adi yang banyak bicara sedangkan Kalila diam mendengarkan. "Gue udah putus sama Ara," ucapnya tiba-tiba.

Kalila jelas terkejut, ia bahkan tersedak karena ludahnya sendiri. Pikirannya kalut, ia tidak memberi respon apapun saat itu. Ia sibuk menyalahkan dirinya lagi. Adi kembali bicara, mengingatkan Kalila untuk bersikap biasa saja padanya. Kalila tidak menolak, juga tidak mengiyakan. Ia tersenyum singkat untuk menanggapi kalimat Adi.

Dan kini, dengan segala kebingungannya, gadis itu duduk menyendiri untuk menenangkan pikirannya. Ia melihat tenang air kolam ikan di depannya. Pohon-pohon tinggi yang berada di sekitar kolam itu berhasil menutup akses Kalila untuk melihat langit dan awan. Tangannya tiba-tiba bergerak cemas saat memori pertengkaran ia dan Ale kembali mengusik isi kepalanya. Rasanya benar-benar menyeramkan mengingat bagaimana dirinya yang tidak bisa mengontrol emosinya.

Itu bukan yang paling buruk, tapi, itu yang paling menyakitkan dirinya. Kalila tidak pernah menyayat dirinya saat ia sedang marah. Ia biasanya lebih memilih untuk meninju tembok atau membenturkan kepalanya. tapi, malam itu, rasa ingin mati benar-benar ada dalam dirinya.

Kalila bertemu Ale dan menyelesaikan semuanya tepat setelah satu bulan ia menghindar. Awal bulan maret. Selama satu bulan tidak bertemu, Kalila benar-benar mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak membenci lelaki itu. sama seperti bundanya, Kalila lebih memilih untuk diam dan menghindar terus-menerus. Ia tidak ingin ada kata benci dalam hidupnya.

Benci dalam kamus Kalila punya dua makna. Pertama, benci dengan arti kesal. Tidak suka dengan perlakuan atau karakter seseorang. Kedua, benci dan berujung dengan dendam. Kalila menghindari yang kedua. Dia tidak ingin punya dendam. Ia tidak ingin memikirkan bagaimana cara membalas perlakuan buruk seseorang.

Ia hanya ingin tenang.

# # #

Sebelum bertemu dengan Kalila, Ale menyempatkan diri untuk bertemu dengan Fareed. Selain Kalila yang menghindar darinya, Ale ternyata juga milih untuk tidak bertemu dengan Fareed dan teman-temannya yang lain. Ia rasa, ia perlu merenungi apa yang terjadi dalam hidupnya belakangan ini.

Fareed membawakan soda dingin untuk Ale. Lelaki itu berhasil mendapat izin dari atasannya untuk bicara sebentar, bar juga sedang tidak ramai. Masih sore, masih pukul lima sore. Tidak bisa dipungkiri bahwa Fareed sebenarnya masih diliputi rasa bersalah yang besar karena tidak memberitahu hal penting pada lelaki di depannya itu.

EibisidiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang