32🌻

1.2K 65 3
                                    

🌻HAPPY READING🌻

Sudah 2 hari berlalu sejak kejadian itu, dan hingga saat ini Riana masih menyembunyikan kejadian yang ia alami itu dari Haikal. Sebenarnya kadang-kadang Riana masih selalu mengingat kata-kata Zia yang akan mencelakainya dan bayi di kandungannya

Namun ia tetap berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau dia akan baik-baik saya, hubungannya dan Haikal pasti akan abadi hingga maut mereka memisahkan. Riana sudah memikirkannya baik-baik ia akan berusaha melawan Zia dan tak akan pernah setuju untuk menjauhi Haikal

Saat ini Riana sedang menonton tv sambil memakan cemilan sedangkan Haikal sibuk dengan laptopnya, yang menampilkan beberapa pekerjaan kantor. Masih ingat kan kalau Haikal itu sudah mulai bekerja di perusahaan ayahnya, dan saat ini ia tengah menyelesaikan beberapa urusan kantor itu.

Walau bekerja hanya masih di bagi karyawan biasa, bukan menjadi masalah bagi Haikal. Karena yang terpenting ia bisa bekerja dan memiliki penghasilan sendiri untuk keluarganya, dan mengingat ia belum lulus SMA jadi ayah Bara masih menempatkannya di posisi yang tak terlalu tinggi karena Haikal masih belum cukup ilmu.

Kecuali nanti jika Haikal sudah tamat kuliah dan sudah berbekalkan ilmu yang cukup pada bidangnya maka dia lah yang akan mewarisi perusahaan Bara dan menjadi CEO di perusahaan itu

"Sayang masi lama ya kerjanya?" Tanya Riana

"Masih sedikit lagi sayang, kenapa hm?"

Mendengar itu Riana memanyunkan bibirnya dan memdekati Haikal lalu duduk di pangkuan Haikal dengan posisi saling berhadapan, lalu ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Haikal

"Kenapa sayang?" Tanya Haikal sambil mengelus rambut Riana dan memeluknya

"Gapapa mau gini aja" ucap Riana

"Yaudah tapi jangan peluk kenceng gini aku gak bisa ngetik di laptop kalau kamu gini" ucap Haikal

"Ck, yang jadi istri kamu tu laptop atau aku sih kal? Dia mulu yang kamu perhatiin dari tadi. Aku malah di cuekin, dari tadi aku nonton sendiri mana gak kamu ajak ngobrol. Bosen tau" omel Riana

"Maaf sayang, kan aku lagi kerja ini juga buat kepentingan kamu sama anak kita, kalau aku males-malesan kerjanya dan kinerja aku makin jelek nanti di pecat ayah terus aku dapet penghasilan dari mana dong?"

"Ya kerja aja di kantor papa aku, lagian ayah Bara gak bakal pecat kamu kal. Kan kamu anaknya"

"No sayang. Ayah itu tegas dan disiplin kalau urusan kerja ya kerja gak akan dia bawa-bawa hubungan, entah aku anaknya atau siapapun ayah bakal tetep tegas. Jadi kalau aku males-malesan ayah gak akan segan-segan kasi aku konsekuensinya, ayah harus adil dong sama karyawan lainnya. Masa ia mentang-mentang aku anaknya jadi di istimewakan, walau buat salah tetep di beri keringanan. Kan gak adil"

"Iya juga sih, ya tapi kalau kamu lagi kerja jangan cuekin aku. Fokusnya ke laptop mulu sampe aku gak di hirauin"

"Utututu ngambek ni ceritanya? Maaf ya sayang kalau tadi sempet cuekin kamu, kan aku harus fokus ke laptop entar yang ada salah ketik di omelin ayah lagi aku. Yaudah biar kamunya gak sendirian diem sini aja duduk di pangkuan aku ya"

Riana tersenyum lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Jadilah sekarang Haikal bekerja sambil memangku Riana ribet memang, ya tapi mau gimana lagi. Bumilnya itu lagi mode manja jadi ya dia harus begini

"Tangannya jangan usil dong sayang" ucap Haikal karena sedari tadi tangan istrinya itu berulah terus

Riana mengelus leher Haikal, memainkan jakun suaminya itu, meraba dada bidang Haikal. Tentu saja hal itu membangkitkan sesuatu dalam diri Haikal

KALANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang