Debat-2

812 129 13
                                    

Biasanya para wanita khususnya ibu rumah tangga lebih senang berbelanja di pagi hari, dilanjutkan dengan makan siang setelah berlama-lama antre di kasir supermarket. Akan tetapi, ada juga yang pergi malam hari, seperti dirinya kini, sayangnya bukan ibu rumah tangga, nyatanya Kim sudah memutuskan hidup sendiri, merenggut hatinya yang terluka pergi dari pelukan Daffin ketika berselingkuh.

Kimaya mengambil troli setelah sepasang kekasih-mungkin juga pengantin baru-pergi lebih dulu. Ia memeriksa email untuk kesekian kalinya, sekiranya ada email masuk terlewat dibaca, nyatanya tak ada. Kimaya mendorong pelan troli belanja, cenderung membiarkan orang lain mendahuluinya.

Voucher belanja pemberian Paman Egar dikiranya cukup untuk memenuhi kulkas. Pria separuh abad itu memberinya empat lembar voucher dengan nominal tertinggi, mungkin hanya sekadar memberi, sebab jika ada maksud Kimaya tak akan segan mengembalikannya.

"Lumayan juga vouchernya. Sampai sekarang aku masih enggak ngerti kenapa bibi mau jadi istri keduanya? Apa karena harta? Kurasa enggak juga, usaha Bibi Elena enggak seburuk itu, dia masih bisa ikut perkumpulan teman-teman sekolahnya yang suka memakai tas bermerek." Kimaya bergumam sembari terus berjalan, sesekali melangkah mundur ketika melewatkan suatu barang di rak bagian kiri.

Kimaya menimang dua merek deterjen cair yang hampir terlewat diambil. Ada dua pilihan aroma yang keduanya disukai Kim, pun akhirnya memilih warna ungu karena aromanya lebih menenangkan. Kim mendorong lagi troli belanjanya, berhenti di lorong makanan, sedikit kalap memilih mana yang akan dibeli, sebab semuanya tampak enak dijadikan cemilan.

Sebotol kecil kismis yang tersisa di rak paling atas hampir saja diraih Kimaya, jika tak ada tangan mendahuluinya. Kimaya menoleh pada pemilik tangan tersebut, seorang pria berperawakan jangkung dan memakai hodie abu-abu mulai beranjak pergi.

"Maaf, aku lebih dulu akan mengambilnya, bolehkah itu untukku?" tanya Kimaya sopan.

Pria itu berbalik. "Sudah di tanganku, jadi aku pemiliknya."

"Kau juga belum membayarnya, jadi itu masih milik toko."

"Dan aku akan membayarnya ketika kau menghentikanku, Mam.

"Semua orang juga begitu kan, jadi berikan padaku."

Pria itu tertawa kecil sembari memalingkan wajahnya sesaat, "Sepertinya aku tak harus membuang waktuku dengan berdebat."

"Hei, aku masih bicara denganmu!" seru Kimaya.

Kimaya yang sudah diabaikan sembari tak terima kehilangan sebotol kismis kesukaannya, pun mengejar pria itu, tetapi hanya bisa meraih bagian tudung hingga sosok sang Pria diketahui rupanya. Beberapa orang yang berada di lorong menoleh pada keduanya, tak lama kejadian yang tak disangka Kimaya terjadi. Pria itu menoleh tak suka pada Kimaya sembari memberikan botol kismis, lalu mengenakan kembali tudung dan pergi dengan langkah cepat.

"Dia artis itu kan?"

"Iya, itu kan artis yang slalu punya skandal!"

"Ansell!"

"Ansell, tunggu!"

"Ansell boleh minta foto?"

"Ansell, tanda tangannya donk!"

Kimaya hanya menatap semua itu sembari memperhatikan botol kismis yang sempat diperebutkan hingga akhirnya semua tahu siapa yang menjadi lawan debatnya. Kimaya menghentikan salah satu dari sekian orang meneriaki si Pria.

"Tunggu, ada apa?"

"Kakak enggak tahu apa kudet, sih! Masa enggak tahu kalau lagi debat sama artis papan atas yang sulit ditemui! Ansell Pasquale!"

Infinity ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang