Hilang-28

292 74 20
                                    


Seharusnya Kimaya menambahkan beberapa bab sebelum ganti bab pada tulisannya. Namun, tengah berada di salah satu mall besar bersama Avery, tepatnya berada di area permainan anak-anak. Kimaya sudah menolak jika dianggap sebagai baby sitter oleh Ansell, artis yang sering kali menimbulkan skandal tak terduga. Avery melambaikan tangan di sela bermain menaiki Banana Swing, Kimaya membalas lambaian tangan dan tetap di tempat.

"Tau gini aku bawa laptop ngerjain di sini, daripada duduk termenung," oceh Kimaya sambil menatap layar ponselnya.

Ia mengedarkan pandangan, melihat toko-toko di sekitar arena bermain anak-anak, sepertinya tak ada yang menarik. Pandangannya terhenti pada sosok pria dewasa tengah mengobrol dengan dua pria lain berpakaian formal, bukan termasuk pria yang ingin ditemui Kimaya untuk saat ini. Dua pria bicara dengan Daffin berdiri, pamit pergi setelah mengobrol sekian lama.

Kimaya menyibukkan diri dengan ponsel, entah membuka salah satu online shop ataupun mengecek sosial medianya. Ia menarik napas panjang ketika mendengar derit kursi ditarik, kemudian Daffin duduk di depannya.

"Aku boleh duduk di sini kan? Tampaknya kosong," tanya Daffin percaya diri.

"Bukankah Mr. Daffin tengah sibuk bekerja? Jadi, ada keperluan apa datang kemari?"

Daffin mengangguk membenarkan. "Aku memang orang sibuk, enggak seperti kekasihmu, yang hanya bisa main-main saja."

Kimaya menatap Daffin lekat-lekat. "Siapa yang kaumaksud?"

"Kekasihmu. Dia enggak ikut? Harusnya ikut, cocok kalian, sama-sama pengangguran." Daffin menertawakan Kimaya.

"Harusnya kau menemani istrimu yang hamil. Bukan ke sini dan mengganggu mantan istrimu. Buat apa? Menunjukkan bahwa kalian adalah keluarga bahagia?" tanya Kimaya.

"Kau tidak pernah berubah, Kimaya. Tetap angkuh dan percaya diri sekali."

"Pergi dan urus keluargamu, perhatikan mantan sahabatku yang tengah hamil anak pertama kalian."

"Oh, tentu saja, Kimaya. Jangan kau khawatirkan Novi, dia tengah berbahagia dengan kehamilannya. Tidak seperti hubungan kita dulu, kau lama sekali enggak hamil, buktinya dia saja bisa hamil, harusnya kau periksakan dirimu sekarang, sebelum bina hubungan baru dengannya." Daffin  pergi meninggalkan Kimaya dengan senyum yang membuat mantan istrinya itu uring-uringan.

"Hmm, sabar, Kimaya. Sabar, sabar! Dia hanya setan berwujud manusia menyebalkan, yang bisanya hanya menghujat tanpa berkaca." Kimaya memberi sugesti pada dirinya sendiri.

"Bibi kenapa? Paman tadi ngapain, Bibi?" tanya Avery menghampiri Kimaya.

"Enggak apa kok, sudah selesai mainnya?" tanya Kimaya.

"Sudah, Avery laper."

"Mau beli di sini atau makan di rumah?" tawar Kimaya.

"Beli aja gimana? Beli es krim sekalian," balik tawar Avery.

"Boleh," kata Kimaya menyanggupi.

Keduanya mendatangi restoran cepat saji yang paling dekat dengan arena bermain, memesan dua porsi makan siang kemudian mengirim foto berdua sesuai keinginan papa Avery, bersamaan dengan itu, obrolan di grup perpesanan online di mana Wenda dan Queen berkumpul, mengirim pesan. Jepretan kamera digital menangkap figur keduanya yang tampak begitu akrab dan natural. Pemilik kamera itu tersenyum memandangi hasil jepretan, sebab mungkin akan berguna nanti.

Avery turun dari duduknya, hendak mencuci tangan, tetapi menunggu antrian seorang pria dewasa yang memakai jaket warna abu-abu gelap. Pria berkumis tipis itu berbalik dengan tangan yang separuh basah, tersenyum menatap Avery di belakangnya. Avery maju karena merasa pria tersebut sudah selesai mencuci tangan, nyatanya hanya menepi dan memperhatikan raga Avery dari atas hingga bawah.

Infinity ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang