Datang Lagi-6

557 117 21
                                    

Aku tidak peduli dengan apa yang menjadi urusan orang lain, tetapi jika sudah menyangkut seorang anak entah kenapa hatiku menjadi sakit. Ya, memang salah juga sikap Avery, tetapi ya enggam begitu juga kan menasehati anak? Ke mana ibu pengganti Avery? Maksudku bagaimana bisa dia diam saja melihat sikap artis sok terkenal itu padanya? Oh, God! Aku melupakan sesuatu, dialah mama Avery, mereka pasangan gay yang aneh, seaneh hubungan mereka!

Kimaya terpaksa menghentikan pemikirannya sendiri selama berjalan kaki ke tempat tujuan. Tujuannya kali ini adalah menemui seseorang yang pernah berbuat baik padanya. Seorang kakek pemilik kedai makanan yang masakannya mengesankan lidah dan perut Kimaya. Kali ini, Kim cukup terkejut, kedai itu sangat ramai pengunjung meski masih pagi, bahkan tak ada satupun meja yang kosong.

"Selamat datang! Maaf, kedainya ramai pengunjung, jadi tak ada meja kosong, tetapi Anda bisa memesan makanan untuk dibawa pulang." Seorang pelayan perempuan menyapa Kimaya ramah.

"E, iya tidak apa. Aku datang kemari untuk bertemu pemilik kedai," kata Kimaya.

"Wah, sayang sekali. Pak Darwin tidak datang, hanya ada Chef Arnold dan asisten di dapur. Apakah ada yang bisa saya bantu?"

Kimaya kecewa. "Oh, Bapak tua itu bernama Pak Darwin. E, kapan beliau datang? Rasanya tak enak kalau tak bertemu langsung."

"Kemungkinan besar seminggu lagi, karena Pak Darwin tidak hanya punya usaha kedai ini saja."

"Oh, begitu. Baiklah, aku akan memesan makanan untuk dibawa pulang," kata Kimaya mulai membaca buku menu yang diserahkan pelayan perempuan tersebut.

Kimaya hanya perlu menunggu sekitar dua puluh menitan untuk bisa membawa pulang makanan kedai milik Pak Darwin. Pria tua itu tak bisa ditemuinya hari ini, juga beberapa hari ke depan. Dikarenakan kedai tak memiliki meja kosong, akhirnya Kimaya membawa makanan tersebut ke sebuah kedai kopi yang mempunyai pengharum ruangan alami. Di sana, ia lega karena menemukan meja kosong, terlebih dekat dinding kaca.

Kimaya membuka kotak makanan yang ditata rapi, menyeruput kopinya sedikit kemudian melahap masakan kedai Pak Darwin, aromanya saja tercium lezat. Ia merasa heran, bagaimana bisa tak pernah mampir ke kedai dengan masakan selezat ini? Kimaya membuka menu ponselnya sembari sarapan, ada beberapa email dari pekerjaan freelance-nya yang tak banyak diketahui orang, bahkan Daffin.

"Bolehkah aku duduk di sini?" tanya seseorang yang suaranya tak asing di telinga Kim.

Kimaya berhenti men-scroll layar ponsel, mendongak pada siapa yang datang menghampirinya. Netra Kimaya menabrak sosok yang masih berdiri di depan meja.

"Silakan. Ini bukan meja milikku, ini milik kedai, jadi semua orang berhak duduk."

"Terima kasih, Kim." Wanita itu duduk di depan Kimaya, melepas tali tas dan memangkunya sembari duduk. "apa kabarmu?"

"Baik," kata Kimaya singkat.

"Aku tahu benar alasan kenapa sikapmu sedingin ini padaku, Kim."

"Kita memang semeja, tetapi aku sibuk bekerja, jadi urus saja urusanmu, Novi." Kimaya menatap wanita yang semeja dengannya, lalu kembali menyendokkan sarapan dan men-scroll layar ponselnya.

"Aku tidak pernah bermimpi menjadi alasanmu bercerai dengan Daffin, dan membuat canggung situasi kita sekarang," ujar Novi sambil menyatukan kedua tangannya di meja.

Kimaya masih dengan kesibukkannya, mengabaikan perkataan Novi, apa pun itu. Kimaya menghabiskan sarapan, menutup halaman email di ponselnya dan bangkit. Novi yang masih terus berkata meski diabaikan Kimaya, pun mendongak.

Infinity ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang