Memulai-4

623 130 26
                                    

Bonus multimedia🤗

Tumpukan barang-barang membuat urat kepala Kimaya berkerut. Seharusnya ia sudah meminta tolong Norah untuk datang membantunya, sayangnya wanita yang pernah menjadi pembantu rumah tangga orang tuanya semasa hidup tengah ada keperluan keluarga, bahkan sampai beberapa hari ke depan. Bukan Kimaya sendiri yang mengangkut semua barangnya ke lantai tiga, ia meminta tolong tukang setelah tangga dan pagar besi selesai terpasang.

Awalnya janda cantik itu bingung, mulai membongkar kardus-kardusnya yang mana dahulu? Sebab, semuanya sama pentingnya. Akhirnya, Kim memutuskan membongkar kardus yang terdekat dari kakinya. Kimaya menemukan buku album pribadinya, foto-foto mulai dari remaja hingga dua bulan pasca bercerai dengan Daffin.

Sebuah foto terjatuh di pangkuan Kim, dipungutnya foto tersebut karena benar-benar lupa foto apa? Ternyata itu merupakan salah satu dari sekian bukti perselingkuhan Daffin dan Novi, sahabatnya sendiri. Kim tertawa, menertawakan diri sendiri lebih tepatnya, bagaimana bisa seorang sahabat menjadi pemecah rumah tangganya?

Kim dengan mudah dan tanpa beban merobek foto bukti perselingkuhan mantan suaminya, membiarkan sampah itu berbaur dengan plastik pembungkus pengharum ruangan. Langkahnya kembali lincah meski dengan tenaga seadanya menata kediamannya itu. Lantai tiga sebenarnya tak begitu sering digunakan, sebagian besar dibiarkan kosong. Kini, ruangan besar itu berguna pada waktunya juga.

Sebagian besar kardus-kardus berisi barang Kim sudah selesai dibongkar dan ditata, ruangan itu menjadi rumah untuk wanita berzodiak aries. Pemiliknya terlalu lelah hingga tak sadar sudah tengkurap dan tertidur di lantai berkarpet bunga lily. Senja yang masuk melewati jendela bertirai yang tertiup angin sore.

Ponsel Kim berdering nyaring, ia lupa menyetel ke mode hening sebelum jatuh tidur. Ia pikir, yang menelepon sampai berkali-kali adalah Daffin, tetapi bukan, justru mamanya. Kim mengucek mata kemudian buru-buru menjawab telepon.

"Halo, Ma. Ada apa?" tanya Kim dengan suara khas orang bangun tidur.

"Kau di mana? Mama ada di depan pintu rumahmu, cepatlah keluar bantu mama bawa masuk ini!"

"Di depan pintu?" Kim melongokkan kepalanya keluar dari rumah, tak ada satu orang pun berdiri di depan pintu maupun halaman rumahnya di lantai tiga.

Kim sedikit molotot ketika menyadari jika tempat yang dimaksud adalah depan pintu utama rumah orang tuanya alias di lantai satu. Kim menutup pintu rumahnya dan mengenakan sendal, lalu turun ke lantai satu menggunakan tangga yang berbelok dua kali.

"Ma," sapa Kim yang turun sedikit lelah.

Wanita bergelung yang diberi jepit rambut bunga mawar itu kaget dengan kedatangan Kim yang bukan dari pintu utama bangunan, tetapi justru dari samping.

"Kenapa kau muncul dari sana? Ngagetin aja!" seru mantan mama mertua Kim.

"Lantai satu dan dua rumah sudah kusewakan ke orang daripada nganggur, Ma."

"Dan kau tinggal di mana kalau disewakan?"

"Di lantai atas, aku pasang tangga dan pagar, kuat kok ada garansinya."

"Bukan soal itu, ini pemaksaan namanya, masa mama harus naik tangga banyak pula jumlahnya!" seru mama mantan mertua Kim.

"Maaf, mau kupasang eskalator kok ya enggak cocok," kata Kim santai.

Kim mengambil kotak di sisi kanan, sementara mama Daffin mengangkat kotak di sisi kiri. Mereka mulai menaiki tangga dengan perlahan, mama Daffin perlu berhenti dua kali sebelum sampai. Mama Daffin cukup takjub dengan halaman lantai tiga yang disulap menjadi hunian lain, gazebo sebelah kiri rumah, dan pot-pot tanaman hias berjejer di sekelilingnya.

Infinity ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang