Tubuhku terasa sangat lelah. Entah berapa lama terbangun dan berada di tempat yang tak kukenal, aku tak mau menghitungnya karena rasa ini. setiap bangun, ada mereka yang terus menatapku selayaknya kelinci percobaan yang akan beraksi sesuai keinginan mereka. Kalau bisa tidak usah terbangun lagi jika masih ada di tempat yang itu-itu lagi.
Rasa ini, seolah terus memanggilku, menginginkan untuk terus dan terus merasakan sesuatu yang menyesakkan dada. Lambat laun, pun jadi mengerti jika ini adalah sebuah rasa yang datang saat kau merindukan seseorang. Tapi, siapa yang kurindukan?
Malam dan siang bagi Mikay adalah hal yang sama, sebab dirinya menghabiskan banyak minggu-minggu melelahkan, begitu juga dengan Silas dan pria berkebangsaan salah satu negara Asia tersebut. Keluarga Mikay bergantian datang menjenguk, ada yang membacakan cerita, mengenalkan entah untuk berapa kalinya satu demi satu anggota keluarga yang seharusnya dikenal Mikay.
Silas sibuk membaca lembar demi lembar grafik kesehatan mental Mikay, selama hampir tujuh minggu istri Jason berada di ruangan khusus yang selalu dipantaunya. Suara bel dan disusul dengan percakapan seseorang dengan istrinya terdengar di telinga, lalu berganti dengan derap langkah yang cepatnya seirama detak jantungnya.
Pintu ruangan dibuka, detak jantung itu kian terdengar nyata dan semakin cepat beriring senyum merekah. Netra lelaki tampan nan jangkung itu beralih menatap wanita yang tidur di sofa santai berwarna hijau.
"Benarkah katamu dia sudah lebih baik dari sebelumnya?" tanya pria dengan manik cokelat.
"Kau bisa lihat grafiknya, dan apa yang kausaksikan di video call itu nyata."
Silas memberikan setumpuk hasil dari perkembangan mental Mikay, semakin membaik dan berkembang pesat setelah ditangani Silas. Jason tak mempermasalahkan berapa biaya yang akan diberikan pada Silas untuk penyembuhan Mikay, uang bisa dicari, karena Mikay hanya seorang tiada duanya di dunia ini.
Jason tersenyum seperti pngeran berkuda putih mendekati putri tidur, menciumnya begitu lembut dengan harapan akan membangunkan sang Putri. Putri kedua dari Mama Sharon itu mengerjab, melihat sekeliling dan berhenti pada sebentuk wajah Jason. Jason menggenggam jemari tangan Mikay, menyalurkan kehangatan cintanya pada sang Istri.
"Kau sudah bangun?"
Mikay terdiam, menatap Jason begitu lama dan kemudian memeluknya erat. "Jangan menghilang dari pandanganku lagi."
"Tidak, tidak akan." Jason mengeratkan dekapannya.
Mikay menatap Silas yang tersenyum padanya, kini ia tahu siapa sosok pria berpakaian jaman dulu di alam bawah sadarnya, merupakan sosok Silas yang terus berusaha menuntun kembali sadar. Jason berpamitan pada Silas dan semua orang yang membantu kesembuhan Mikay, Kini wanita itu bermata jernih, alur bicaranya jelas dan yang penting lagi mentalnya sembuh.
Jason membawa Mikay pulang, sepanjang perjalanan istrinya menatap setiap bangunan yang dilewati, dunia telah banyak berubah sementara dirinya masih terkungkung dengan gangguan mentalnya. Mereka berdua turun tepat di halaman rumah, disambut oleh para keluarga besar yang riuh bersuka cita. Mikay menemukan sosok yang juga ada di alam bawah sadarnya, tetapi justru menjadi mama mertuanya, nyatanya dia adalah mama kandungnya yang selalu mendukungnya.
Mikay juga menemukan wajah-wajah lain yang familiar di alam bawah sadarnya, yaitu sosok Queen dan Wenda, yang ternyata adalah kedua kakaknya yang selalu kompak mengikuti ke mana alur Mikay buat. Sosok lain yang mengagetkan Mikay dan lainnya adalah sosok bibi dan paman Mikay, mereka masih tetap ada di posisi sama dalam dunia Mikay.
Mama Sharon dan papa kandung Mikay sangat senang dengan kesembuhan putri mereka, mengumumkan untuk akan membuat acara untuk berterima kasih pada Tuhan dan semua orang yang membantu membuat Mikay baik-baik saj kemarin, meski pada akhirnya pun perlu penanganan khusus. Jason menyetujui keinginan mama mertuanya, pun menelepon sang Adik, memintanya untuk datang dan membantu acara.
Mikay terperangah dengan hadirnya sosok yang begitu familier di dunia Mikay, yaitu Novi, nyatanya merupakan adik kandung suaminya. Mikay menaiki tangga, di lantai dua rumah itu terdapat kamar pribadinya dengan Jason. Suami Mikay mengekori ke mana dirinya bergerak, bibirnya tak segan menjelaskan ruangan demi ruangan.
"Kau mau mandi? Atau mau kumandikan semnetara mereka berkemas di bawah," tawar Jason.
"Mandi ... ide bagus juga," kata Mikay.
"Mau kumandikan?" tawar Jason.
Mikay tersenyum tersipu malu, "Enggak usah, aku bisa sendiri kok."
"Yakin? Aku ada di sini, tidak akan ke mana-mana kok," kata Jason menyanggupi.
"Baiklah."
Mikay membuka lemari pakaian, di sana ada banyak sekali baju yang jarang dikenakannya akhir-akhir ini. Ia memilihnya satu dan membawanya ke kamar mandi, menuang sabun cair dan membuka kran air. Jason mengintip istrinya, takut jika harapan dan kenyataan berbanding terbalik lagi seperti sebelumnya. Jason bernapas lega, melihat istrinya melepas pakaian dan masuk ke bak kamar mandi.
Jason melangkah ke ujung tangga sambil menoleh ke belakang, salah-salah jika Mikay memanggilnya yang pergi menengok acara di bawah tengah ditata sedemikian rupa. Mama dan papa mertuanya tampak sangat sibuk, pun dengan dua saudari Mikay, mereka menata ruangan dan membuat banyak makanan dan minuman.
Ketika Mikay mselesai bersolek, para kerabat, teman dan tetangga berdatangan. Mereka membawakan banyak hadiah dan mengucapkan selamat atas kesembuhannya. Mikay tersenyum merekah, senyum yang sempat menghilang kini kembali lagi. Saudari Mikay membawa keluar kue tart cokelat dan meminta Mikay untuk meniup lilinnya. Istri Jason itu menarik napas dan bersiap meniup bara lilin, tetapi yang terjadi sungguh di luar prediksi siapapun. Mikay tak sempat meniup bara lilin di atas kue tart, netranya sibuk memperhatikan satu tamu yang tak diinginkan hadir menatapnya dingin. Tuhan telah mencabut nikmat napas yang menyambung kehidupannya, disusul dengan kegagalan kerja organ penting Mikay.
Mikay limbung, tak memedulikan lezatnya kue tart, enaknya masakan mamanya, atau minuman dingin dengan irisan potongan buah buatann kakak keduanya. Kepala Mikay membentur lantai dengan keras, tak sempat diselamatkan oleh sang Suami atau siapapun yang ada di sana. Acara syukur, berubah menjadi acara duka, semua yang berkumpul di sana datang dengan suka cita, kini berujung duka cita. Jason masih menangisi jasad istrinya, enggan diminta menyingkir barang sejenak untuk prosesi pemakaman.
"Dia hanya tidur, Ma. Jangan bangunkan Mikay, dia bukan mati!Aku belum sempat meminta maaf atas semua dosaku padaya, Ma!" Jasn menangis mendekap istrinya.
"Relakan Mikay, Jason. Tuhan lebih sayang Mikay daripada kita semua." Mama Sharon mengelus lembut bahu Jason, nyatanya tak berefek apa pun.
Di sisi lain ruangan, wanita yang ditunggu kesadarannya oleh Jason, berdiri di sisi seorang lelaki yang dijumpainya di ruangan ketika sadar. Mikay mengira jika pria berwajah dingin itu adalah asisten dari Dokter Silas, ternyata tidak, dia merupakan prajurit Tuhan untuk menjemput nyawanya.
"Permintaan terakhirmu sudah kupenuhi. Kau bisa berangkat sekarang, Mikay."
Mikay menatap sendu semua keluarga yang mencintainya, "Aku tidak akan bisa menghindari ini, bukan?"
Mikay tersenyum tipis dengan wajah pucatnya, sedangkan pria berstelan rapi warna hitam itu menunjukkan gerbang dimensi lain yang akan menjadi awal dari perjalanan abadi Mikay ke depannya. Mikay berbalik, menatap satu demi satu sekali lagi keluarganya sebelum benar-benar terpisah dan tak bisa melihatnya lagi.
Di tempat lain, Silas mengingat kembali pertemuannya dengan pria berstelan rapi yang ada di ruangannya bahkan sebelum Mikay sadarkan diri. Pria yang disebut Silas bernama Sarchie itu menunjukkan deretan nama yang akan dijemput pada hari ini, nama Mikay ada di urutan ketiga.
Berbuat baiklah selagi napas masih diberikan gratis oleh Tuhan. Jangan bersikap sombong, jika napas saja masih meminta belas kasih Tuhan.
Silas menutup berkas nama Mikay, bangkit dan menaruhnya pada rak di ruangan yang digunakannya sebagai tempat hipnoterapi. Kakinya melangkah keluar dan menutup pintu, tugasnya bersama Mikay telah selesai, pasien selanjutnya merupakan teman serumah sakit Mikay, Ansell.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity ✓ (END)
Romance21+ | Update sebisanya ∆Don't Copy My Story∆ Kimaya tak percaya lagi dengan cinta sejak bercerai dengan suaminya. Perekonomiannya amburadul dan terpaksa menyewakan lantai satu dan dua rumah peninggalan orang tuanya kepada seorang pengusaha kuliner...