Siapa yang tak mau mempunyai mertua sebaik Mama Sharon dan Papa Hainan? Semua menantu di dunia ini pasti bermimpi mendapatkan yang seperti mereka. Sayang dua ribu sayang, nasib mempunyai mertua baik, tak sejalan dengan suami yang baik juga. Aku bisa mengatakannya karena memang mengalaminya sendiri, suami yang kukira bisa menua bersamaku, teman sekaligus sahabat yang mengetahui apa pun tentang hidupku, justru memberi luka yang tak akan sembuh.
"Hei, kok malah ngelamun, sih!" seru seseorang menginterupsi membuyarkan lamunan Kim.
Kim tersentak, hampir saja melempar buah apel ke depan jika tak ditahan. "Sorry, sorry. Ngomong apa tadi?"
Wanita berambut di atas bahu itu mencebik. "Ish, kau itu masih aja ngelamunin si Dolpin. Iya, kan?"
"Enggak juga."
"Ngaku aja kali, Kim. Kami itu udah kebal sama kebohonganmu!" seru wanita yang duduk di seberang meja.
"Mama tadi ke sini, beliau bawain bahan-bahan makanan sama cake, kayak biasanya."
"Mama? Mama siapa?" tanya wanita yang berambut pendek di atas bahu.
Sumpit yang tadinya di sisi mangkuk di atas meja sukses melayang mengenai kepala si Wanita berambut pendek.
"Kaupikir Mama Emily datang dari surga?" tanya frontal wanita yang duduk di seberang meja.
"Aduh! Sakit, Wenda! Ya, kali aja gitu. Becanda." Wanita berambut pendek tak lagi mengelus kepalanya, masih bergelayut manja di lengan Kim sambil menyomot kacang telur yang masih ditiriskan.
"Tolong bawa ke sana, Queen."
"Oce!" seru manja wanita berambut pendek.
"Sampai sekarang aku tuh enggak habis pikir, gimana bisa Novi menikungmu." Wenda berkata kemudian meniup mi ramen super pedasnya.
"Iya, aku justru ngira si Novi emang punya pacar dan bukan si Dolpin juga." Queen memilih duduk di sofa dekat jendela yang terbuka sembari memamahbiak kacang telur buatan Kim.
"Aku pikir juga demikian, tapi Tuhan baik sekali memberi tahuku dengan cara yang tak kuduga sama sekali." Kimaya mematikan tungku sembari meniriskan kacang telur adonan terakhir.
"Ya si Dolpin yang goblok aja, masa ngebuang berlian/emas demi seng karatan. Tapi, mereka cocok kok, yang satu pinter bohongi istrinya, yang satu ahli bohongi sahabat-sahabatnya, cocok banget."
"Hmm, yes, betul!" Queen menimpali.
Kimaya mengambil segenggam kacang telur yang masih hangat di toples dan duduk bersila di samping Queen. Angin malam yang masuk perlahan membawa bau selepas hujan yang khas.
"Kalian nginep kan?" tanya Kim memastikan.
"Kayaknya iya, aku malas pulang selepas makan mi ramen, bisa-bisa jadi daging cincang nanti." Wenda memberi kepastian.
"Aku juga deh," kata Queen ikut memberi kepastian.
"Yakin? Ntar Emanuel telepon mulu, ngambek lagi dikira selingkuh?" goda Wenda.
"Aku udah bilang kok kalau main ke rumah Kim sekaligus nginep, ya kali aku pulang sendirian jam segini, ntar ada yang nyulik kecantikanku gimana?"
Dua bantal sofa berhamburan ke kepala Queen, sebagai aksi protes karena kekonyolan sahabat mereka. Mereka bertiga berbaring di ranjang setelah melakukan serangkaian kegiatan rutin sebelum tidur mereka, seperti mencuci muka dan memakai serum wajah. Di antara mereka bertiga, Wendalah yang lebih gampang tertidur, disusul Queen dan terakhir Kim. Namun, Kimaya tak segera tidur—lebih tepatnya hanya memejamkan mata saja—menatap langit-langit kamar yang berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity ✓ (END)
Romance21+ | Update sebisanya ∆Don't Copy My Story∆ Kimaya tak percaya lagi dengan cinta sejak bercerai dengan suaminya. Perekonomiannya amburadul dan terpaksa menyewakan lantai satu dan dua rumah peninggalan orang tuanya kepada seorang pengusaha kuliner...