"Len, Galen!" Neo, rekan kerja Galen, langsung berseru begitu memasuki ruangan Galen.
"Bisa ketuk pintu dulu nggak?" Galen berdecak, tak suka akan kedatangan Neo yang tiba-tiba mengusik konsentrasinya
"Ada berita penting, dan elo harus tahu ini."
Galen mendesis malas, melanjutkan kerjaannya yang sempat tertunda.
"Ini … lo harus liat nih." Neo menyodorkan handphonenya kepada Galen. Di layarnya tampak sebuah video keributan antara dua wanita di tempat umum.
Galen mengerutkan keningnya, meneliti siapa orang di video tersebut. Lantas matanya melebar ketika tahu salah satu pegulatnya adalah Clara. Satunya lagi entah siapa, dari perawakannya kelihatan lebih tua dari Clara. Perempuan tua itu memukuli Clara dengan tas bahkan menjambaknya, namun Clara malah terdiam, membiarkan dirinya menerima segala amukan lawannya.
"Ini …?"
"Clara. Klien lo, super model yang seksi itu." Neo langsung menambahi.
"Ini video baru?"
"Kata yang posting sih gitu. Kejadiannya di salah satu mall, pas Clara lagi belanja. Tiba-tiba diserang sama nih mak lampir." Neo pun ikut emosi melihat video berkelahi itu.
Galen langsung menutup laptopnya dan membereskan meja. Ia mengambil jas di sandaran kursi dan mengenakannya.
"Mau ke mana lo?" Tanya Neo, melihat Galen siap-siap.
"Menurut lo?" Galen balik bertanya dengan wajah jengkel.
"Ciye, langsung ditemuin."
Galen hanya bisa memutar bola mata, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Neo.
Sebelum memasuki mobil, Galen lebih dulu menghubungi Bimbi.
"Halo, Mas Galen." Suara Bimbi terdengar manja di seberang sana, nada suaranya seperti sedang sedih.
"Clara ada sama kamu."
"Clara baru aja balik ke apartemen, Mas. Nggak tahu udah nyampe apa belom. Soalnya, tadi Clara diamuk sama mamanya sendiri, Mas."
Kening Galen mengeryit begitu mengetahui fakta yang disebut Bimbi. Mamanya sendiri? Masa sih? Bisa-bisanya seorang mama menyerang anaknya sendiri di depan umum.
"Iya, tadi udah saya lihat videonya."
"Tadinya Bimbi mau nganterin Clara ke apartemen, tapi Bimbi malah diamuk sama dia. Katanya pengen sendiri gitu, Mas," kata Bimbi, disertai suara hidung tersedot. "Mas, tolong liatin Clara ya. Takutnya dia lakuin hal-hal yang aneh di apart-nya. Plis ya, Mas."
"Iya, Bimbi." Galen memang berencana begitu.
Usai melakukan percakapan singkat via telepon dengan Bimbi, Galen langsung melajukan mobil menuju apartemen tempat tinggalnya. Berharap ia masih bisa mengejar Clara yang katanya sedang dalam perjalanan pulang.
***
Galen baru saja hendak memanggil petugas teknisi karena tak mendapat tanda-tanda kehidupan di unit apartemen Clara. Sudah lima jam ia menunggu dan membunyikan bel berkali-kali, namun tak juga mendapat respon dari dalam. Galen menghubungi nomer Clara pun, tak mendapat jawaban. Ia hanya tak ingin kejadian tak diinginkan terjadi di dalam sana karena kejadian tadi siang di mall.Namun niat Galen tidak jadi lantaran tiba-tiba saja pintu lift di seberang sana terbuka dan tampaklah Clara tengah berjalan sempoyongan. Sling bag-nya diseret dan keadaannya nampak berantakan. Berarti dari tadi Galen nampak seperti orang bodoh, menunggui seseorang di dalam unit padahal tidak ada siapapun di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoulder to Lean On (END)
ChickLitClara Attesia, seorang artis sensasional yang sulit berkomitmen dalam percintaan. Ia hanya takut orang yang hidup bersamanya kelak akan kecewa dan penuh penyesalan. Galen Thrisaan, teman sekelas Clara sewaktu SMA sekaligus si ketua OSIS yang duluny...