Bab 9

38.4K 3K 29
                                    

Galen menghentikan ciumannya ketika rasa asin di lidahnya, ia membuka mata dan melihat ternyata Clara sedang menangis. Pria itu terpaku dan terenyuh.

"Kenapa berhenti? Lo ngira gue perempuan murahan jadi seenaknya cium gue? Lanjutin aja, nggak papa." Clara berucap pasrah, bahunya melemas dan terus terisak.

Galen menggeleng pelan seraya meneguk ludahnya.

"Atau lo mau sekalian pake tubuh gue? Nih, pake aja. Gue ikhlas, karena lo ganteng, gue juga nggak nyesel ngasih. Hahaha." Clara menubrukkan dadanya ke dada Galen seakan menantang, namun pria itu tak bergeming. "Iya, gue jalang, gue lonte, gue pelakor kegatelan kayak kata orang-orang. Hahaha."

Clara tertawa tak jelas, namun air matanya kian mengalir di wajahnya.

Sementara Galen menatap iba, dan tak suka Clara merendahkan dirinya sendiri. Pria itu lantas membawa Clara ke dalam pelukannya, berharap bisa menenangkan wanita itu. Namun Clara meronta dalam pelukan Galen, ingin melepaskan diri.

"Lepasssiin."

Galen semakin mengeratkan dekapannya meski Clara meronta tanpa daya. Hingga akhirnya, wanita itu menyerah dan luruh. Pria itu menahan Clara agar tak jatuh ke lantai, ia melihat Clara yang sudah memejamkan matanya.

"Clara …" panggil Galen seraya menepuk pelan pipi wanita itu.

Namun Clara bergeming, hanya gumaman tak jelas keluar dari mulut.

Beruntung apartemen mereka sudah dilengkapi fitur sidik jari, jadi Galen tak perlu kebingungan untuk meminta pin apartemen Clara. Jadi ia tinggal menempelkan sidik jari wanita itu untuk membuka unitnya.

Galen mengangkat Clara ala bridel karena sepertinya wanita itu sudah benar-benar tertidur. Pria itu berjalan ke salah satu pintu yang ia yakini adalah kamar Clara. Lantas membaringkan Clara di atas ranjangnya, melepas high heels dan kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut.

Galen duduk di tepi ranjang, mengamati wajah cantik Clara dengan seksama. Perlahan tangannya menyibakkan rambut yang menutup pipi wanita itu.

"Good night," gumamnya pelan seraya mengelus singkat pipi wanita itu. Lantas beranjak dari tempatnya untuk keluar dari kamar Clara.

Setelah Galen pergi, Clara membuka matanya perlahan. Tanpa sadar, tangannya menyentuh dada yang seketika berdegup kencang. Ia mendesah frustasi dan menarik selimut sampai kepalanya.

***
Clara memijit kepalanya yang masih terasa berdenyut. Mana obat pereda efek mabuk sudah habis pula. Tadi ia sudah ngechat Binbi untuk membelikan ke apotik, namun sampai saat ini belum juga mendapat balasan. Mentang-mentang sekarang Clara sedang free, si laki-laki kemayu itu malah mengabaikan chatnya.

Dengan sedikit malas, Clara sendirilah yang harus pergi ke apotik untuk membeli obat sakit kepala.

Begitu Clara membuka pintu unit, ia terkejut melihat Galen sudah berdiri di depan. Membawa sebuah nampan yang di atasnya sebuah mangkuk yang Clara tak tahu apa isinya, namun ketika wangi makanan itu menguar, wanita itu seketika menelan liurnya tanpa sadar, seakan tergiur.

Sejak kapan pria itu berdiri di depan unitnya?

"Hai, saya bawa sup ayam untuk kamu. Ada jus buah juga."

Galen tersenyum sangat tipis, bahkan nyaris tak terlihat ketika menawarkan makanan itu pada Clara.

"Untuk saya?" Clara tak percaya, kenapa Galen tiba-tiba jadi baik begini, dikasih makanan pula.

Galen mengangguk. "Menolak makanan itu nggak baik."

Clara mencelos mendengar ucapan Galen, padahal ia belum menolak makanan Galen, meskipun ia ingin sedikit jual mahal.

Shoulder to Lean On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang