"Cyin, lo tahu nggak, ada Sutradara nyariin elo."
Kening Clara mengerut ketika mendengar ucapan Bimbi.
"Sutradara apa?"
"Film. Dia ngajakan lo main film, Cyin."
"Heh? Yang bener lu?" Clara kaget sekaligus antusias. Nambah job nambah pundi-pundi cuan.
"Yeee, kagak percayaan. Amil Soraya, lu tahu kan?"
"Iya, tahu."
"Nah, dia kemaren hubungin Pak Salim, katanya nawarin lu buat jadi pemeran di film barunya nanti."
Pak Salim adalah Direktur di HS Entertainment, agensi tempat Clara bernaung.
"Terus, udah diterima tawarannya?"
"Belom lah. Ini makanya ngomongin dulu ke elo. Lo mau nggak masuk dunia akting lagi?"
Clara berpikir sejenak. Meskipun pekerjaan utamanya model dan bintang iklan, namun ia pernah memasuki dunia akting sewaktu SMA, dan itu hanya sebentar. Waktu itu Clara merasa aktingnya jelek banget, dan tak yakin ia masih bisa berakting sekarang.
"Oh iya, sebenernya bukan cuma Amil Soraya yang nawarin lo, Cyin. Ada Sutradara lain lagi yang pengen lo main di web series-nya dia."
"Wah, ada angin apa nih tiba-tiba pada ngajakin gue main film?"
"Mungkin karena lo lagi viral sih akhir-akhir ini. Yah, lo tahu sendiri lah di sini gimana. Lo punya skandal, buruk atau baik, bakalan dicariin."
Bener. Clara setuju akan itu. Berbeda dengan negara lain seperti China atau Korea Selatan, di mana artis yang memiliki skandal akan diboikot langsung. Sedang di sini, makin panas skandalnya, makin rame jobnya. Bedanya Clara lagi viral bukan karena skandal, tapi karena kasus lain, yang mana ia menjadi korban.
"Gue terima aja kali ya, Bim."
"Tapi lo bakalan dapat peran antagonis katanya, Cyin."
Seketika mata Clara melebar antusias. "Nah itu, gue suka peran antagonis. Gue lebih seneng main jadi orang jahat ketimbang nangis-nangis mulu kek protagonis."
Dulu juga sewaktu main sinetron jaman SMA, Clara pernah memainkan peran antagonis yang sangat licik. Mungkin itu juga alasan kenapa banyak satu sekolahan membenci dia. Well, kalau ia masih mendapat peran yang sama, mungkin akan lebih mudah untuk Clara berakting.
"Tapi lawan mainnya sama Adam."
Clara mengerjapkan matanya sejenak dan keningnya mengeryit kala mendengar nama sahabatnya.
"Hadeh, kok sama dia sih? Parah nih sutradara ngambil cast-nya. Kayak nggak ada aktor lain aja. Nggak tahu aja kalau hubungan gue sama Adam udah aneh sekarang."
Bimbi seketika tergelak ketika Clara merengut kesal. "Enggak ding, bercanda, Cyin. Bukan sama Adam kok."
"Terus sama siapa?"
"Ramon Sanjaya."
Clara spontan melebarkan mata dan menutup mulutnya dengan antusias. "Ramon yang main film Cintamu Bukan Untukku itu?" Bimbi mengangguk, mengiyakan. "Yang hawt banget itu?"
"Iyes, Beibeh."
"Oh My God, mimpi apaan gue sampe main film sama aktor beken kayak Ramon."
"Lebay lo. Jadi, fix lo mau ya?"
"Ya mau lah."
Ramon Sanjaya, aktor yang sangat terkenal, namanya melejit ke mana-mana. Sudah membintangi banyak film dan rata-rata sukses dan laris. Bisa dikatakan, Clara juga lumayan ngefans dengan Ramon, selain bertalenta, Ramon juga memiliki kepribadian yang suamiable. Satu lagi, Ramon masih single. Jadi tidak perlu nantinya ada drama cemburu-cemburuan dari pihak lain kalau nanti Clara dekat dengan aktor satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoulder to Lean On (END)
ChickLitClara Attesia, seorang artis sensasional yang sulit berkomitmen dalam percintaan. Ia hanya takut orang yang hidup bersamanya kelak akan kecewa dan penuh penyesalan. Galen Thrisaan, teman sekelas Clara sewaktu SMA sekaligus si ketua OSIS yang duluny...