Bab 40

27.4K 1.6K 19
                                    

Kalau biasanya, Galen seringkali memasang raut wajah datar atau serius, namun semua itu akan berubah ketika mereka bergelut tanda kutip di atas ranjang. Dahi mengerut, bola matanya menatap Clara penuh damba, serta keringat sebiji jagung yang membasahi wajahnya nampak begitu seksi di mata Clara.

Belum lagi desahan putus-putus dan terdengar berat menyapa telinga Clara. Membuat gelenyar dalam perutnya semakin memanas. Tangannya yang melingkar di atas punggung Galen semakin menguat, ketika pria itu menguasai dirinya. Tubuh keduanya bergetar hebat ketika mencapai puncak bersamaan.

Suara napas saling berkejaran memenuhi seisi ruangan kamar Galen. Kepala Galen masih tenggelam di balik ceruk leher wanita yang kini tengah tersenyum puas. Jemari Clara meremas rambut pria itu dengan gemas dan mengecu telinganya lembut. Saat Galen hendak memisahkan dirinya, namun tangan Clara masih melingkar erat di punggungnya, seolah tak ingin pria itu beranjak sesegera mungkin.

"Biarin gini aja dulu," ujar Clara, memejamkan mata seraya menghidu aroma leather milik Galen yang memabukkan.

Galen mengangkat kepalanya, untuk bisa melihat wajah Clara. "Saya cuma kasihan kalau kamu ketindihan begini." Ucapan Galen mengundang tawa dari bibir Clara. "Itu sebabnya saya lebih suka kamu yang menaiki saya."

"Ya ampun, mulutnya nakal." Clara mencubit sudut bibir Galen dengan gemas. Namun pria itu langsung mengambil tangannya dan mencium telapaknya dengan lembut.

"Gimana tadi sidangnya, Sayang?" Tanya Clara ketika Galen akhirnya beranjak dari atas tubuhnya.

Mendengar panggilan itu, seketika pipi Galen memerah. "Cukup rumit. Tersangka mengajukan banding karena dia yakin dirinya tidak bersalah."

"Tentang kasus pembunuhan satu keluarga yang kasusnya lagi rame itu, bukan?" Anggukan Galen seketika membuat Clara bergidik. "Padahal udah kelihatan banget dia jadi tersangkanya."

"Barang bukti tidak cukup kuat buat buktikan dia tersangka. CCTV di dalam rumah udah dirusak. Hanya punya sidik jari tersangka dan cctv jalan yang menunjukkan dia orang terakhir yang keluar dari rumah itu."

Clara berdecak mendengar cerita Galen. Pria ini memang suka sekali kalau membahas tentang kasus-kasus yang ada. Hanya itu yang bisa membuat Galen bisa berbicara panjang lebar. Kasus yang sekarang ditangani memang sedang ramai diperbincangkan. Tentang satu keluarga beranggotakan empat orang, tewas gantung diri bersamaan. Sementara tersangka hanya ada satu orang, dan Galen yakin kejadian itu pasti dilakukan oleh lebih dari satu orang. Ada pula muncul spekulasi bahwa kasus itu adalah kasus bunuh diri.

"Pasti kamu capek banget ya." Clara meraih kepala Galen untuk ia dekap di dadanya, seraya mengusap-usap rambut pria itu.

Galen melingkarkan tangannya di punggung Clara, mencari posisi nyaman, seraya mengusap-usap pipi di tubuh polos wanitanya.

"Tadi aman kan di sini? Nggak ada gangguan apapun?" Pria itu bertanya, seraya mendongakkan kepalanya demi bisa melihat wajah lawan bicaranya. Mengingat kejadian kemarin dimana apartemen Clara diacak-acak sama penguntit, ia sejujurnya khawatir meninggalkan Clara di unitnya sendirian.

"Aman, Sayang," jawab Clara. "Tadi Bimbi datang ke sini nemenin, sekalian ngomongin soal project aku selanjutnya. Lusa udah mau masuk syuting music video."

"Oh ya? Memangnya kamu punya lagu?"

"Bukan lagu aku. Aku tuh cuma modelnya, Sayang." Clara berkata gemas.

"Terus lagunya siapa?"

"Diki  Arnawiguna, penyanyi yang lagi naik daun itu loh, Yang."

"Yang pernah jenguk kamu pas di rumah sakit?"

Shoulder to Lean On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang