Mood Clara sedang tidak baik-baik saja. Setelah ajakan menikah dari Galen tadi malam, beban pikiran wanita itu semakin memberat.
Galen itu sebetulnya suamiable banget, minus mulut nyinyirnya. Namun, rasanya Clara belum siap kalau harus berkomitmen dengannya. Ia belum siap untuk menikah. Apalagi dengan manusia maha sempurna seperti Galen. Clara hanya remahan rengginang kalau dibandingkan dengan pria itu. Jadi sebelum nanti Galen menyesal setelah menikah dengannya, lebih baik ditolak saja langsung.
Clara terkesiap ketika merasakan seseorang menyenggol lengannya, membuyarkan lamunan wanita itu.
"Clara, bagaimana? Ada yang mau ditanyakan?"
Clara gelagapan seketika kala Amil Soraya, seorang sutradara bertanya padanya.
Hari ini mereka sedang mengadakan pembacaan naskah untuk film yang akan datang. Fyi, Clara akhirnya menerima tawaran untuk kembali berakting.
"Sejauh ini, tidak ada, Pak," kata Clara gugup, karena ketahuan melamun sejak tadi. Bahkan ia tak tahu apa yang mereka bicarakan tadi.
"Baik. Kalau begitu, semua sudah jelas ya. Untuk pembukaan syuting akan kita lakukan besok. Terima kasih. Sampai ketemu besok."
Amil Soraya lebih dulu meninggalkan ruangan rapat, disusul beberapa kru yang terlibat. Clara juga membereskan naskah miliknya sendiri.
Clara berdecak kala melihat penanya tak sengaja terjatuh. Ia terpaksa menunduk demi mengambil benda kecil itu, namun kepalanya malah terantuk sesuatu. Ia spontan mengaduh kesakitan. Ketika ia mendongak, ternyata Ramon Sanjaya pun ikut meringis kesakitan sembari memegang kepalanya.
"Sorry." Ujar Clara, karena ternyata kepalanya malah membentuk kepala Ramon.
Pria itu justru tersenyum manis, seraya memberikan pena Clara yang terjatuh tadi. Clara membalasnya dengan ucapan terima kasih.
"Masih nggak nyangka bisa satu project sama Kak Ramon," kata Clara jujur.
"Eh? Kok manggil Kak? Bukannya tuaan Kak Clara, ya?" Ramon mengernyitkan dahinya
"Eh, iya? Masa?"
"Hu'um. Beda dua tahun, mudaan aku. Jadi harusnya aku yang manggil kakak."
Clara terkekeh mendengar penuturan Ramon. Ia betul-betul tak tahu. Meskipun Ramon salah satu aktor terkenal, dan Clara lumayan mengagumi pria itu, namun Clara tak memiliki waktu gabut untuk mencari tahu biodata pria itu.
"Ketahuan nge-stalk aku nih sebelumnya." Kata Clara dengan pedenya.
Ramon tergelak. "Kan di dokumen masing-masing cast ada biodata singkatnya, jadi ya dari situ kelihatan."
Lagi-lagi Clara salah, dan dia malah terlalu pede mengatakan tadi. Harusnya Ramon menanggapi dengan candaan atau apa kek, biar percakapan mereka nggak ada bunyi krik-kriknya. Ini malah dibawa serius.
"Oh, gitu ya." Clara bingung harus ngomong apa.
"Kak Clara sebelumnya pernah main film nggak sih?"
"Film belum pernah, tapi sinetron udah. Itu juga udah lama banget."
"Hmmm. Mungkin bakalan kaku ya, Kak, aktingnya."
"Iya, hehe."
"Moga bisa kerjasama deh, kalau kak Clara kesulitan, tanya-tanya ke aku juga boleh."
"Iya. Hehe."
Clara terkekeh palsu. Entah kenapa ia merasa diremehkan oleh Ramon. Dan jujur, Clara kesal. Jadi begini wujud asli aktor yang katanya kalem tapi menghanyutkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoulder to Lean On (END)
ChickLitClara Attesia, seorang artis sensasional yang sulit berkomitmen dalam percintaan. Ia hanya takut orang yang hidup bersamanya kelak akan kecewa dan penuh penyesalan. Galen Thrisaan, teman sekelas Clara sewaktu SMA sekaligus si ketua OSIS yang duluny...