Bab 19

34.4K 2.3K 48
                                    

"Mbak, ada paket."

Alis Clara menaik sebelah ketika salah seorang staf-yang entah bagian apa-menghampiri Clara dan memberikannya sebuah kotak berwarna cokelat.

"Dari siapa?"

"Saya nggak tahu. Tadi ada mas-mas ganteng ngasih, Mbak. Saya lupa nanyain namanya," kata staf perempuan itu sambil nyengir.

"Ya udah. Makasih."

Clara meletakkan benda tersebut di kursi kosong sebelahnya. Dirinya menatap kaca rias, mencari keberadaan Bimbi lewat pantulan cermin tersebut. Karena ia sedang dirias, jadi tak memungkinn untuknya menoleh ke sana ke mari.

Ia berdecak lantaran tak menemukan keberadaan Bimbi. Entah ke mana pria melambai itu, harusnya ia selalu berada di dekat Clara. Well, nanti ia akan memotong honor pria itu karena berkeliaran di saat Clara sedang butuh.

Sebetulnya, Clara merasa kurang bersemangat hari ini. Kepalanya agak pusing karena kurang tidur. Tapi mau tidak mau, ia harus tetap menjalankan syuting.

Usai dirias, Clara lantas berganti pakaian. Ia melihat lagi kotak cokelat yang diberikan staf tadi, yang katanya paket dari seseorang. Clara menghela napas sejenak, sebelum akhirnya mengambil kotak itu kembali. Ia membuka isinya. Keningnya mengerut ketika yang pertama ia temukan adalah sebuah kertas kecil bertuliskan; Apa kabar, sayang? I miss you

Clara semakin penasaran ingin melihat isinya, dengan jantung berdebar-debar. Ketika melihat isinya, ia langsung kaget dan melempar benda tersebut. Disusul dengan teriakan histeris dari orang-orang yang di sekitarnya.

Sebuah boneka dengan penuh darah menjadi pemandangan mengerikan di sana. Clara sangat kaget sekaligus panik. Kepalanya terasa semakin pusing dan pandangannya menggelap, hingga ia tak bisa lagi menyangga tubuhnya sendiri.

***
Clara mencoba menyesuaikan pandangannya karena matanya terasa berat untuk digerakkan. Samar-samar ia melihat seseorang berada di dekatnya. Ia terperanjat kaget kala matanya sudah menangkap penuh sosok itu.

"Udah bangun?" Suara bariton menyapa telinga Clara, suara yang ia rindukan.

Wanita itu tersenyum tipis karena masih merasa pusing. Melihat Galen berada di dekatnya, entah kenapa ia merasa nyaman.

Tak berapa lama perawat datang untuk memastikan kondisi Clara. Perawat pun mengatakan bahwa ia kini mengalami kekurangan darah alias anemia, dimana ia terlalu memaksa dirinya untuk bekerja sampai kelelahan. Perawat tersebut bicara dengan Galen sebentar, lantas pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kamu kok bisa ada di sini?" Tanya Clara, karena tadinya ia sempat mengira Bimbi yang menemaninya.

"Saya nyetir."

Clara terkekeh pelan mendengar ucapan Galen yang menurutnya lucu. Entah sengaja melawak atau gimana, tapi tetap saja wajahnya mode serius.

"Maksudnya, tahu dari mana aku di rumah sakit?"

"Dari Bimbi."

"Bimbi yang bilang langsung?"

"Lihat instastory dia."

"Oooh." Clara manggut-manggut. Walau sempat heran juga, seorang Galen biasa juga main sosial media. "Ngefollow Bimbi berarti?"

Galen tak menjawab, malah mengusap tengkuknya salah tingkah.

"Kalau aku, kamu follow juga nggak sih?" Galen menggeleng, membuat Clara mengerucutkan bibirnya kecewa. "Bimbi masa difollow, aku enggak."

"Bimbi juga nggak saya follow."

"Terus kenapa bisa liatin instastory dia?"

Galen mengalihkan pandangan ke arah lain karena lagi-lagi salting. "Nggak sengaja," katanya ngasal.

Shoulder to Lean On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang