18. PIKNIK

17 9 0
                                    


Sudah satu hari Ayah dari Ayla dan Daffa ada di rumah, kini mereka merencanakan untuk weekend bersama tak lupa ada Daffa juga disana.

Ya, Daffa memang pulang ke rumah karena paksaan sang ayah. Awalnya ia sangat enggan untuk pulang ke rumah, ia tak ingin melihat wajah dari seorang gadis yang telah membunuh Ibu nya yang tak lain adalah Ayla.

Sebenarnya Irwan juga mengetahui bahwa putra sulungnya itu sangat membenci Ayla, padahal itu semua hanya salah paham. Daffa terlalu buru-buru menyimpulkan semuanya sehingga timbul lah rasa benci di hati Daffa untuk sang adik.

Untuk memperbaiki hubungan antara kakak beradik itu, akhirnya Irwan ayah dari Ayla dan Daffa memutuskan untuk pergi berlibur bersama, kebetulan juga hari ini adalah weekend. Hari yang paling di tunggu untuk berlibur maupun menghabiskan waktu bersama keluarga, seperti keluarga Irwan ini.

"Gimana kalian udah siap?." Tanya Irwan kepada kedua anaknya itu.

"Hm."

"Siap dong yah, yuk berangkat let's go!!."

Kemudian Irwan pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan standar, ia akan mengajak kedua anaknya ini ke tempat piknik yang berada tak jauh dari pusat kota Jakarta.

"Gimana kuliah kamu son?." Tanya sang ayah ke Daffa.

"Hm, baik."

"Kalo kamu Ay, gimana sekolah kamu?."

"Sekolah Ayla baik-baik aja kok yah, masih berdiri kokoh gak geser maupun runtuh." Ucap Ayla dengan polos.

Sedangkan kedua laki-laki yang berada di mobil hanya bisa melongo atas jawaban polos dari Ayla, sebenarnya Ayla ini bego atau gimana. Padahal jawaban yang ingin Irwan dengar bukan itu, melainkan kegiatan sekolahnya.

Sama halnya dengan Irwan, Daffa juga sedikit heran dengan adiknya itu. Tapi, jawaban Ayla tersebut berhasil membuat Daffa sedikit menyunggingkan senyum nya, namun sangatlah tipis sehingga tidak ada satu pun yang menyadarinya.

"Gak gitu juga kali Ay."

"Ayah tuh nanya kegiatan sekolah kamu bukan bangunan sekolahnya." Lanjut Irwan.

"O-oh kegiatan sekolah ya."

"Baik kok yah, baik." Lanjut Ayla sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

Setelah itu, tidak ada lagi percakapan di mobil. Semuanya hanya diam dengan kegiatannya masing-masing.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka bertiga sampai di tempat piknik tujuan mereka. Ayla dan Daffa pun langsung mengeluarkan cemilan-cemilan ringan yang mereka bawa.

Sedangkan Irwan, ia pergi untuk membeli minuman di sebuah alfamart yang berada tak jauh dari tempat piknik karena ia lupa tidak membawa minuman.

"Inget, jangan pernah lo aduin tentang gue yang suka nyiksa lo." Ancam Daffa.

"Kalo sampe aja Ayah tau, gue bakal ngasih hukuman yang lebih berat dari yang kemarin." Lanjutnta dengan sorot mata tajam.

Ayla yang mendengar ancaman Daffa pun langsung mengangguk cepat, ia tidak mau jika harus di siksa oleh abangnya itu. Ayla takut jika abangnya akan menghukum ia lebih kejam dari yang kemarin.

"Bagus, bersikaplah seolah-olah semua baik-baik saja." Ucap Daffa yang mengacak rambut Ayla.

Ayla yang mendapat perlakuan Daffa pun merasa sedikit senang, namun ia juga di buat merinding oleh ucapan Daffa barusan.

"Haduhh maaf ya, kalian jadi lama nungguin ayah." Ucap Irwan dengan membawa satu buah kantong keresek di tangan kanannya.

"Yaudah mending kita mulai aja acara pikniknya." Ajak Daffa.

Kemudian mereka pun langsung memulai acara piknik mereka, tak lupa begitu banyak canda tawa yang membuat acara piknik mereka menjadi lebih seru.

"Kita naik sepeda aja yuk, kebetulan disini ada jasa sewa sepeda buat keliling-keliling sekitar sini."Ajak Irwan

Akhirnya mereka bertiga pun langsung menyewa sepeda tersebut, Irwan yang memakai sepedanya sendiri sedangkan Ayla ia di bonceng oleh Daffa tentunya itu adalah perintah dari ayahnya.

Kini Daffa dan Ayla sudah berangkat duluan, sedangkan sang ayah masih tertinggal di belakang. Dipertengahan jalan tiba-tiba saja Daffa memberhentikan sepedanya, sepertinya ia memiliki sebuah rencana licik untuk Ayla.

" Turun."

"Lho kenapa bang?."

"Sekarang lo yang bawa sepedanya."

"Tapi kan bang, Ayla gak bisa naik sepeda."

"Naik atau gue tinggal." Ucap Daffa penuh penekanan.

Akhirnya mau tak mau Ayla pun menaiki sepeda itu, Ayla sangat takut karena sebelumnya ia belum pernah mengendarai sepeda.

Melihat Ayla yang sudah naik ke atas sepeda, Daffa pun langsung tersenyum miring. Tanpa aba-aba ia mendorong dengan kencang sepeda yang Ayla naiki dan membiarkan sepeda yang di naiki Ayla berjalan dengan sangat cepat.

"AKHHHHH." Teriak Ayla begitu kencang.

"ABANG TOLONG!!."

"AYLA TAKUT AAAAAAA!!."

Sedangkan Daffa, cowo tersebut tersenyum sangat senang. Raut wajahnya nampak begitu bahagia, sampai pada akhirnya Ayla pun terjatuh dan itu membuat kebahagiaan Daffa makin bertambah.

Dari kejauhan, Daffa melihat sang ayah yang sedang menggoes sepeda ke arahnya. Daffa pun langsung bergegas menghampiri Ayla yang tengah terjatuh dan berpura-pura menolong adiknya itu.

"Makanya kalo abang ngomong tuh dengerin. "

"Kamu bandel sih, jadinya jatuh kan. " Lanjut Daffa dengan nada khawatir yang di buat-buat.

"Astaga Ayla kenapa Daf?." Tanya sang ayah yang tampak khawatir.

"Ini nih, Ayla bandel mau naik sepeda sendiri. Padahal udah Daffa larang jangan naik tapi Ayla nya ngeyel. " Jelas Daffa ke Ayahnya.

"Apa benar Ayla?. " Tanya Irwan sang Ayah.

Sebelum menjawab, Ayla menatap Daffa terlebih dahulu. Daffa yang di tatap Ayla pun langsung memberi tatapan tajam, seketika Ayla pun langsung ketakutan.

"I-iya yah, tadi Ayla yang mau naik sepeda sendiri. "

"Lain kali kamu gak boleh gitu ya Ay, kamu kan tau kalo kamu gak bisa naik sepeda. Jangan di paksain kalo gak bisa Ayah gak kamu kenapa-kenapa. " Ucap Irwan.

Bersambung....

AYNA [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang